Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerpen)"Bun, Aku Makan dengan Rendang,Ya!"

2 Oktober 2024   09:40 Diperbarui: 3 Oktober 2024   20:34 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rendang Padang: foto dokpri

Rendang Tanda Sayang Ibu dan Anak

Hujan rinai mengguyur Pasar  Padang Panjng. Akupun menambah kecepatan laju sepeda motorku. Tujuanku menjemput rendang yang sudah kupesan tadi pagi kepada teler rumah makan Tongga Piaman.

Aku sampai di restoran Tongga Piaman. Hujan rinai ini menambah damai siang ini. Ya memang beginilah cuaca kota ini. Kadang hujan lebat, sedang, dan rinai seperti saat ini. Tak heran pula bila disertai angin kencang. Dingin-dingin sejuk jadinya.

Untung aku selalu memakai baju dua lapis. Meski rinai dan angin kencang tak dingin. Juga tak menyurutkan  niatku untuk menjemput rendang pesananku. Rendang di Resto ini memang terbaik di kotaku.

"Maaf, Bu Sri, rendang pesanan Ibu belum disiapkan. Kami lupa tadi. Bisa siap untuk besok lagi." Nampak wajah pelayan itu memelas.

Wajahku mengernyit seketika. Untung ini masih siang. Masih siang, masih ada waktu untuk memasak sendiri. Kalau sudah terlalu sore tentu untuk makan malam lagi. Duh, Rara pasti sudah menunggu di rumah.

Dengan berat hati, aku memutuskan pulang tanpa rendang. Aku memutuskan masak dengan Rara saja rendangnya di rumah. Kasihan Rara bila hari ini tak jadi makan rendang.

Akupun melajukan motorku ke kios daging Menan. Ia menyambutku ceria. 

"A buek lai?" Tanya beliau. (Masak apa lagi?)

"Itulah Da. Pesan rendang tadi tapi tak dapat. Bikin rendang aja, Da (Kak). Satu kilo yang lunak!" Jawabku.

"Mangajo (kenapa juga) pasan rendang masak. Daging ada. Santan kental ada. Bumbu rendang sudah ada. Cabe giling juga ada. Buek sajolah (bikin saja). Celoteh Da Menan penjual daging.

Aku pun nyengir aja sambil menunggu beliau mengambil daging pesananku. Tangannya begitu lihai memainkan pisau. Ia pun menimbangnya lalu menambahkan beberapa potong tambahan dagingnya. Baru beliau serahkan kepadaku.

Setelah membayar akupun ngucapin terimakasih dan meninggalkan kios itu. Berikut aku beli rempah di kios sebelahnya. Rempah belum digiling berupa jahe,  lengkuas, satu batang serai, dan kunyit. Daun kunyit, daun jeruk, dan daun salam. Akupun menyerahkan uang 2000.

Selanjutnya aku menuju kios bumbu rendang, cabai giling. Kios Bunda Eti. Di kios ini ada beragam bumbu. Bumbu rendang, bumbu dendeng, bumbu gulai korma, dan bumbu gulai lainnya. Aku meminta bumbu rendang 5000.

"Om, berapa santan untuk 1 kg daging?" Tanyaku kepada pemilik kios santan yang ada di samping kios rempah.

"15.000 aja ni." Jawab pemilik kios

'Ih... ada kucing si abang kios di atas meja kasirnya. Kucing itu merem dengan tenang di atas keranjang sesuai postur tubuh kucing. Apa bulunya nggak masuk ke santan?' Sesalku dalam hati memilih kios ini sebagai tempat membeli santan.

"Udah banyak dedaknya itu, Om?" Tanyaku lagi. Mataku melirik kucingnya. Nampak bulunya berwarna silver campur putih. Ekornya gerak-gerak.

" Om bisa minta kelapa 2000?"

" Bisa." Jawab beliau bergerak ke dekat mesin kukur kelapa. Mengukur dalam satu tarikan.

"Jadi 17.000 ya, Om?" Akupun menyerahkan uang 17.000. Mengucap terimakasih lalu pindah ke kios P dan D. Aku ingin membeli merica, buah palo, cengkeh, dan kulit manis. Akupun mengeluarkan uang 2000.

Seterusnya aku pulang ke rumah. Nampak Rara menungguku sambil tersenyum ceria. "Tara! Ayo kita masak rendang!" Teriakku sambil menyerahkan belanjaan kepada Rara.

"Kok masak rendang, Bun? Gak jadi Bunda beli siap?" Berondong Rara.

"Duh, sori ya, Ra! Pelayan lupa misahin rendang buat kita. Kita masak aja ya. Bentar kok pasti mateng rendangnya." Rayuku.

Nampak Rara memutar-mutar mata jenaka. Akupun mendaratkan ciuman gemas di pipi cabinya. Putriku ini memang jenaka. Suka melawak lagi membuat hari-hari kami ceria.

Saat ini aku dan anak gadisku, Rara, sibuk di dapur kecil kami. Hari yang rencananya aku tak perlu repot memasak jadi memasak. Rendang yang sejak pagi, aku pesan dari restoran Tongga Pariaman tak dapat. Takdir berkata lain. Mereka bilang pesanan rendangku lupa dibungkus.

Setibanya di dapur, Rara segera bertanya, "Bun, nasi?" Tanya Rara.

"Aduh Dedek sayang. Kamu belum masak nasi?" Tanyaku sambil meliriknya.

"Kukira Bunda bakal beli nasi bungkus gulai rendang, Bun." Jawab Rara pelan.

Aku tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan kekesalanku. “Mana bisa sayang. Papa kamu tak suka nasi dari resto. Kamu kan udah tahu itu, Dek!" Aku sedikit melototi Rara.

"Oke Bun. Adek makan pakai rendang, ya! Tapi tak apa-apa rendangnya belum ada, kita masak rendang sendiri saja, ya Bun? Bunda ajarin aku cara buat rendang asli Koto Gadang yang pedas.” Rara mulai merayu sambil menanak nasi.

Mataku berbinar, meski sedikit ragu. "Kita buat sendiri, Dek? Apa bisa jadi seenak rendang restoran?" Tanyaku mempermainkan Rara.

"Tentu bisa, Bun. Bahkan bisa lebih enak! Ini rendang resep keluarga kita, Bun. Rendang asli Koto Gadang yang pedas dan kaya rempah." Rara memperagakan buku resep ibuku.

"Coba kita cek bahan yang ada Bunda. Sudah sesuaikah dengan "Rendang Tanda Sayang Ibu dan Anak?" Ia memperagakan buku itu. 

Kami pun mulai mengecek bahan-bahan:
- 1 kg daging sapi pilihan
- 1 liter santan kental dari 2 butir kelapa
- 5 lembar daun jeruk
- 3 lembar daun salam
- 2 batang serai, memarkan
- 3 cm lengkuas, memarkan
- Garam secukupnya
- Gula merah secukupnya

Untuk bumbu halus:
- 15 siung bawang merah (lebih banyak dari biasanya untuk rasa khas Koto Gadang)

"Bawang merahnya mana, Bunda?" Tanya Rara mengagetkanku.

"Perasaan ada di kantong daging, Dek!" Teriakku dari westafel karena aku sedang mencuci daging di kran air yang mengalir.

"Gagal dong pake bawang merah, Bun. Bunda lupa beli mungkin!" Teriak Rara lagi.

"Tapi gak ada bawang merah, bisa ganti bawang putih, Bun. Atau Adek beli di warung aja, Bun?"

"Ya, beli di warung aja dek." Jawabku singkat. Rara pun bergegas ke warung. 

Usai mencuci daging, aku segera menggonseng kelapa parut. Wangi gonsengan kelapa mengusik penciuman suamiku yang baru datang.

"Wangi Bunda! Bikin apa nih?"

"Saat ini aku dan anak gadisku, Rara, sibuk di dapur, Yah. Hari ini rencananya aku tak perlu repot memasak jadi memasak. Rendang yang sejak pagi, aku pesan dari restoran Tongga Pariaman tak dapat. Takdir berkata lain. Mereka bilang pesanan rendangku lupa dibungkus." Ceritaku kepada suami.

