Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ketika Paragraf Menyapa Kita dengan Jumlah Kalimat yang Lebih dari 3 Titik

4 Juli 2022   15:54 Diperbarui: 7 Juli 2022   11:46 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembaca pun akan cendrung malas membacanya. Padahal postingan kita keren dan aktual. Tapi pas melihat tumpukan paragrafnya gendut, mata pembaca jadi malas, karena berat.

Apalagi kita membaca memakai metode cepat dan sekilas. Ketika melihat paragraf gendut dan panjang mata jadi lelah.

Ketika saya membaca tulisan kategori PE (Pilihan Editor), saya pun baru sadar. Wajar mereka PE. Kalimat e pendek-pendek. Paragraf ramping jadi terkesan elegan.

Demikian pula ketika kita berada pada platform puisi, tak nyaman jika melihat 3 baris dalam satu bait. Puisi kurang pas jika dipatok 3 baris satu bait. Sedangkan  kebiasaan kita menulis puisi, biasanya guru bahasa mengajarkan 4 larik satu bait.

Ketika kita tulis tanpa enter pemenggalan katanya di platform, kurang tepat pula platform memenggal. Lalu saya amati puisi kompasianer tentang angkasa gitu ya dan puisi ini masuk PE, baru saya faham ternyata si pengarang mengkondisikan puisinya dalam 3 baris per bait.

Ini menjadi sebuah dilema. 

Untuk tulisan artikel selain puisi, cantik 3 kalimat satu paragraf. Tapi untuk puisi kurang pas jika kita terapkan 3 baris satu bait. Karena puisi sejatinya bukan kalimat-kalimat tapi larik-larik.

Semoga ke depan ada perbaikan platform puisi sehingga ke depan pengarang puisi tak frustasi dalam mengelompokkan bait-baitnya.

Meskipun pada perkembangannya puisi ada yang bebas dari segi jumlah kata dalam satu larik, jumlah larik dalam satu bait,dan jumlah bait dalam satu tubuh puisi. Namun, harapan kita kedepan ketika menulis kita bisa memilih model yang bagaimana yang mau kita sajikan.

Mari kita bandingkan pembaitan puisi berikut dari tampilan perwajahan antara berbait dan tak berbait. Ini penggalan puisi dokpri saya sendiri. Dengan judul: Aplikasi di Hari Libur dengan Generasi Penolak Bencana

Seperti powerrangeskan tapi mengapa tiap tahun engkau berubah terus tanpa bisa berjalan sendiri menemui pengguna-penggunamu tanpa internet dan kuota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun