Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Edukasi Putri Anda tentang Batasan Pacaran yang Sehat atau Lebih Baik Larang Pacarankah?

19 Maret 2023   19:38 Diperbarui: 19 Maret 2023   19:38 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu solusinya apa? Kata saya saat itu. Kami putus jawab mereka. Apa lagi? Pindah kost kata mereka. Mereka pun saya pindahkan kost ke rumah penduduk yang bisa menjaga mereka dengan ketat.

Ya, berdasarkan data Kementrian Kesehatan, remaja sudah memulai. Mereka pacaran sejak usia 15 tahun dan cenderung melakukan perilaku beresiko. Kehamilan di luar nikah hingga perilaku aborsi (Kementrian Kesehatan, 2014).

Selain itu, relasi mereka pacaran, rentan terjadi kekerasan pada anak perempuan. Seperti kasus YF dan AJ di atas. Berdasarkan Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2019, jumlah kasus kekerasan pada anak perempuan meningkat dari tahun ke tahun sebelumnya.

Jumlah kekerasan seksual hubungan dalam ranah personal cenderung dilakukan oleh pacar (lelaki). Korban di usia 13 sampai 18 tahun mencapai 2.262 kasus, 653 kasus usia 6 sampai 12 tahun (CNN Indonesia, 2020).

Bujukan, permintaan, dan rayuan dari pacar adalah alasan untuk melakukan hubungan seks di luar nikah dan ini menempati posisi keempat setelah rasa ingin tahu, kurangnya iman atau agama, serta terinspirasi dari film dan media massa (Mayasari, & Hadjam, 2000).

Pro kontra dan banyak debat orangtua bolehkah pacaran atau tidak. Jika boleh berpacaran maka rasa khawatir dan takut terhadap perilaku beresiko di luar kendali, jika tak di izinkan, mereka pacaran secara diam-diam. Ini berbahaya.

Jadi, orang tua, saudara,  dan guru menjadi pihak bertanggung jawab untuk memberikan pengertian terhadap remaja terkait masa pubertas, pengambilan keputusan bertanggung jawab, termasuk hal-hal yang perlu dijaga dan prinsip penting terkait dengan berpacaran yang sehat.

Dengan bimbingan yang baik dan benar oleh orangtua, saudara, maupun guru, anak berpotensi untuk melakukan perilaku menyimpang bisa diminimalisir.

Sebab dalam masa pubertas, remaja akan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, bahkan keingintahuan akan kebutuhan biologis melonjak, karena perubahan fisik dan kematangan seksual yang mereka hadapi. 

Sekolah, orangtua, dan masyarakat sangat perlu bersinergi dalam memberikan pelajaran tentang kesehatan reproduksi sehingga remaja lebih siap menghadapi masa pubernya (Marlynda, 2017).

Demikian juga edukasi tentang tindak kriminal dan pidana perlu disosialisasikan kepada peserta didik atau putra Anda. Jangan semudah itu menghilangkan nyawa pacar. Sudah saatnya kurikulum dibenahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun