Rumah sangat sederhana sekali. Dengan DP 5 juta dan angsuran di atas 600 ribuan merdka berteduh dari teriknya matahari dan derasnya hujan. Satu ruangan keluarga, satu kamar tidur, satu kamar mandi, dan satu dapur lumayanlah untuk mereka berempat anak beranak.
Lampu listrik dan air PDAM pun masih bersama dengan penghuni komplek lainnya. Cukup mahal untuk mereka guru honorer memasukkan lampu dan air. Masuk lampu 2 juta dan masuk air 1,5 juta.
Ia dan suamipun memutuskan menumpang saja dulu seperti warga komplek baru itu. Meminta bantuan dari kampung tak mungkin lagi. Untuk DP 5 juta sudah meminjam kepada ibu dan adiknya sebanyak 3 juta.
Akhirya dengan peluh mengucur mereka tiga beranak sampai di rumah impian sangat sederhana sekali itu. Ia pun melepas tangan si sulung, membuka kunci rumah. Bunyi krekkk pintu dari kayu pun terdengar ketika ia menguak pintu. Aroma rumah baru langsug menyeruak menyapa hidung mereka tiga beranak.
" Hore! Kita sampai di rumah, Ma." Kata si sulung ceria.
" Iya, nak. Ucap salam," pinta Mahrani.
" Assalamu alaikum...." tutur mereka tiga beranak dan masuk ke dalam rumah.
Segera Mahrani meraih colokan lampu. Ia pun memasangkannya. Berulang ia mencoba. Namun, lampu tetap tak menyala.
' Duh, jangan-jangan koin subhat 1000 sudah bereaksi. ' Pikirnya.
Di sore mulai redup itu, ia segera memandikan dua anaknya. Memasangkan bedak, mjnyak kayu putih di area tertentu tubuh anaknya. Kemudian memasangkan baju tidur mereka. Wangi anaknya pun menguar.
Ia pun bergegas membuat dua botol susu. Kedua putranya segera minum susu sambil rebahan. Tak lama susu habis dan kedua putranya pun tertidur.