Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bonus Demografi, Antara Peluang dan Tantangan di Tengah Agenda Outsourcing dan Menyempitnya Lahan Pertanian

26 Juni 2022   21:18 Diperbarui: 30 Juni 2022   09:23 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia pun bertanya kepada saya apakah ada lowongan pekerjaan, "Assalamualaikum, lai tdanga informasi lowongan krjo d pdg panjang dga e ni?"

Ada lebih dari sembilan perusahaan BUMN yang menyerap tenaga kerja tetapi tidak ada satu pun yang sesuai jurusannya bidang pertanian.

Sementara anak-anak mahasiswa yang saya kenal karena murid saya di SMP, sambil kuliah mereka sudah bisa menabung 20-30 juta setiap tahunnya dengan magang dan bekerja sama dengan kampus dan BUMN. 

Mereka inilah anak-anak kota yang orang tuanya mampu memberi bimbel mereka di SMA dan jelang SBMPTN hingga membayar puluhan juta.

Kesenjangan ini bukan tak disadari pemerintah kita. Buktinya perbaikan kebijakan kurikulum senantiasa terjadi dengan dalih pendidikan belum sesuai harapan. 

Untuk apa perbaikan-perbaikan kalau hanya sebatas siapa atau sekolah siapa siap. Semua sekolah siap memakai kurikulum merdeka belajar.

Tapi tidak semua kepala sekolah mampu menahan siswa mereka untuk tetap duduk di bangku sekolah karena tidak adanya ketegasan kedisiplinan di sekolah. 

Guru dan sekolah yang mendisiplinkan anak-anak di sekolah siap-siaplah menuju kasus dengan pasal kekerasan terhadap anak di bawah umur atau kasus pungli karena guru mendenda siswanya yang cabut atau tidak mengerjakan tugas dengan benar.

Tidak semua peserta didik berkarakter harus dihadapi dengan kelembutan, beberapa di antara mereka berlatar keluarga keras. 

Ketika mereka dihadapi dengan lembut justeru mereka semena-mena dengan tidak hadir-hadir sama sekali ke sekolah. Menghadapi anak-anak seperti ini dengan kondisi orang tua yang tidak mau tahu bahkan tak sanggup menghadapi anak sendiri tentu guru pun kewalahan. Apalagi guru kita yang masih berusia muda-muda.

Ada seorang anak tunggal di kampung saya. Tiap hari cabut, ketika guru melaporkan ini kepada orang tuanya, ayahnya pun cuek menanggapi dengan berkata biarkan saja. Masih usia bermain. Nanti Pasti sukses. Sekarang ia menjadi salah satu anggota DPRD di wilayah pemilihan kampung kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun