"Masuk... masuk Bunda. Kita di dalam." Ajak Bu Fitra berusaha ramah.
" Makasi Bu Fitra sudah merawat Farhan minggu lalu. Alhamdulillah Farhan celananya Bu Fitra jahit tangan hingga bisa lagi dipakai."
Ternyata mereka sekeluarga datang dengan beragam oleh-oleh. Sejak hari itu, tiap Idul Fitri  pasti keluarga Farhan datang bertamu. Silaturahmi itu berlangsung terus hingga hari ini. Mereka bagai keluarga sekarang. Hubungan antara guru dan murid tetap berlanjut meski sudah lulus.
Namun, masalah yang kita hadapi di sekolah beragam. Bukan hanya persoalan celana siswa robek. Tidak semua pula orangtua responsif seperti orangtua Farhan. Malah ada orangtua yang tak segan menyerang guru ketika kita menyelesaikan kasus anak mereka tak sesuai harapan mereka.Â
Misalnya menghadapi murid yang suka cabut dari kelas pun membutuhkan kesabaran dan pendekatan yang penuh empati dari seorang guru. Ketika seorang murid sering meninggalkan pelajaran ini masalah. Mereka akan ketinggalan pelajaran.
Penting bagi guru untuk memahami akar masalahnya. Apakah masalah murid di kelas? Merasa bosan, kesulitan dengan materi, atau ada tekanan dari luar sekolah?
Perlu pendekatan guru. Dengan pendekatan yang tenang dan tanpa menghakimi, guru dapat membangun komunikasi terbuka. Menanyakan secara pribadi apa yang sedang dihadapi murid dan memberikan ruang bagi mereka untuk berbicara.
Langkah itu menjadi langkah awal untuk membentuk hubungan yang lebih baik antara guru dan murid. Saya masih ingat, ada seorang murid bernama Habibi. Ia sering cabut dari kelas Bahasa Arab karena merasa kesulitan mengikuti materi. Alih-alih langsung menegur di depan teman-teman sekelasnya, gurunya, Pak Arif, memutuskan untuk mendekati Rudi dengan cara yang lebih personal.
Suatu hari setelah jam pelajaran selesai, Pak Arif memanggil Habibi ke ruang guru dengan nada yang ramah, bukan mengintimidasi.
Di ruang guru, Pak Arif mulai dengan menanyakan kabar Habibi secara umum dan mengajak bicara tentang hal-hal di luar pelajaran. Seperti hobi atau minatnya. Setelah suasana lebih santai, Pak Arif kemudian menyinggung tentang kebiasaan Habibi yang sering tidak hadir di kelas.
Alih-alih memarahi, Pak Arif menanyakan apakah ada hal tertentu yang membuat Habib1i kesulitan atau tidak nyaman di kelas Bahasa Arab. Akhirnya ia mengakui bahwa ia merasa materi itu terlalu sulit dan takut jika ia bertanya di kelas, teman-temannya akan mengejeknya.