Letak kesulitan yang paling besar adalah meningkatkan kesadaran akan perubahan iklim pada pribadi masyarakat yang berada pada daerah lebih maju dan modern. Kecendrungan masyarakat yang individualis memunculkan sikap apatis terhadap sekitar, baik makhluk hidup maupun lingkungan. Contohnya di Jakarta, Â menurut riset dari Dr. R. Budi Haryanto, SKM, M. Kes, M. Sc., Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) pada tahun 2018, 80 persen penyebab polusi udara adalah transportasi.Â
Namun, masyarakat Jakarta tidak memedulikan riset tersebut dengan lebih mementingkan pekerjaan dan pendidikan formalnya. Masih banyak masyarakat Jakarta yang menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum. Bahkan, pada tahun 2017, jumlah sepeda motor di Jakarta lebih banyak daripada penduduknya. Kepedulian terhadap lingkungan di masyarakat Jakarta dapat dikatakan rendah,
Melihat permasalahan kondisi kepedulian masyarakat terhadap lingkungan di kota-kota yang lebih maju, perlu ada sistem yang menarik dan direspek oleh masyarakat supaya dapat meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan itu sendiri.Â
EBT dapat menjadi jawaban untuk meningkatkan hal ini. Sesuai dengan definisi EBT yaitu tidak sekadar sumber energi dari sesuatu yang mudah diperbaharui, tetapi juga menggunakan teknologi relatif baru dan modern, kehadiran EBT akan menciptakan sesuatu nilai lebih di masyarakat perkotaan, khususnya kota-kota metropolitan.Â
Kondisi masyarakat yang sudah melek teknologi, informasi, dan komunikasi, apalagi sudah terkena dampak globalisasi seperti mencontoh budaya luar negeri, EBT dapat menjadi sebuah sistem yang memperlihatkan bahwa kondisi perubahan iklim sudah terjadi. Hadirnya EBT dapat menjadi suatu bukti nyata, bahwa masyarakat perlu memanfaatkan gagasan ini perlu dirancang dan dilaksanakan sesegera mungkin.
Masyarakat perkotaan yang cenderung memiliki pengalaman dan pendidikan lebih juga dapat membantu peningkatan kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim di daerah-daerah lain.Â
Dengan menggunakan kemampuan lebih, masyarakat perkotaan dapat memberi pencerdasan, publikasi, dan bukti empiris bahwa perubahan iklim sudah ada sehingga dalam mewujudkan hal ini tidak semata-mata bergantung pada pemerintah atau lembaga-lembaga terkait. Apabila hal ini berhasil dilakukan, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi bangsa dan negara yang sangat peduli secara merata terhadap perubahan iklim.
Kemunculan gagasan Energi Baru Terbarukan (EBT) dapat menjadi sebuah jawaban untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap perubahan iklim. Akan tetapi, perlu usaha serentak dari pemerintah secara vertikal (pusat dan daerah) juga horizontal (eksekutif, legislatif, dan yudikatif) untuk memberi perhatian lebih dan melaksanakan rencana-rencana dalam menyukseskan EBT di Indonesia.Â
Pemerataan pembangunan juga harus segera direalisasikan karena hal ini memegang banyak peranan kunci, salah satunya adalah meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarat terhadap perubahan iklim dari wujud nyata berupa realisasi EBT. Ternyata, selain dapat menyelesaikan permasalahan yang bersifat fisik, EBT juga mampu memberi hasil demi membentuk masyarakat yang lebih baik dan madani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H