Seperti biasa, suami ber oh saja. Akupun mulai mengecek kelapa parut gonsengku. Aku masukkan semua rempah kering berupa merica, kulit manis, buah palo, cengkeh, peka, dan mengaduk dengan api kecil.

"Bun! Bawangnya. Langsung dikupas, Bun! Teriak Rara.

"Iya Nak. Kasih air panas dulu ke bawang merahnya. Biar Adek mudah ngupasnya!" Jawabku.  10 siung bawang putihnya langsung geprek aja biar mudah mengupasnya, Ra." Perintahku.

Rara pun mengeluarkan jempolnya sambil tersenyum manis. 300 gr buah cabai merah besar. "ini yang bikin rendang Koto Gadang lebih pedas, ya?' Tanya Rara dalam hati.

"5 cm jahe, 3 cm kunyit, 1 sdm ketumbar, 1 sdt jintan. Digiling ya, Dek."

Rara pun membantu menghaluskan bumbu itu dengan blender. Sementara aku memisahkan daging sapi yang sudah dipotong dan dicuci. Kelapa gonsengpun sudah kugiling.

Sejenak pikiran tentang rendang Tongga Piaman yang seharusnya sudah ada di meja terlintas di benakku kembali. Masih ada kesal. Namun, semangat Rara membuatku kembali fokus.

Aku mulai menumis bumbu yang sudah dihaluskan Rara dalam wajan besar. Segera aroma wangi pedas cabai serta wangi bawang merah dan putih memenuhi dapur kecil kami. 

“Lihat, Rara. Ini rahasianya. Rendang Koto Gadang terkenal dengan bumbunya yang tebal dan cabainya yang melimpah, jadi aromanya kuat.” Kataku.

Rendang hampir kering: foto dokpri
Rendang hampir kering: foto dokpri

Nampak Rara mengamati dengan serius. "Koto Gadang itu di mana, Bun?"

"Koto Gadang itu sebuah nagari di Sumatera Barat ini, Ra. Daerah itu emang daerah adat. Terkenal dengan rendangnya yang kaya rempah dan lebih pedas dibandingkan rendang dari daerah lain.

Resep ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Awalnya, rendang diciptakan sebagai makanan yang tahan lama untuk dibawa para perantau Minang ke rantau karena rendang bisa bertahan hingga berminggu-minggu tanpa rusak." Lanjutku bercerita sambil menumis.

Setelah bumbu matang sempurna, aku tambahkan santan dan terus mengaduknya perlahan-lahan.

"Nah, ini kuncinya bikin rendang, sabar. Rendang harus dimasak lama dengan api kecil supaya bumbu dan santan meresap ke dalam dagingnya."

"Berapa lama, Bun?" tanya Rara penasaran.

"Beberapa jam, Sayang. Tapi nanti hasilnya luar biasa. Dagingnya empuk dan bumbunya menyerap sempurna."

Sambil menunggu rendang matang, kami duduk bersama di meja makan. Kami berbincang tentang mimpi-mimpi Rara yang ingin menjadi dokter. Aku bercerita tentang masa kecilku di Koto Gadang, di sana aku belajar memasak rendang dari nenekku sejak umur 5 tahun.

Aku ingat bagaimana nenek selalu berpesan bahwa rendang itu bukan sekadar masakan, tapi simbol ketahanan, ketulusan, dan kesabaran seorang wanita. Pada saat kuah rendang mulai kental, aku memasukkan potongan daging satu-satu hingga habis.

Sesekali aku dan Rara bergantian mengaduk agar dasar kuali tak hangus. Beberapa jam kemudian, aroma sedap rendang mulai menguar memenuhi rumah. Rara membantu mengaduk untuk memastikan semua bumbu tercampur sempurna.

Rendang asli Koto Gadang ini sudah terlihat mulai menghitam, dengan minyak santan yang mulai keluar, menandakan masakan sudah siap.

"Sudah jadi, Bun?" tanya Rara penuh harap.

Aku mencicipi sedikit. Pedas, gurih, dan lezat, persis seperti yang nenekku ajarkan. "Ini dia, Sayang. Rendang Koto Gadang buatan kita sendiri."

