Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Agar Sehat Jangka Panjang: "Mari Mengenal Real Food dan Kembali ke Real Food!"

5 Oktober 2024   20:44 Diperbarui: 5 Oktober 2024   22:47 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengenal Real Food: Sejarah, Manfaat, dan Contoh Nyatanya

Istilah real food semakin populer belakangan ini, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pola makan sehat. Namun, apa sebenarnya real food, bagaimana sejarahnya, dan apa saja contoh makanan yang tergolong dalam kategori ini?

Sejarah Real Food: Kembali ke Alam

Real food atau makanan alami dan minim proses bukanlah konsep baru. Sebelum munculnya industri makanan modern, manusia mengonsumsi makanan dalam bentuk yang hampir sama seperti saat makanan tersebut ditemukan di alam. 

Pertanian tradisional dan cara memasak kuno yang tidak melibatkan pengawet atau bahan tambahan adalah praktik yang sudah berlangsung selama ribuan tahun.
Namun, pada abad ke-20, perkembangan teknologi makanan meningkat.

Peningkatan permintaan terhadap makanan cepat saji, mudah didapat, dan tahan lama menyebabkan perubahan besar dalam pola makan manusia.

Padahal makanan olahan sering kali mengandung banyak bahan tambahan buatan. Ini sesuatu yang  menjadi lebih umum.

Sayangnya lagi, meskipun makanan olahan ini praktis, mereka sering kali kehilangan nutrisi penting dan mengandung bahan kimia yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan kita dalam jangka panjang.

Gerakan kembali ke real food dimulai. Gerakan ini dimulai pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Gerakan itu pun muncul seiring dengan semakin banyaknya penelitian yang menunjukkan dampak negatif makanan olahan terhadap kesehatan.

Termasuk peningkatan risiko penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan kanker. Masyarakat pun mulai sadar bahwa mengonsumsi makanan yang lebih dekat dengan bentuk aslinya---real food---merupakan salah satu cara untuk mendukung kesehatan jangka panjang mereka.

Karakteristik Real Food

Tahukah kamu sobat, real food memiliki beberapa karakteristik utama yang membedakannya dari makanan olahan, lho:

1. Minim Proses Pengolahan

Makanan ini tidak melalui proses yang rumit atau menggunakan teknologi tinggi yang dapat mengurangi kandungan nutrisinya.

2. Bebas dari Bahan Tambahan Buatan

Tidak mengandung pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan, atau zat aditif lainnya.

3. Kaya Nutrisi Alami

Mengandung nutrisi seperti vitamin, mineral, serat, dan antioksidan dalam bentuk alami.

4. Bebas dari Gula Tambahan

Real food tidak ditambahkan gula rafinasi atau pemanis buatan yang dapat memicu lonjakan gula darah.

Manfaat Real Food

Kita musti tahu bahwa mengonsumsi real food menawarkan berbagai manfaat kesehatan:

Pertama, Meningkatkan Kesehatan Jantung: Real food yang kaya serat, antioksidan, dan lemak sehat seperti yang ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan ikan, dapat membantu menjaga kesehatan jantung.

Kedua, Mengontrol Berat Badan: Karena real food cenderung lebih rendah kalori namun padat nutrisi, mereka membantu menjaga berat badan ideal tanpa harus mengurangi porsi makanan secara drastis.

Ketiga, Menjaga Kesehatan Pencernaan: Kandungan serat alami dalam real food, terutama dari buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian, membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan dan mencegah sembelit.

Keempat, Mengurangi Risiko Penyakit Kronis: Konsumsi real food secara rutin dikaitkan dengan pengurangan risiko penyakit seperti diabetes tipe 2, kanker, dan tekanan darah tinggi.

Contoh Makanan Real Food

Berikut ada beberapa contoh real food yang dapat dengan mudah ditemukan dan dijadikan bagian dari pola makan hidup sehat sehari-hari kita:

1. Buah dan Sayuran Segar: Buah-buahan seperti apel, jeruk, alpukat, serta sayuran seperti bayam, brokoli, dan wortel.

2. Kacang-kacangan dan Biji-bijian: Almond, kenari, biji chia, dan biji rami.

3. Ikan Segar: Salmon, sarden, dan mackerel yang kaya akan omega-3.

4. Daging Tanpa Proses: Daging ayam, sapi, atau kambing yang diproses secara alami tanpa tambahan bahan kimia.

5. Telur: Telur utuh yang kaya akan protein dan vitamin D.

6. Biji-bijian Utuh: Beras merah, quinoa, atau oats yang tidak mengalami proses pemutihan atau penambahan bahan kimia.

7. Minyak Nabati Alami: Minyak zaitun extra virgin, minyak kelapa murni, atau minyak alpukat.

Tips Memulai Pola Makan Real Food

Jika kamu tertarik untuk beralih ke real food, berikut beberapa tips sederhana yang bisa kamu coba:

1. Mulailah Secara Bertahap: Tidak perlu langsung mengubah semua makanan di rumah. Mulailah dengan mengganti satu atau dua jenis makanan olahan dengan real food.

