Ketiga, Adu Domba
Sesudah dusta dan ghibah, manusia berpuasa akan digiring syetan untuk mengadu domba. Al-Baghawimenyebutkan, adu domba merupakan perbuatan seseorang dengan mengutip perkataan orang lain dengan tujuan untuk mengadu antara seseorang dengan si pembicara.
Sifat mengadu domba ini tentu tak asing lagi bagi kita. Adu domba dalam kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi misalnya. Â Bertujuan untuk mendapatkan dan menjaga kekuasaan seseorang dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil agar lebih mudah ditaklukkan.
Konteks lain, politik pecah belah berarti pula mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat. Adu domba bisa berdampak perpecahan dalam sebuah negara.
Keempat, Sumpah palsu
Ketika seseorang sudah terdesak saat berdusta, mengghibah, dan mengadu domba, maka ia tak segan untuk bersumpah palsu.Â
Sumpah palsu dalam hukum termasuk tindak pidana. Biasanya sumpah palsu berupa pemberian keterangan palsu di atas sumpah sesuai agama yang disumpah.
Ia memberikan keterangan tidak benar dan bertentangan dengan yang fakta sesungguhnya. Disebut sumpah palsu karena saksi tersebut, sebelum memberikan keterangan mengucapkan sumpah/janji menurut agama yang dianut.
Kelima, Memandang lawan jenis atau sesama jenis dengan nafsu sahwat
Hari ini, seseorang bersahwat bukan kepada lawan jenis saja. Tapi sudah melebar pula ke sesama jenis. Kita sebut homo dan lesbian. Ketiga sahwat itu akan menggugurkan pahala puasa berganti menjadi rugi yang hanya lelah menahan haus dan lapar.
Keenam, Suka mengeluarkan kata kata keji, caci, dan makian.