Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Liburan Panjang Desember 2024-Januari 2025: Antara Melepas Penat dan Macet yang Menghantui

24 November 2024   11:58 Diperbarui: 24 November 2024   12:12 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, Fear of Missing Out (FOMO) Istilah Sekarang

Di era media sosial, keinginan untuk mengikuti tren liburan sering kali menjadi alasan anak-anak dan banyak orang untuk tetap bepergian berlibur. Destinasi wisata yang lagi viral membuat anak-anak dan orang rela menempuh kemacetan demi bisa berbagi momen di media sosial. Apalagi jika kita punya anak remaja. Mereka lagi hobi-hobinya berenang dan selfie.

Keempat, Sudah Terbayang Imbalan Keindahan Destinasi

Bagi sebagian anak dan orang, pemandangan yang indah, kuliner khas yang enak, misalnya di Bukittinggi-Sumatera Barat ada kuliner khas Talua Barendo yang menjadi kegemaran kami sekeluarga, atau pengalaman unik di tempat wisata, berenang, berseluncur, dan berendam air panas menjadi hadiah yang pantas setelah menghadapi macet yang mengular.

Nilai estetika dan pengalaman pribadi yang diraih di destinasi itu kerap melebihi ketidaknyamanan perjalanan menghadang macet. Macet tapi tak membosankan bila kita juga turut menikmati situasi macet. Kadang ada lho makanan khas yang kita kangenin di tengah macet itu.

Apa Sih Penyebab Kemacetan yang Tak Terhindarkan?

Kemacetan di kawasan wisata saat libur panjang sebenarnya sudah dapat diprediksi. Beberapa penyebab utamanya selalu teori lama,  antara lain:

1. Infrastruktur yang Tidak Memadai

Banyak rute menuju destinasi wisata dirancang puluhan tahun lalu. Jalanan sempit dan tidak mampu menampung volume kendaraan saat ini.

Contohnya, kawasan Puncak, Bogor, yang kerap mengalami kemacetan ekstrem karena jalan sempit yang tidak seimbang dengan jumlah kendaraan. Sudah semestinya dibuatkan jalan-jalan alternatif. Tak bisa hanya mengandalkan jalan peninggalan zaman dulu lagi.

2. Minimnya Transportasi Publik

Kurangnya pilihan transportasi publik memaksa wisatawan menggunakan kendaraan pribadi. Jumlah kendaraan pribadi itu  yang akhirnya memenuhi jalanan. Volume kendaraan tak seimbang dengan kapasitas jalan yang sempit. Hanya muat dua kiri dan dua kanan. Sudah saatnya ditambah jalan alternatif tol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun