Mendengar hal ini, Pak Arif memberikan dukungan dengan menawarkan untuk memberikan les tambahan secara informal setelah jam sekolah. Ia juga meyakinkan Habibi bahwa bertanya bagian dari proses belajar. Tak perlu takut untuk bertanya di kelas.
Dengan pendekatan yang penuh empati ini, Habibi merasa didengar dan mendapatkan solusi yang konkret, sehingga ia lebih termotivasi untuk hadir di kelas dan berusaha lebih keras memahami pelajaran.
Setelah membangun kepercayaan, guru bisa menawarkan solusi yang relevan dengan kebutuhan murid tersebut. Jika murid merasa tertinggal dalam pelajaran, mungkin mereka butuh bimbingan tambahan.
Ya, jika alasan mereka cabut terkait tekanan sosial atau pribadi, guru dapat mengarahkan mereka kepada guru Bimbingan Konseling atau memberikan saran yang mendukung.Â
Pendekatan yang berbasis dukungan seperti ini dapat membantu murid melihat bahwa ada orang dewasa yang peduli terhadap perkembangan mereka, baik secara akademik maupun pribadi.
Pada akhirnya membuat mereka lebih nyaman untuk tetap hadir di kelas.
Dalam menghadapi murid yang cuek dulu sangatlah mudah. Jumlah mereka pun lebih sedikit dari yang acuh atau peduli. Tapi, zaman sekarang kita guru temui mereka yang cuek kepada guru 9 dari 12 siswa laki-laki. Kebalikan dari tahun-tahun sebelumnya. 3 Cueks dan 9 peduli.
Memerlukan pendekatan yang bijaksana dan kontekstual dalam menghadapi mereka. Harus ditelaah latar belakang, situasi, dan faktor individu yang mempengaruhi perilaku mereka. Misalnya studi kasus berikut dapat menggambarkan situasi dan cara mengatasinya salah satu dari mereka.
Studi Kasus
Seorang murid saya bernama Faris terlihat selalu cuek saat proses pembelajaran berlangsung. Kadang ia tidur. Kadang diam saja. Setiap kali kami guru memberikan materi atau meminta pendapat, Faros hanya diam, kadang menganga, atau memberikan jawaban singkat tanpa antusiasme.
Dia tak mengganggu. Meski tak mengganggu di kelas, ia terlihat tak tertarik dan tak ada berusaha untuk aktif terlibat dalam diskusi. Saat diberikan tugas pun, Faris sering tak mengumpulkannya atau terlambat mengumpulkan. Ia tak pernah menunjukkan usaha maksimal.