Mama pun mengelus kepala anaknya. "Bun, kata Papa kita shalat dulu!" Bisik Nisa. Pada Mama.
Kedengaran anehkan? Fadli panggil orang tuanya Ayah-Mama. Nisa adeknya malah manggil Bunda-Papa. Kata Mama dulu Ayahnya tak mau dipanggil Papa oleh Fadli dan abangnya dan Mama pun tak mau dipanggil Bunda oleh Fadli dan abangnya.
Giliran Nisa belajar di PAUD, eh manggil orang tua deh Papa dan Bunda. Merekapun tampak shalat Maghrib berjamaah.
Usai shalat dan mengaji, mereka duduk di ruang makan. Gulai hijau ayam Koto Gadang yang memiliki rasa pedas gurih dengan aroma khas dari rempah-rempah dan daun kunyit dalam bayangan Fadli sore tadi sudah tersaji. 'Selamat mencoba!' Bisik Fadli dalam hati.
Di antara potongan-potongan ayam berbalut kuah gurih Mamanya dengan senyum lembut menyendokkan ayam ke piring Fadli.
Kini saatnya Fadli mencoba Ayam Koto Gadang bersama Nisa adiknya. Rasanya tetap sama. Soal bumbu, kehangatan yang dulu memenuhi ruang makan itu, kehangatan yang berasal dari cinta seorang Mama tetap sama. Satu yang terasa kurang. Abang Fadli, Afif tak sempat pulang. Beliau sibuk bekerja dan belum bisa cuti.
Setiap kali rasa rindu datang, Mama hanya bisa mengirimi si abang gulai yang sama. Terkadang Mama juga kirim rendang.
"Ma, aku kangen makan sama ayam Koto Gadang buatan Mama," Teriak Afif dari luar dapur. Semua kaget. Semua berdiri menatap Afif yang datang dengan gagah masih berpakaian dinas kantornya.
"Hoi, Abang curang naik pesawat pulang. Sedang aku dua malam sendirian di perjalanan, lho Bang!" Teriak Fadli.
"Bang pun dadakan pulang Fadli. Mendadak Abang ada job di kantor Padang dua pekan ini." Jelas Afif.
"Siplah. Berarti bonus Abang dua pekan itu buat aku. Aku juga mau balik Semarang dengan pesawat." Pesan Fadli.