Yah, kami memang takut bila terciduk flu, batuk, dan demam di kelas oleh Bu Guru Nana. Bu Guru Nana akan segera menyuruh si sakit menghisap-hisap irisan bawang putih layaknya permen.
Bayangkan bawang putih itu memiliki bau yang tajam. Rasanya pun pedas-pedas perih di lidah dan dinding mulut.
Salah satu anak di kelasku pernah cabut. Izin tak masuk karena sakit tenggorokan. Bu Guru Nana menyuruh ketua kelas menjemput. Sedangkan wakil ketua kelas, Rahman disuruh ke dapur asrama. Ya, sekolah kami sekolah berasrama juga.
Ketika Rahman dan Ite temanku sampai di kelas Bu Guru segera memotong dua bawang itu. Sepotong masuk mulut Bu Guru Nana dan sepotong lagi beliau berikan kepada Ite. Dasar ite satu tipe dengan Bu Guru Nana. Ite dengan santai juga melahap bawang itu.
"Ite! Jangan dikunyah dulu. Hisap-hisap layak makan permen! Biar getahnya sempurna bekerja, Nak." Terang beliau kala itu. Esoknya, Ite memang mengaku tak sakit tenggorokan lagi.
Kali ini, dengan sigap Bu Nana memanggil Rahman temanku. "Rahman, tolong minta sama Mak Dapur satu biji bawang putih, Nak!" Teriak Bu Guru Nana.
Hadeuh... keputusan Bu Guru Nana sudah bulat. Kulihat Hafidz temanku pasrah. Wajahnya dan telinganya pun memerah. Detik-detik Rahman memasuki kelas mendebarkan kami.
"Dataaaang!" Semua penghuni kelas IX L bersorak. Manakala Rahman menyodorkan sebiji bawang putih kupas kepada bu guru.
"Karter, Recha!" Teriak Bu Nana. Recha sekretaris kelas pun beranjak dari kursinya. Karter pisau berwarna merah disodorkannya kepada Bu Guru Nana.
Dengan cekatan Bu Guru Nana memotong bawang putih itu menjadi 4 irisan. Bu Guru Nana terlihat menyimpan 2 iris ke dalam plastik bening.Â
"Ada yang punya permen, Nak!" Teriak Bu Guru Nana sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling kami.