Seterusnya aku pulang ke rumah. Nampak Rara menungguku sambil tersenyum ceria. "Tara! Ayo kita masak rendang!" Teriakku sambil menyerahkan belanjaan kepada Rara.
"Kok masak rendang, Bun? Gak jadi Bunda beli siap?" Berondong Rara.
"Duh, sori ya, Ra! Pelayan lupa misahin rendang buat kita. Kita masak aja ya. Bentar kok pasti mateng rendangnya." Rayuku.
Nampak Rara memutar-mutar mata jenaka. Akupun mendaratkan ciuman gemas di pipi cabinya. Putriku ini memang jenaka. Suka melawak lagi membuat hari-hari kami ceria.
Saat ini aku dan anak gadisku, Rara, sibuk di dapur kecil kami. Hari yang rencananya aku tak perlu repot memasak jadi memasak. Rendang yang sejak pagi, aku pesan dari restoran Tongga Pariaman tak dapat. Takdir berkata lain. Mereka bilang pesanan rendangku lupa dibungkus.
Setibanya di dapur, Rara segera bertanya, "Bun, nasi?" Tanya Rara.
"Aduh Dedek sayang. Kamu belum masak nasi?" Tanyaku sambil meliriknya.
"Kukira Bunda bakal beli nasi bungkus gulai rendang, Bun." Jawab Rara pelan.
Aku tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan kekesalanku. “Mana bisa sayang. Papa kamu tak suka nasi dari resto. Kamu kan udah tahu itu, Dek!" Aku sedikit melototi Rara.
"Oke Bun. Adek makan pakai rendang, ya! Tapi tak apa-apa rendangnya belum ada, kita masak rendang sendiri saja, ya Bun? Bunda ajarin aku cara buat rendang asli Koto Gadang yang pedas.” Rara mulai merayu sambil menanak nasi.
Mataku berbinar, meski sedikit ragu. "Kita buat sendiri, Dek? Apa bisa jadi seenak rendang restoran?" Tanyaku mempermainkan Rara.