Memberi nilai, rating, vote, atau rate. Memberi komentar. Dua tugas kita di kompasiana platform jika ingin mendapat viewers atau pembaca.
Dua tugas itu merupakan media kita dalam membangun interaksi positif antar sesama penulis konten agar mendapat poin dari pembaca. Berupa view dan 100 komentar.
Banyak lo di antara sobat kita yang tidak tahu cara berinteraksi di platform ini. Setelah mereka memposting konten, lalu dibiarkan begitu saja.
Dulu, awal mula bergabung di sini, saya pun begitu. Membiarkan saja tulisan itu. Hingga tak ada yang bereaksi pada tulisan saya. Tak ada satupun kompasianer yang memberi respon.
Saya pun mengamati tulisan-tulisan lain. Ada dapat respon puluhan dan ada juga no respon seperti tulisan pertama saya. Untung di tulisan kedua kompasianer Irwan Rinaldi Sikumbang bermurah hati memberi nilai. Tapi cuma sekedar memberi nilai. Tanpa komentar.Â
Lalu sayapun membalas membaca dan memberi nilai tulisan beliau. Beliau sangat rajin memberi nilai untuk setiap tulisan baru. Selalu pertama di tulisan saya. Makasi Pak Irwan.
Namun beliau tak mau memberi komentar. Memberi nilai saja. Saya pun takut kasih komentar, pemula. Berturut ada Pak Bambang Syairudin, biasa disapa Pak Bams jika sudah SKSD. He he he. Sok Kenal Sok Dekat.
Pak Bams meski sedikit, suka memberi komentar. Saya pun cuma dapat komentar Pak Bams. Karena itu tadi, takut. Dalam sehari, saya cuma bisa dapat satu komentar.Â
Lalu muncul mas Fajar, iapun tak mau komontar. Meski saya sudah mengomentari puisinya seperti Pak Bams mengomentari konten saya.
Lalu ada Mas Sigit, ia rajin komentar dulu. Sekarang karena sibuk mungkin ada sesekali. Mas Budi Susilo, ini hemat komentar tapi rajin memberi nilai seperti Pak Irwan.Â
Akhirnya, kompasianer paling santun dan ramah Roselina Tjiptadinata, Tjiptadinata Efendi pun berkenan menyapa di tulisan saya. Tahun ini mereka pun dinobatkan sebagai kompasianer terbaik.Â
Ya paling bahagia jika melihat interaksi sahabat kompasianer di notifikasi kita. Sekarang sudah banyak sahabat kompasianer yang memberi nilai dan komentar.Â
Meski ada juga yang belum sesuai ekspektasi balasannya. Kita kecewa ketika memberi nilai dan komentar malah dicuekun aja.
Adalagi, kita beri dia nilai dan komentar, eh dia tega cuma balas komentar kita di akunnya saja tanpa mau membalas memberi nilai apalagi memberi komentar. Ini saya amati pada pemula seperti saya dulu mungkin.
Sejak itu, saya faham mengapa Bang Irwan Rinaldi Sikumbang tak mau komentar. Sebab, ketika kita memberi seseorang komentar, ia lupa untuk memberi kita sekedar nilai. Mungkin sibuk atau lupa.
Tentu akhirnya, kita pun malas berinteraksi dengannya lagi.
Seiring waktu kita bisa menyimpulkan, ilmu SKSD dan uji coba perlu di sini. Agar kita tahu siapa sohiban di sini. Bu Siska pun memberi ilmu, bocoran dari Ibunda Roselina, 'catat nama kompasianer yang sudah memberi nilai kepada kita, agar kita bisa memberi mereka nilai dan komentar.'
Mengapa ada kompasianer yang tak berinteraksi di sini?Â
Biasanya bisa disebabkan dua hal.
Pertama, saya ingin tulisan sekedar dimuat saja kerena akan naik pangkat bagi guru; disuruh dosen atau guru bagi siswa dan mahasiswa. Sehingga mereka hanya menulis satu dua tulisan dan didiamkan saja tulisan itu hingga berbulan-bulan. Bahkan mungkin selamanya. Lupa pernah menulis.
Kedua, saya tidak tahu tata cara memberi nilai dan komentar. Ini bagi pemula dalam menulis, seperti saya di atas.
Bisa jadi takut, minder, malu, dan beragam rasa lain sehingga diam saja tak bereaksi pada platform. Kirim tulisan lalu dibiarkan saja.
Adakah pihak yang dirugikan atas dua perilaku di atas?Â
Setiap tindakan tentu ada untung ruginya. Keuntungan si saya, tulisannya sudah dimuat di kompasiana dan tujuannya sudah tercapai. Misal, guru sudah selesai naik pangkat. Mahasiswa sudah selesai mata kuliahnya. Pelajar sudah selesai belajar dengan gurunya.
Guru yang naik pangkat sudah naik golongan dari golongan III d ke golongan IV a misalnya. Mahasiswa sudah mendapat nilai A dan wisuda dan pelajar sudah mendapat nilai 98 di rapor pada mata pelajaran Bahasa Indonesianya dan sudah lulus.
Mujur jika dapat sekolah favorit untuk SMA-nya dan guru bahasanya masih memegang prinsip pendidikan sepanjang hayat dan mengutamakan keterampilan hidup. Guru tersebut masih melanjutkan kebiasaan menulis bagi siswanya. Maka kebiasaan menulis pun akan berlanjut.Â
Jika sebaliknya, maka kebiasaan menulis hilang dan mati. Dari 33 orang siswa x5 kelas = 165 siswa saya, tahun ini, 2022/2023, 20 orang siswa telah menulis di platform kompasiana.
Saya suruh mereka memproduksi 5 kategori tulisan sesuai materi esensial siswa kelas 9 di SMP.
Menulis Cerita Imajinasi Cerpen, Menulis Teks Tanggapan Kritis, Menulis Teks Laporan Percobaan, Menulis Teks Pidato Persuasif diubah menjadi feature, dan menulis pengalaman hidup mereka dalam bentuk diary.
Alhamdulillah bisa mereka tulis di kertas dan 80 siswa di antaranya berhasil update content di medsos, salah satunya kompasiana ini, 20 siswa.
Guru memiliki tugas menilai hasil tugas siswa, baik harian, tengah semester, semester, dan kegiatan belajar mengajar lainnya. Guru juga disibukkan dengan perencanaan mengajar, mencari sumber belajar, dan membuat media belajar.
Pada pelaksanaan tugas, guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa dalam portofolio guna penilian kinerja guru, sekolah berupa akreditasi sekolah (8 standar pendidikan nasional, poin 4), dan penilian kinerja kepala sekolah.
Hal itulah yang menuntut guru harus kreatif, menjadikan kebiasaan, atau tradisi menulis. Salah satunya mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 9 sampai ke tahapan proses menulis.
"Keterampilan Berkomunikasi Efektif Secara Tertulis dan Lisan," Baik siswa dan guru. Begitu bunyi poin pada salah satu dari 8 standar pendidikan nasional, poin 4. Karena tuntutan ini saya mengimbau siswa menulis di medsos. Berupa content (konten).
Konten adalah informasi yang disediakan melalui media atau produk elektronik. Umumnya bisa merujuk pada isi dari status facebook, instagram, twitter, tiktok, youtube, dan berbagai platform media sosial, salah satunya kompasiana.
Mereka saya minta mempublikasikan tulisannya dengan tujuan, 1) siswa, mengerjakan tugas yang diberikan dengan semangat dan tulisan teruji baik. Adanya kategori pilihan atau artikel utama pada content siswa di kompasiana.
Dengan publikasi ini mereka akan semangat, mereka teruji membuat content orisinil, dan content bisa bermanfaat sepanjang hayat jika tetap aktif di kompasiana, dan mereka meraih manfaat ini.
Guna menulis di Medsos
1. Menambah nilai B.IND sesuai target pendidikan belajar sepanjang hayat ( hidup)
2. Bukti sukses belajar B.IND
3. Untuk bahan akreditasi sekolah tempat kita sekolah
4. Untuk sarana berdakwah menyebar kebajikan dan perdamaian
5. Untuk mendapat uang saku atau uang sekolah/ uang kuliah
6. Menghindari penyakit stres, mental, dan kejiwaan
7. Melatih daya ingat
Bagi guru, kegiatan proses belajar mengajar ini berguna memotivasi siswa giat belajar dan sebagai bahan atau bukti fisik melaporkan hasil kegitan belajar mengajar kepada sekolah.
Adapun bagi satuan pendidikan sekolah, kegiatan ini bisa dijadikan bahan atau bukti fisik untuk visitasi melaporkan hasil kegitan belajar mengajar selama periode penilaian akreditasi sekolah.Â
Demikian juga untuk penilaian kinerja kepala sekolah terbaik sekota, seprovinsi, dan nasional. Untuk assesment pribadi serta akreditasi sekolah bagi kepala. Kebetulan tahun ini kepala sekolah saya mendapat kategori terbaik I untuk kota, provinsi, dan terfavorit untuk nasional.
Ada keuntungan ada pula kerugian. Di atas sudah kita bahas untung saya menulis di platform ini. Lalu adakah kerugian bagi pihak yang menulis di platform ini hanya demi kepentingan sesaat saja?
Tentu ada kerugiannya. Apa saja kerugiannya?
Pertama, sesuai kebijakan admin kompasiana Anda akan kehilangan kesempatan mengikuti program K-Rewards. Apa itu K-Rewards silahkan klik di atas platform ada penjelasannya lengkap di sana.Â
Kedua, akan kehilangan kesempatan mendapatkan akun validasi centang biru di Kompasiana.
Kompasianer berhak mendapatkan label verifikasi ini jika pengguna aktif, konsisten, serta turut membangun interaksi yang positif di Kompasiana. Interaksi artinya, Anda memberi nilai aktual, bermanfaat, inspiratif, menarik, menghibur, atau unik. Seperti sudah saya uraikan di atas.
Pilihan pemberian nilai itu ada pada bagian bawah konten atau tulisanmu. Ketika si A memberi nilai aktual untuk konten Anda, lalu kliklah foto si A, kemudian baca konten si A. Nah lihat ke bawah tulisan ada kode BERI NILAI. Bagaimana reaksi Anda tentang artikel itu?
Pilihlah hijau, Â orange, biru, ungu, merah, atau hijau-unik. Klik. Tunggu diproses. Ada kata sukses lalu muncul foto profilmu di sana beserta namamu dan pilihan nilai. Nah Anda sudah berinteraksi lewat BERI NILAI dengan kompasianer di sini.
Kemudian BERI KOMENTAR. Ini interaksi kedua di platform ini dalam rangka turut membangun interaksi yang positif.Â
Silahkan komentar dan beri nilai saja jangan takut. Teman-teman di sini semua baik-baik kok. Take and give. Anda beri nilai dan komentar, saya balas. Begitulah di sini.
Tak ada kata kasar, semua berbahasa sopan, santun, baik, dan benar sesuai tuntutan pembelajaran guru Bahasa Indonesia di sekolah.
Karena admin di sini juga kiler. He he he. Kiler untuk mereka yang salah. Itu memang peraturannya, positif. Artinya, admin memantau selama 24 jam atas aktivitas dan interaksi di platform.
Selain untuk turut membangun interaksi yang positif, kita juga harus mempertanggungjawabkan setiap konten yang ditulis di Kompasiana. Jika plagiat akan dihapus, jika melanggar SARA akan dihapus, dan tak boleh promosi.
Bakal dihapus meski hanya salah download foto. Saya juga punya pengalaman download foto salah. Tertulis nama tokonya. Tulisan hilang dan langsung dapat peringatan melanggar. Tegas, demikianlah seharusnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H