Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ma, Aku Kangen Ayam Koto Gadang!

26 September 2024   20:34 Diperbarui: 26 September 2024   20:43 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gulai Ayam Koto Gadang. Foto by cookpad.com

Senja mulai turun, menebarkan warna oranye lembut di langit. Pertanda Maghrib segera datang. Angin sore yang sejuk berhembus perlahan. Ia membawa aroma khas daun-daun yang basah setelah hujan. Kota ini memang sangat akrab dengan hujan. Syukurlah jelang Fadli turun hujan sudah reda.

Fadli pun mendarat di Terminal Kota Sejuk Berjuluk Serambi Mekah. Ia melempar pandangan ke sekeliling. Ia mencari mobil Avanza Veloz milik ayahnya. Nampak mobil putih itu parkir di bawah pohon berdaun rindang.

Ayahnya terlihat sedang menelepon. Pantaslah beliau tak melihat Fadli yang baru saja mendaratkan kaki di atas aspal terminal Kota Padang Panjang ini. Ya, ia baru saja melakukan perjalanan dua hari dua malamnya. Semarang via kereta ke Jakarta-Gambir. Lalu dari Gambir-Kampung Rambutan.

Dari Kampung Rambutan via bus menuju Kota Padang Panjang. Dua hari dua malam ia dalam perjalanan menuju kampung halaman tercinta. Ia sedang berlibur saat ini. Cukup lama waktu liburnya. Ada tiga pekan sebelum masuk tahun ajaran baru di kampusnya.

"Ayah sehat?" Tanya Fadli sambil meraih tangan kanan Ayahnya yang sudah selesai menelpon. Beliau memasukkan teleponnya ke dalam saku kemejanya.

"Alhamdulillah sehat, Nak! Sudah sampai rupanya." Ayahnya pun menyambut tangan Fadli hangat. Kemudian beliau menepuk bahu putranya lembut. Mereka pun saling memeluk untuk melepas rindu.

"Mana barang-barang bawaanmu. Cuma dua tas ini?" Tanya beliau sambil mengurai pelukan mereka.

"Ya, dua tas ini saja, Yah." Jawab Fadli sambil tersenyum. Tak banyak yang berubah dari Ayahnya. Wajahnya masih terlihat muda meski sudah berumur 57 tahun. Rambutnya pun masih hitam.

Baca juga: Menulis Puisi Nak

Fadli pun memasukkan barangnya ke jok tengah. Ia dan Ayahnya masuk ke jok depan. Ayahnya di belakang kemudi dan ia duduk di samping Ayahnya.

"Tidurlah bila masih lelah!" Suruh beliau sambil menghidupkan mesin mobil. Bunyi alarm silbetpun terdengar menjerit.

"Eh, aku lupa pasang sabuk!" Teriak Fadli. Nampak Ayahnya menyodorkan besi pipih.

"Ini saja pasangkan!" Ayah menyodorkan besi pipih pengganti sabuk. Sabuk  palsu.

Fadli pun menyandarkan tubuhnya. Ia pun mulai membayangkan Mamanya dan adik bungsunya. Mulai menebak sedang apa dua perempuan yang ia rindukan itu di rumah. Pasti mereka lagi masak.

Fadli merindukan masakan Mamanya. Selain masakan si Mama, ia pun menanti momen-momen saat kehangatan keluarganya terasa nyata. Biasanya ada candaan mereka di dapur saat memasak. Dapur tempat favorit mereka.

Ya meski Fadli cowok, Mama tak memperlakukannya sebagai anak cowok saja. Kata Mama, anak cowok pun harus makan. Untuk makan harus bisa memasak. Ya, Fadli sudah terbiasa memasak dan belanja ke pasar. Ia sudah biasa dengan motor Mamanya. Dengan motor itu, ia menjelajahi pasar Padang Panjang. 

Masih segar diingatannya. Ia, abang, dan adiknya paling gemar gulai ayam. Apalagi Gulai Ayam Koto Gadang merupakan salah satu hidangan khas Minangkabau dari wilayah Koto Gadang, Sumatera Barat. Masakan ini dikenal dengan ciri khas bumbu cabai hijau (lado mudo) sedang hidangan Minang lainnya umumnya menggunakan cabai merah. 

Konon nilai gizi Ayam Lado Mudo Koto Gadang ini per porsinya sekitar 150-200 gram. Kalori sekitar 250-300 kalori per porsi, tergantung pada bagian ayam yang digunakan (dada lebih rendah lemak dibanding paha).

Protein pada ayam mengandung protein tinggi, sekitar 25-30 gram per porsi, penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan otot. Apalagi anak-anak.

Kebutuhan akan lemak total sekitar 10-15 gram, sebagian besar berasal dari ayam dan minyak yang digunakan untuk menumis. Jika menggunakan ayam tanpa kulit, kandungan lemak akan lebih rendah tentunya.

Demikuan juga karbohidrat pada ayam, sekitar 5-10 gram berasal  dari cabai, bawang, dan tomat. Karbohidrat rendah karena gulai ini hidangan berbasis protein.

Serat pun tersedia sekitar 1-2 gram serat, berasal dari cabai hijau, bawang, dan tomat hijau yang digunakan dalam bumbu. Vitamin dan Mineral pun berasal dari cabai hijau dan tomat hijau memberikan asupan vitamin C yang baik, penting untuk kekebalan tubuh.

Vitamin A misalnya terdapat dalam cabai hijau yang baik untuk kesehatan mata. Kalium pun diperoleh dari tomat dan bawang, baik untuk keseimbangan cairan dan fungsi otot kita. Zat besi pada ayam mengandung zat besi yang penting untuk pembentukan sel darah merah.

Satu lagi Sodium (Garam). Kandungan sodium akan tergantung pada jumlah garam yang ditambahkan. Sebaiknya kontrol penggunaan garam untuk menjaga keseimbangan asupan sodium dalam tubuh kita.

"Mama dan Nisa sedang memasak Ayam Koto Gadang Favoritmu. Makanya mereka tak ikut menjemput!" Tanpa ditanya Ayahnya menjelaskan.

"Siapa yang beli bahan-bahannya, Yah? " Tanya Fadli. Ia ingat, saat SMA, ialah yang ke pasar untuk membeli bahan sambal mereka.

Apalagi Ayam Koto Gadang, butuh bahan yang banyak. Resep gulai hijau ayam Koto Gadang, hidangan khas Sumatera Barat yang berbumbu kental dengan cita rasa pedas dari cabai hijau dan rempah-rempah itu sangat banyak.

Butuh 1 ekor ayam yang dipotong menjadi 8 bagian bila ingin ukuran potong besar. 200 gram cabai hijau besar. 100 gram cabai hijau keriting. 5 buah cabai rawit hijau (opsional, sesuai selera pedas). 10 butir bawang merah. 6 siung bawang putih. 2 batang serai, dimemarkan.

Adapula daun-daun, 5 lembar daun jeruk,  2 lembar daun salam, 2 lembar daun kunyit, simpulkan, dan bumbu khas 3 cm lengkuas, memarkan, 2 cm jahe, memarkan, 400 ml santan kental, 600 ml santan encer,  Garam dan gula secukupnya, 2 sdm minyak kelapa asli untuk menumis.

Ingatan Fadli menerawang jauh lagi. Ketika ia singgah di warung Ibu Siti langganan untuk membeli ayam. Setelah memilih ayam yang segar dan membayarnya, Fadli menunggu dengan sabar sementara Ibu Siti memotong dan membungkusnya.

Saat ayam itu siap dibawa pulang, Fadli mengulurkan tangannya, tapi Ibu Siti tiba-tiba berkata dengan nada tegas, "Belum bayar, Fadli." Fadli pun kaget. Ia yakin betul tadi sudah menyerahkan uang satu lembar 50 ribu. Bahkan ingat bagaimana Ibu Siti memasukkannya ke dalam kantong kecil di celemeknya.

Kebingungan menggelayuti pikiran Fadli. Ia ingin berdebat, tapi wajah Ibu Siti yang tampak lelah membuatnya ragu. Fadli mencoba mengingat dengan jelas, ia sudah bayar, namun entah mengapa situasi itu membuatnya terdiam.

Mungkin Ibu Siti lupa pikirnya atau mungkin uangnya jatuh tanpa disadari?

"Coba Ibu ambil di saku celemek Ibu."

Bu Siti patuh. Ia pun mengeluarkan uang di saku celemeknya. Ada lima uang ratusan ribu dan tiga uang lima puluhan.

" Uang saya kebetulan dicoret-coret Nisa, Bu. Ada nama Nisa pada uang itu, Bu." Jelas Fadli agak ragu.

Nampak Bu Siti membolak-balik uang lima puluh ribuan tiga. Pas yang ketiga Bu Siti memperagakan uang itu. "Inikah?"

" Betul Bu. Itu uang saya!" Teriak Fadli gembira kala itu.

"Maafkan Bu Siti,  Fadli!" Teriak Bu Siti lagi.

Sampai di rumah, Fadli dan Mamanya mulai memasak. Cara Membuat Ayam Koto Gadang pun dijelaskan Mama.

Pertama Fadli disuruh Mama membantu menyiapkan bumbu halus. "Haluskan cabai hijau besar, cabai keriting, cabai rawit (jika digunakan), bawang merah, dan bawang putih dengan blender sesudah dibersihkan. Kasih garam satu sendok teh, Nakl. Sisihkan!" Teriak Mama.

Dengan bercerita tentang kejadian di Pasar, Fadli menumis bumbu. Tampak Fadli memanaskan minyak, menumis bumbu halus bersama dengan serai, lengkuas, jahe, daun jeruk, daun salam, dan daun kunyit hingga harum dan matang.

Mama pun memasukkan ayam yang sudah beliau bersihkan. Sudah diberi jeruk nipis dan garam. Beliau masukkan potongan ayam itu ke dalam tumisan bumbu. Beliau mengambil alih tugas Fadli. Mengaduk rata hingga ayam berubah warna dan sedikit matang.

"Harus matang Fadli. Nanti. Nanti kalau tak matang, pas digigit berdarah." Jelas Mama.

"Tambahkan santan encer, Fadli." Bisik Mama. 

" Oke Ma!" Jawab Fadli. Ia punmenuang santan encer. Nampak Mama mengaduk rata dan memasak ayam setengah matang. Beliau pastikan bumbu meresap ke dalam ayam.

Udah kering, Mama pun menambahkan santan kental dan gilingan cabai hijau dan bawang merah-putih yang sudah diblender. Mama memasak ayam itu dengan api kecil sambil terus diaduk agar santan tidak pecah.

"Tambahkan garam dan gula secukupnya, Fadli. " Mama terus mengaduk hingga bumbu merata dan kuah mengental. Sesudah matang dan kental, Mama mengangkat gulai hijau ayam koto gadang itu.

"Fadli...Fadli...Fadli! Bangun. Kita sudah sampai di rumah, Nak!" Ayah membangunkan Fadli.

"Hoi, Bang Fadli. Ayo bangun. Mama udah nungguin Abang di meja makan tuh. Ada Ayam Koto Gadang." Nisa pun ikut membangunkan Abangnya.

"Aduh... Udah sampai, ya Dek." Fadli berusaha bangun. Ia melangkah gontai. Terpaksa Ayah yang mengangkat barang bawaan Fadli.

"Kita shalat Maghrib dulu baru makan, ya!" Peringat Ayah manakala melihat Fadli langsung menuju dapur kegemarannya. 

Fadli terus melangkah. Ia mendapati Mama sedang mengatur isi meja makan. Mama dan Fadli pun langsung berpelukan.

" Assalamualaikum, Ma. Sehat Ma?" Tanya Fadli sopan.

Nampak Mama mengurai pelukan. 'Waalaikumussalam wr.wb. Nak. Alhamdulillah. Mama, Ayah, dan Nisa sehat Nak. Kamu gimana, Nak? Betah kuliahnya di sana?"

Mama pun mengelus kepala anaknya. "Bun, kata Papa kita shalat dulu!" Bisik  Nisa. Pada Mama.

Kedengaran anehkan? Fadli panggil orang tuanya Ayah-Mama. Nisa adeknya malah manggil Bunda-Papa. Kata Mama dulu Ayahnya tak mau dipanggil Papa oleh Fadli dan abangnya dan Mama pun tak mau dipanggil Bunda oleh Fadli dan abangnya.

Giliran Nisa belajar di PAUD, eh manggil orang tua deh Papa dan Bunda.  Merekapun tampak shalat Maghrib berjamaah.

Usai shalat dan mengaji, mereka duduk di ruang makan.Gulai hijau ayam Koto Gadang yang memiliki rasa pedas gurih dengan aroma khas dari rempah-rempah dan daun kunyit dalam bayangan Fadli sore tadi sudah tersaji. 'Selamat mencoba!' Bisik Fadli dalam hati.

Di antara potongan-potongan ayam berbalut kuah gurih Mamanya dengan senyum lembut menyendokkan ayam ke piring Fadli.

Kini saatnya Fadli mencoba Ayam Koto Gadang bersama Nisa adiknya. Rasanya tetap sama. Soal bumbu, kehangatan yang dulu memenuhi ruang makan itu, kehangatan yang berasal dari cinta seorang Mama tetap sama. Satu yang terasa kurang. Abang Fadli, Afif tak sempat pulang. Beliau sibuk bekerja dan belum bisa cuti.

Setiap kali rasa rindu datang, Mama hanya bisa mengirimi si abang gulai yang sama. Terkadang Mama juga kirim rendang.

"Ma, aku kangen makan sama ayam Koto Gadang buatan Mama," Teriak Afif dari luar dapur. Semua kaget. Semua berdiri menatap Afif yang datang dengan gagah masih berpakaian dinas kantornya.

"Hoi, Abang curang naik pesawat pulang. Sedang aku dua malam sendirian di perjalanan, lho Bang!" Teriak Fadli.

"Bang pun dadakan pulang Fadli. Mendadak Abang ada job di kantor Padang dua pekan ini." Jelas Afif.

"Siplah. Berarti bonus Abang dua pekan itu buat aku. Aku juga mau balik Semarang dengan pesawat." Pesan Fadli.

Semua tetawa. Mereka pun geleng-geleng kepala mendengar pesanan Fadli kepada Abangnya. Tak terasa Ayam Lado Hijau Koto Gadang sudah ludes dilahap sambil bercerita.

Ma, Aku Kangen Ayam Koto Gadang! Benar-benar terwujudkan malam itu.
---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun