Hingga hari kelulusan tiba. Itu salah satu hari terburuk di hidup gue. Bukan karena hari ini Rendy bakal ninggalin gue, tapi karena hari ini Rendy pergi tanpa nemuin gue sekedar buat kasih salam terkhir ke dia.
Dan sekarang begini lah kehidupan gue. Terlalu dalam terjerat dalam dunia gelap hingga gue lupa jalan keluar dari sini.
“Arip, setoran hari ini gimana. Lancar?” tanya gue ke bawahan
“Santai boss, kaya biasa setoran beres semua.” Sembari tertawa dan nyerahin duit ke gue
“Oke, Rendy kemana. Kok gue gak liat dari gue dateng tadi.” Tanya gue ke Arip
“Itu boss, dia lagi ke pasar bunting. Katanya disana ada masalah tadi.”
“Boss tunggu sini aja tar juga dia balik lagi. Ambilin kopi ama rokok ga ni boss?” tanya Arip
“Ya dah boleh. Kaya biasa kopi item pait ya.”
“Okee boss,”
Rendy yang sekarang jadi assisten gue dan sekaligus dia megang beberapa pasar dibawah gue itu adalah Rendy yang sama, dengan Rendy kampret yang ninggalin gue di hari kelulusan tanpa kabar itu.