Rara pun ikut mencicipi satu potong kecil daging, matanya berbinar. “Bun, ini enak banget! Lebih enak daripada rendang restoran.” Pujinya.

Kami pun tertawa bersama, menikmati rendang yang dibuat dengan cinta dan kesabaran. Meski awalnya aku kecewa karena pesanan rendang tak jadi.

Pengalaman memasak bersama Rara ternyata jauh lebih berharga. Bukan hanya soal makanan tapi tentang warisan keluarga yang kuteruskan padanya. Rendang ini akan selalu menjadi kenangan manis yang kami buat bersama.

Nilai Gizi Rendang Tanda Sayang Ibu dan Anak

Sambil makan, Rara terus bertanya. Hingga menanyakan, "Sepotong rendang mengandung apa saja, Bun?"

"Tergantung ukuran dan resepnya, mengandung beragam nutrisi. Perkiraan nilai gizi untuk satu porsi (sekitar 100 gram) rendang daging sapi Kalori: 250-300 kalori, Protein: 15-20 gram, Lemak: 20-25 gram (terutama lemak jenuh dari santan dan daging sapi),  Karbohidrat: 2-5 gram (karena ada bumbu dan santan), Serat: 1-2 gram (tergantung dari bumbu), dan Kolesterol: 80-100 mg."

"Selain itu, Rendang kaya akan protein dari daging sapi, tetapi juga mengandung lemak jenuh yang tinggi karena penggunaan santan. Rendang juga mengandung rempah-rempah yang kaya antioksidan, seperti kunyit dan cabai, yang bermanfaat bagi kesehatan, mengobati peradangan.

Namun, karena kandungan kolesterolnya, rendang sebaiknya dikonsumsi dengan porsi yang kecil, satu potong saja. Imbangi dengan sayur acar timun." Papa Rara menjelaskan lebih lanjut.

"Rendang dinobatkan sebagai salah satu makanan terenak di dunia, terutama oleh survei CNN pada beberapa kesempatan, lo Ra. sebanya, kombinasi rasa yang kaya dan kompleks. Rendang memiliki perpaduan rasa yang luar biasa kaya dan seimbang.

Daging sapi dalam rendang dimasak perlahan-lahan selama beberapa jam hingga teksturnya sangat empuk dan bumbunya meresap sempurna.

Proses ini membuat daging menjadi lembut dan penuh rasa, berbeda dengan banyak hidangan daging lainnya. Rendang dimasak dengan teknik yang unik.

Pada dasarnya, ini adalah proses "mengeringkan" daging dengan santan dan bumbu, yang menjadikannya makanan yang bisa bertahan lama tanpa bahan pengawet. Proses pemasakan yang panjang dan penuh kesabaran ini membuat rendang istimewa.

Rendang dianggap sebagai simbol kehormatan, tradisi, dan kehangatan keluarga. Di sana, rendang sering disajikan pada acara-acara penting seperti pernikahan, hari raya, dan pertemuan keluarga. Aspek budaya dan sejarah ini menambah daya tarik rendang di mata dunia.

Rendang terkenal dengan daya tahannya. Karena dimasak hingga benar-benar kering, rendang bisa bertahan lama tanpa basi, bahkan dalam suhu ruang. Ini membuatnya unik dibandingkan dengan makanan-makanan lain di dunia yang lebih mudah rusak.

Rendang telah meraih perhatian dunia. Restoran Indonesia di luar negeri memperkenalkan rendang ke khalayak internasional dan popularitasnya terus meningkat.

Kombinasi rasa yang kaya, proses memasak yang cermat, tekstur yang empuk, dan latar belakang budaya yang kuat membuat rendang dihargai sebagai salah satu makanan terenak di dunia.

Bumbu khas rendang Minangkabau berupa kombinasi rempah-rempah dan bahan alami yang memberikan cita rasa kompleks dan khas. Bumbu-bumbu utama yang digunakan dalam rendang Minangkabau: Bawang merah: Memberikan rasa manis dan gurih. Bawang putih: Menambah aroma dan memperkuat rasa gurih.

Begitu juga Cabai merah: Menyumbang rasa pedas yang khas, terutama dalam rendang Minangkabau yang sering lebih pedas. Jahe: Menambah rasa hangat dan segar pada rendang.

Pun Lengkuas: Menyediakan aroma dan rasa segar yang khas. Kunyi: Memberikan warna kuning alami dan rasa yang hangat.
Serai: Digunakan untuk aroma wangi dan menyegarkan.

Daun jeruk purut: Menambah kesegaran dan aroma citrus. Daun kunyitnq.: Digunakan untuk memberikan aroma khas dan warna. Daun salam**: Untuk menambah aroma dan keharuman rendang.
11. **Ketumbar**: Menyumbang rasa rempah yang sedikit manis dan hangat.
12. **Jintan**: Menambah kompleksitas rasa dengan sedikit rasa pedas dan aroma khas.

Selain bumbu, santan dari kelapa yang tua juga merupakan bahan utama. Santan memberikan kelembutan dan kekayaan rasa pada rendang. Proses memasak yang lama hingga santan mengeluarkan minyak membuat bumbu meresap sempurna ke dalam daging, sehingga rendang memiliki tekstur yang empuk dengan lapisan rasa yang dalam.

Daerah penghasil rendang terenak umumnya berasal dari Sumatera Barat, dengan beberapa nagari (desa) yang terkenal dengan cita rasa rendang yang otentik dan luar biasa. Koto Gadang. Terkenal dengan rendang pedas dan kaya rempah, Koto Gadang di Kabupaten Agam menghasilkan rendang dengan karakteristik bumbu yang pekat.

Bukittinggi juga salah satu kota besar di Sumatera Barat yang juga terkenal dengan rendangnya. Rendang di sini memiliki rasa yang seimbang antara pedas, gurih, dan sedikit manis.

Payakumbuh apalagi dikenal sebagai salah satu penghasil rendang terbaik. Rendang Payakumbuh memiliki cita rasa yang kaya dan sering kali lebih pedas, karena penggunaan cabai yang lebih banyak.

" Bunda dulu sering ke sana, Dek. Ke rumah kakak senior Bun. Ni Ye. Gimana kabar beliau sekarang ya, Pa?" Aku bertanya kepada suami dengan terus menyuap nasi dan rendang ke mulut. Tak sadar aku sudah menghabiskan dua potong rendang.

Pariaman rendangnya cenderung memiliki rasa yang pedas dan gurih. Di Pariaman, rendang sering dimasak dengan proses yang sangat lama sehingga daging benar-benar empuk dan bumbu meresap sempurna. Seperti rendang kita ini memakai parutan kelapa yang diparut dan digonseng hingga kecokletan lalu digiling atau diblender.

"Kalau di kampung malah pakai lesung buat menghaluskannya, Dek! Sekarang udah ada blender. Lebih mudah dan modern."

Padang Ibu kota Sumatera Barat lagi tentu saja terkenal dengan rendang Padang yang populer di seluruh Indonesia dan dunia. Restoran Padang di seluruh dunia sering kali menyajikan rendang dengan gaya khas Padang. Rasanya gurih, sedikit pedas, dan kaya akan rempah.

Setiap daerah di Sumatera Barat memiliki ciri khas sendiri dalam membuat rendang. Tetapi semuanya  kelezatannya luar biasa. Perbedaan utama sering kali terletak pada tingkat kepedasan, jumlah rempah, dan teknik memasak.

Tapi semuanya memilki bahan sama.
- 1 kg daging sapi (bagian paha atau sandung lamur, potong sesuai selera)
- 1 liter santan kental (dari 2-3 butir kelapa)
- 2 batang serai, memarkan
- 5 lembar daun jeruk
- 3 lembar daun salam
- 1 lembar daun kunyit (simpulkan)
- 3 cm lengkuas, memarkan
- Garam secukupnya

Bumbu Halus:
- 10 siung bawang merah
- 6 siung bawang putih
- 15 buah cabai merah keriting  (sesuaikan tingkat kepedasan)
- 10 buah cabai rawit merah (untuk rasa pedas khas Pariaman)
- 3 cm jahe
- 3 cm kunyit
- 1 sdm ketumbar
- 1 sdt jintan

Cara Membuat:
1. Siapkan daging: Potong daging sapi menjadi ukuran sesuai selera. Pastikan potongannya tidak terlalu kecil agar tidak mudah hancur selama proses pemasakan yang lama.

2. Haluskan bumbu: Haluskan semua bahan bumbu halus menggunakan blender atau ulekan hingga benar-benar lembut.

3. Tumis bumbu: Panaskan sedikit minyak di wajan besar, lalu tumis bumbu halus bersama serai, daun jeruk, daun salam, daun kunyit, dan lengkuas hingga harum dan matang.

4. Masukkan daging: Masukkan potongan daging sapi ke dalam bumbu yang sudah ditumis. Aduk rata hingga daging berubah warna dan bumbu mulai meresap.

5. Tambahkan santan: Setelah daging berubah warna, tuangkan santan kental. Aduk rata dan masak dengan api sedang hingga santan mendidih.

6. Masak perlahan: Setelah mendidih, kecilkan api menjadi api kecil. Aduk perlahan agar santan tidak pecah. Masak selama 3-4 jam hingga santan mengental, bumbu meresap, dan minyak dari santan keluar.

7. Sesuaikan rasa: Tambahkan garam sesuai selera. Rendang Pariaman biasanya memiliki rasa yang lebih pedas dan gurih, jadi pastikan rasa sesuai dengan keinginan Anda.

8. Lanjutkan memasak: Masak terus hingga rendang menghitam dan kering, tetapi daging tetap empuk dan bumbu benar-benar meresap. Jangan lupa aduk sesekali agar tidak gosong di bagian bawah.

9. Sajikan: Rendang khas Pariaman siap disajikan. Rasanya akan pedas, gurih, dan kaya rempah dengan tekstur daging yang empuk.

Kejutan Rendang Tanda Sayang Ibu dan Anak

"Teman Bunda malah punya tips khusus buat rendang. Katanya, gunakan santan kental asli dari kelapa parut agar hasil rendang lebih gurih dan autentik. Jangan terburu-buru. Rendang terbaik dimasak dengan api kecil dan waktu yang lama agar bumbu benar-benar meresap dan daging menjadi sangat empuk.Sesuaikan jumlah cabai sesuai dengan selera Anda, namun rendang Pariaman asli biasanya cukup pedas." Jelasku lebihlanjut.

"Bun, adek punya kejutan buat Bunda. Hari ini Bunda berulang tahun ke-50 lo. Barakallah fi umrik ya, Bun!" Ia memelukku erat dan penuh kasih sayang.

Si Dedek yang teriak,'Bun, Aku Makan dengan Rendang, Ya!' Tadi pagi. Ternyata hari ini mengagetkanku. Aku lupa kalau hari ini tanggal 25.

"Tara. Aku juga udah jemput pesanan Bunda di Tongga Piaman. Aku mau kirim buat Abang Afif dan Bang Fadli. Nanti sore kita ke Tiki sekalian jemput Mak Ade, ya Bun." Ia peragakan dua bungkus rendang kepadaku.

"Adek... kebiasaan deh. Rendang kita jadi banyak dong!" Aku pura-pura mewek karena kesal juga terharu.

"Tenang Bun. Hari ini Mak Ade dan Nan Finda mo berkunjung ke sini. Rendang kasih sayang Ibu dan anak menyambut mereka. Lagian Mak Ade fans rendang Bunda." Kikik Rara.

"Bisa aja kamu, Dek. Untung Bunda tak ngomel tadi di resto. Cuma ngeyel minta dipulangin duit bayar rendang."

Rendang khas hitam: foto dokpri
Rendang khas hitam: foto dokpri

Cerpen ini menggambarkan bagaimana rendang Koto Gadang yang pedas dan kaya rempah menjadi bagian dari tradisi keluarga yang penuh cinta dan sejarah. Rendang Tanda Sayang Ibu dan Anak

Serta kenangan manis yang terukir antara ibu, anak dan keluarga besar mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun