"Saat ini aku dan anak gadisku, Rara, sibuk di dapur, Yah. Hari ini rencananya aku tak perlu repot memasak jadi memasak. Rendang yang sejak pagi, aku pesan dari restoran Tongga Pariaman tak dapat. Takdir berkata lain. Mereka bilang pesanan rendangku lupa dibungkus." Ceritaku kepada suami.
Seperti biasa, suami ber oh saja. Akupun mulai mengecek kelapa parut gonsengku. Aku masukkan semua rempah kering berupa merica, kulit manis, buah palo, cengkeh, peka, dan mengaduk dengan api kecil.
"Bun! Bawangnya. Langsung dikupas, Bun! Teriak Rara.
"Iya Nak. Kasih air panas dulu ke bawang merahnya. Biar Adek mudah ngupasnya!" Jawabku. 10 siung bawang putihnya langsung geprek aja biar mudah mengupasnya, Ra." Perintahku.
Rara pun mengeluarkan jempolnya sambil tersenyum manis. 300 gr buah cabai merah besar. "ini yang bikin rendang Koto Gadang lebih pedas, ya?' Tanya Rara dalam hati.
"5 cm jahe, 3 cm kunyit, 1 sdm ketumbar, 1 sdt jintan. Digiling ya, Dek."
Rara pun membantu menghaluskan bumbu itu dengan blender. Sementara aku memisahkan daging sapi yang sudah dipotong dan dicuci. Kelapa gonsengpun sudah kugiling.
Sejenak pikiran tentang rendang Tongga Piaman yang seharusnya sudah ada di meja terlintas di benakku kembali. Masih ada kesal. Namun, semangat Rara membuatku kembali fokus.
Aku mulai menumis bumbu yang sudah dihaluskan Rara dalam wajan besar. Segera aroma wangi pedas cabai serta wangi bawang merah dan putih memenuhi dapur kecil kami.
“Lihat, Rara. Ini rahasianya. Rendang Koto Gadang terkenal dengan bumbunya yang tebal dan cabainya yang melimpah, jadi aromanya kuat.” Kataku.