2. Belanja di Pasar Tradisional: Sayur dan buah segar yang dijual di pasar tradisional sering kali lebih alami dan tidak mengandung pengawet.

3. Buat Menu Sederhana: Tidak perlu rumit. Salad buah, tumis sayur, atau telur rebus bisa menjadi pilihan real food yang mudah dan cepat.

4. Hindari Makanan Kemasan: Bacalah label makanan dengan seksama dan hindari produk yang mengandung bahan kimia atau zat tambahan buatan.

Real food sebagai makanan yang kembali pada dasar alami. Makanan tanpa pengolahan berlebihan dan bebas dari bahan tambahan buatan. Dalam jangka panjang, pola makan berbasis real food dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan. Dampak ini baik dalam hal nutrisi, energi, hingga perlindungan dari berbagai penyakit kronis.

Dengan mulai memperkenalkan real food dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mengambil langkah kecil menuju gaya hidup yang lebih sehat dan seimbang.

Bagaimana dengan kamu? Sudahkah kamu mencoba beralih ke real food hari ini?

Real Food: Kembali ke Makanan Sehat dan Alami

Real food sebagai makanan yang merujuk pada makanan yang alami, minim proses pengolahan, dan tidak mengandung zat tambahan buatan seperti pengawet, pemanis buatan, atau pewarna sintetis.

Pola makan berbasis real food dipercaya lebih menyehatkan karena kaya akan nutrisi dan bebas dari bahan kimia berbahaya yang biasa ditemukan dalam makanan olahan.

Namun, meski kini banyak dibicarakan, konsep real food sebenarnya bukanlah hal baru. Jauh sebelum teknologi makanan berkembang, manusia mengonsumsi makanan dalam bentuk yang hampir sama dengan kondisi aslinya di alam.

Sayur-mayur segar, buah-buahan, daging tanpa pengawet, dan biji-bijian utuh menjadi sumber makanan utama. Pengolahan makanan saat itu juga sangat sederhana, seperti merebus, membakar, atau menumbuk. 

Seiring perkembangan zaman, teknologi mengubah cara kita memproses dan mengonsumsi makanan.

Sejak revolusi industri dan berkembangnya teknologi pangan pada abad ke-20, terjadi pergeseran besar dalam pola makan manusia. Banyak makanan yang sebelumnya segar dan alami, kini diolah menjadi lebih awet, lebih manis, lebih gurih, tetapi sering kali kehilangan sebagian besar nutrisinya.

Tak hanya itu, makanan olahan ini sering kali sarat dengan bahan kimia tambahan yang tidak baik bagi kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan dalam jangka panjang.

Gerakan kembali ke real food muncul sebagai respons terhadap dampak negatif makanan olahan pada kesehatan masyarakat.

Semakin banyak orang menyadari bahwa makanan olahan berkontribusi terhadap masalah kesehatan serius, seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan kanker.

Penelitian juga menunjukkan bahwa pola makan yang kaya akan makanan alami dapat membantu mengurangi risiko penyakit-penyakit tersebut dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Karakteristik utama real food terletak akan minimnya proses pengolahan yang dilalui oleh makanan tersebut. Makanan ini tidak mengalami pengolahan kompleks seperti pemanasan berlebihan atau penambahan bahan kimia.

Misalnya, buah-buahan segar seperti apel atau pisang, sayuran seperti bayam dan wortel, serta sumber protein alami seperti telur dan daging tanpa pengawet.Semua itu termasuk dalam kategori real food.

Di sisi lain, makanan olahan seperti keripik kemasan, sosis, atau minuman bersoda berada di ujung spektrum yang berlawanan.

Manfaat real food bagi kesehatan sangat jelas. Dengan mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi alami seperti vitamin, mineral, dan serat, tubuh mendapatkan energi yang lebih berkualitas dan mendukung fungsi organ secara optimal.

Pola makan berbasis real food juga membantu menjaga berat badan, mengurangi peradangan, serta mendukung kesehatan jantung dan pencernaan.

Selain itu, konsumsi makanan ini dapat mengurangi risiko penyakit kronis dan membantu menjaga kesehatan mental, karena nutrisi yang tepat juga berperan dalam menjaga keseimbangan kimiawi otak.

Contoh nyata real food yang mudah ditemukan dan dikonsumsi sehari-hari antara lain buah-buahan segar, sayuran, ikan segar, kacang-kacangan, biji-bijian utuh seperti beras merah, serta lemak sehat seperti minyak zaitun atau alpukat.

Semua itu bisa dikombinasikan dalam berbagai resep yang sederhana dan praktis.

Peralihan menuju pola makan real food memang membutuhkan sedikit usaha, terutama di tengah kesibukan dan godaan makanan cepat saji.

Namun, langkah kecil seperti mengganti camilan olahan dengan buah segar, atau memasak dengan bahan-bahan alami daripada membeli makanan instan, bisa membuat perubahan besar dalam jangka panjang.

Dengan mengenal kembali makanan dalam bentuk aslinya dan menyadari pentingnya nutrisi alami, kita tidak hanya menjaga kesehatan diri sendiri, tetapi juga memengaruhi kualitas hidup keluarga dan generasi mendatang.

Maka mulailah dengan langkah kecil: perbanyak real food di meja makan, dan nikmati manfaat kesehatannya secara menyeluruh.

Mengenal Real Food: Pilihan Makanan Sehat untuk Gaya Hidup Alami

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan sehat semakin meningkat. Salah satu tren yang kini banyak diikuti konsep real food, makanan alami, minim proses, dan bebas dari bahan tambahan buatan.

Namun, apa sebenarnya real food? Bagaimana sejarahnya? Apa manfaatnya bagi kesehatan kita? Kali ini akan membahas secara mendalam tentang real food dan mengapa banyak orang mulai beralih ke pola makan ini.

Apa Itu Real Food?

Real food merujuk pada makanan yang dikonsumsi dalam bentuk yang paling mendekati kondisi aslinya di alam. Makanan ini tidak melalui proses pengolahan yang berlebihan, seperti pengawetan dengan bahan kimia, pengemasan dengan zat aditif, atau penambahan gula dan garam dalam jumlah besar.

Selain itu, real food tidak mengandung zat-zat buatan seperti pemanis, pewarna, atau pengawet sintetis. Secara sederhana, real food adalah makanan yang alami dan sehat, kaya akan nutrisi seperti vitamin, mineral, serat, dan antioksidan.

Sejarah Real Food

Konsep real food sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu, ketika manusia hanya mengonsumsi makanan yang bisa diperoleh dari alam, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daging, dan biji-bijian. Pada masa itu, makanan tidak mengalami banyak proses pengolahan selain metode sederhana seperti memasak, mengeringkan, atau mengasapi.

Namun, seiring berjalannya waktu, terutama sejak revolusi industri dan berkembangnya teknologi pangan, makanan mulai diproses dengan cara yang lebih kompleks. Proses ini bertujuan untuk membuat makanan lebih tahan lama, lebih menarik, dan lebih praktis untuk dikonsumsi.

Akibatnya, makanan olahan menjadi lebih populer, dan banyak orang mulai mengandalkan makanan kemasan yang tinggi bahan tambahan dan rendah nutrisi.

Pada akhir abad ke-20, gerakan kembali ke real food mulai berkembang sebagai reaksi terhadap dampak negatif makanan olahan. Para ahli kesehatan semakin menyadari bahwa pola makan yang bergantung pada makanan olahan berkontribusi terhadap berbagai masalah kesehatan, seperti obesitas, penyakit jantung, diabetes, dan kanker. 

Akhirnya, banyak yang mulai mendorong kembali pola makan alami dan mengedepankan real food sebagai pilihan yang lebih sehat.

Manfaat Real Food

Mengonsumsi real food memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, di antaranya:

1. Kaya Nutrisi: Karena minim proses pengolahan, real food tetap mempertahankan kandungan nutrisi alaminya. Buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh mengandung serat, vitamin, mineral, dan antioksidan yang penting bagi tubuh.

2. Menjaga Kesehatan Jantung: Makanan seperti ikan, kacang-kacangan, dan minyak sehat (seperti minyak zaitun) yang termasuk dalam kategori real food dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung.

3. Mengontrol Berat Badan: Karena real food biasanya lebih rendah kalori namun tinggi nutrisi, mereka bisa membantu menjaga berat badan tanpa harus mengurangi porsi makan secara ekstrem.

4. Menjaga Kesehatan Pencernaan: Kandungan serat dalam buah, sayur, dan biji-bijian membantu melancarkan pencernaan dan mencegah masalah seperti sembelit.

5. Mengurangi Risiko Penyakit Kronis: Pola makan yang kaya real food telah terbukti membantu mengurangi risiko penyakit kronis, seperti diabetes tipe 2 dan beberapa jenis kanker.

Contoh Real Food

Berikut adalah beberapa contoh real food yang bisa kita temukan dan konsumsi sehari-hari:

Buah-buahan: Apel, jeruk, pisang, alpukat, dan berbagai buah segar lainnya.
?
Sayuran: Bayam, brokoli, wortel, paprika, dan sayuran hijau lainnya.

Sumber Protein Alami: Daging tanpa lemak, ikan, telur, dan kacang-kacangan.

Biji-bijian Utuh: Beras merah, quinoa, oats, dan gandum utuh.

Minyak Sehat: Minyak zaitun extra virgin, minyak kelapa murni, dan minyak alpukat.

Tips Memulai Pola Makan Real Food

Berpindah ke pola makan berbasis real food mungkin terasa sulit pada awalnya, terutama di tengah banyaknya pilihan makanan olahan yang cepat dan praktis. Mari memulai pola makan real food agar sehat selalu dalam waktu jangka panjang.

Sayur segar Foto dokpri
Sayur segar Foto dokpri

Real food yang merujuk pada makanan yang segar, alami, dan tidak banyak diproses ini dikenal dari berbagai daerah sebagai penghasil bahan makanan segar berkualitas (real food) antara lain:

1. Jawa Barat: Daerah seperti Lembang, Bandung, dan Garut terkenal sebagai penghasil sayuran segar, buah-buahan (stroberi, apel, anggur), serta produk olahan susu.

2. Sumatera Barat: Terkenal dengan hasil pertanian seperti beras, jagung, dan sayuran hijau. Daerah ini juga dikenal sebagai penghasil kopi dan rempah-rempah.

3. Bali: Di Bali, banyak pertanian organik yang menghasilkan sayuran segar, buah-buahan tropis (mangga, pepaya), serta bahan pangan sehat lainnya.

4. Sulawesi Selatan: Terkenal dengan hasil laut segar dan juga beras dari daerah Sidrap yang berkualitas tinggi.

5. Kalimantan Barat: Penghasil beras organik serta sayuran segar yang dikelola secara tradisional oleh masyarakat lokal.

Setiap daerah di Indonesia memiliki keunggulan dalam menghasilkan real food tertentu, tergantung pada kondisi tanah, iklim, dan tradisi pertanian masing-masing.

Selain itu, bagi beberapa daerah pertanian di negara kita ini, memilih real food lebih hemat dalam jangka panjang. Berikut beberapa alasan mengapa real food bisa lebih ekonomis:

1. Bahan Mentah Lebih Murah: Bahan makanan segar seperti sayuran, buah-buahan, daging, dan ikan biasanya lebih murah jika dibeli langsung dari pasar tradisional atau produsen lokal.

2. Minim Bahan Pengawet dan Kemasan: Produk olahan dan makanan instan sering kali lebih mahal karena biaya pengawetan dan kemasan. Real food yang tidak diproses menghilangkan biaya tambahan ini.

3. Mengurangi Biaya Kesehatan: Mengonsumsi makanan alami yang segar dapat membantu menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Ini bisa mengurangi biaya pengobatan di masa depan karena pola makan yang sehat.

4. Bisa Ditanam Sendiri: Beberapa bahan makanan seperti sayuran atau rempah-rempah dapat ditanam sendiri di halaman rumah atau pot, yang tentu saja akan menghemat pengeluaran.

5. Masak dalam Jumlah Banyak: Real food bisa diolah menjadi makanan dalam jumlah banyak yang disimpan untuk beberapa hari, sehingga mengurangi frekuensi pembelian makanan cepat saji yang cenderung mahal.

Namun, efektivitas penghematan tergantung pada bagaimana kamu merencanakan dan mengelola pembelian serta konsumsi bahan makanan tersebut.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun