Mohon tunggu...
Reza Pandansari
Reza Pandansari Mohon Tunggu... Guru - GURU SMKN 1 PEMALANG

GURU BIMBINGAN KONSELING

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Laporan Best Practice

26 Januari 2023   13:01 Diperbarui: 26 Januari 2023   13:02 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

LAPORAN BEST PRACTICE

SyM DORA (SYMBOLIC MODEL DENGAN ZONA HARAPAN) MENUMBUHKAN MINAT JURUSAN

Oleh :

REZA PANDANSARI, S.Pd

NIP. 19840410 202221 2 028

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SMK NEGERI 1 PEMALANG

Jl. Jend. Gatot subroto Pemalang 52319 Telp. (0284)321386 Fax 323376

E_mail : smkn1pmlg@telkom.net

Tahun 2022

IDENTITAS GURU

 

Nama Sekolah                                             :    SMK Negeri 1 Pemalang

  • Nama Guru                                                 :    Reza Pandansari, S.Pd
  • NIP                                                               :    19840410 202221 2 028
  • Pangkat Golongan Ruang                         :    IX
  • Alamat Sekolah
  • Jalan                                                  :    Jl. Gatot Subroto No.31
  • Kabupaten                                        :    Pemalang
  • Provinsi                                             :    Jawa Tengah
  • Telpon/Fax                                        :    0284-321386

Mengajar Mata Pelajaran                          :    Bimbingan Konseling

  • SK Pengangkatan
  • Pejabat yang mengangkat                 :    Gubernur Jawa Tengah
  • Nomor SK                                        :    821.3/0103/2022
  • Tanggal SK                                       :    4 April 2022

  • Alamat Rumah                                            :     Jl Ternate Raya no. 2 Perum Puri Praja Kencana Mulyoharjo
  • Kabupaten                                        :    Pemalang
  • Propinsi                                             :    Jawa Tengah

HALAMAN  PENGESAHAN

 

Naskah Laporan Pengalaman Terbaik (Best Practice) Guru ini

 

Judul

:

SyM DORA ( Symbolic Model dengan Zona Harapan) Menumbuhkan Minat Jurusan 

Penulis

:

Reza Pandansari, S.Pd

Tugas

:

Guru Bimbingan Konseling

Instansi

:

SMK Negeri 1 Pemalang

Adalah benar-benar merupakan karya asli saya dan bukan merupakan plagiasi. Apabila di kemudian hari terbukti karya ini merupakan hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Pemalang ,  Agustus 2022

Mengetahui,

Kepala SMK Negeri 1 Pemalang                                Penulis,

Drs. Susilohadi, M.Pd                                                 Reza Pandansari,S.Pd

NIP. 19681010 200003 1 011                                     NIP. 19840410 202221 2 028


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan Best Practice “SyM DORA ( Symbolic Model dengan Zona Harapan ) menumbuhkan Minat Jurusan”  ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga laporan Best Practice “SyM DORA ( Symbolic Model dengan Zona Harapan ) menumbuhkan Minat Jurusan”  ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga laporan Best Practice “SyM DORA ( Symbolic Model dengan Zona Harapan ) menumbuhkan Minat Jurusan”  ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi laporan Best Practice “SyM DORA ( Symbolic Model dengan Zona Harapan ) menumbuhkan Minat Jurusan”  ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Dalam pembuatan Laporan Best Practice “SyM DORA ( Symbolic Model dengan Zona Harapan) menumbuhkan Minat Jurusan”  ini, penyusun mendapat dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penyusun ucapkan terimakasih kepada :
1.Kepala SMK Negeri 1 Pemalang yang telah memberi ijin kepada penyusun,
2.Teman – teman sejawat SMK Negeri 1 Pemalang yang telah memberikan dorongan semangat kepada penyusun, dan
3.Keluarga yang telah memberi inspirasi dan motivasi kepada penyususn.
Laporan Best Practice “SyM DORA ( Symbolic Model dengan Zona Harapan ) menumbuhkan Minat Jurusan”  ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan yang saya miliki . Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan Best Practice “SyM DORA ( Symbolic Model dengan Zona Harapan ) menumbuhkan Minat Jurusan”  ini.
                                                                                           Pemalang,  Agustus 2022
Penulis
 

DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPULi
LEMBAR IDENTITASii
LEMBAR PENGESAHANiii
KATA PENGANTARiv
DAFTAR ISIv
DAFTAR TABELvi
DAFTAR GAMBARvii
DAFTAR LAMPIRANvii
ABSTRAKSIviii
I.PENDUHULUAN
A.Latar Belakang Masalah1
B.Perumusan Masalah1
C.Tujuan
D.Manfaat2
II.KAJIAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka1
III. IMPLEMENTASI BEST PRACTICE
A.Pemecahan Masalah3
B.Langkah-langkah Pemecahan Masalah3
C.Hambatan3
IV.KESIMPULAN5
Daftar Pustaka6
Lampiran6
 
ABSTRAKSI
Sari, Reza Pandan. 2022. SyM DORA ( Symbolic Model dengan Zona Harapan) menumbuhkan Minat Jurusan

Minat jurusan adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan seseorang yang berupa kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan, mekanisme dan aktivitas lain yang memulai seseorang untuk lebih bersemangat agar tercapai tujuan-tujuan belajar yang lebih baik. Best Practice ini bertujuan untuk menumbuhkan minat jurusan peserta didik kelas X OTO SMK Negeri 1 Pemalang tahun pelajaran 2022/2023 dan untuk mengetahui peningkatan minat jurusan peserta didik setelah mendapatkan layanan informasi dengan menggunakan Symbolic Modeling dengan Zona Harapan. Desain best practice ini mengunakan metode analisis data deskriptif kuantitatif yaitu suatu analisis data yang berpola menggambarkan yang ada dilapangan dengan tujuan menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dari peristiwa serta sifat-sifat tertentu. Hasil best practicen menunjukkan bahwa adanya peningkatan minat belajar dan respon dalam mengikuti materi layanan BK, hal ini dapat dilihat dari kondisi awal peserta didik yang memiliki minat rendah. Dan di layanan ke-2 dengan Symbolic Modeling dengan Zona Harapan peserta didik memiliki motivasi tinggi meningkat dan respon peserta didik juga mengalami mengalami peningkatan. Kesimpulannya bahwa Symbolic Modeling dengan Zona Harapan dalam layanan informasi dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran BK sehingga peserta didik lebih merespon apa yang diberikan guru.

Kata kunci : Minat jurusan, Symbolic Modeling dengan Zona Harapan

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sekolah menengah lanjutan adalah lembaga-lembaga pendidikan yang mulai mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Ada beragam pilihan sekolah lanjutan yang bisa dimasuki oleh para peserta didik yang akan melanjutkan pendidikannya. Di antara beberapa pilihan, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan formal lanjutan. Seperti kita ketahui bersama bahwa SMK mempunyai nilai plus dimana membekali peserta didiknya dengan berbagai macam keterampilan dan keahlian khusus yang dapat dimanfaatkan untuk terjun ke dalam dunia kerja apabila nantinya tidak dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan tinggi. Memasuki SMK, peserta didik dihadapkan dengan berbagai pilihan jurusan sejak awal masuk sekolah. Jadi, sejak semester pertama pada tahun pertama, mereka sudah belajar di jurusan yang dipilih.
Di SMK Negeri 1 Pemalang, guru menjumpai fenomena beberapa peserta didik yang mengalami masalah dengan jurusan yang telah dipilihnya. Menurut data yang diperoleh guru pada survey awal melalui wawancara dengan peserta didik SMK Negeri 1 pemalang, bahwa 25% dari peserta didik kelas X jurusan Otomotif  tahun pelajaran 2022-2023 merasa tidak cocok dengan jurusan yang telah dipilihnya.
Peserta didik yang merasa tidak cocok dengan jurusan Otomotif, yaitu peserta didik yang memilih jurusan Otomotif untuk pilihan alternatif apabila tidak masuk di jurusan pilihan pertama, mereka yang hanya ikut-ikutan temannya masuk di jurusan tersebut dan/atau mendapat dorongan dari orangtua untuk memilih jurusan tersebut yang sebenarnya tidak sesuai dengan minatnya. Dampak yang timbul dari hal tersebut antara lain: (1) peserta didik tersebut sering bolos sekolah sehingga absennya lebih dari batas toleransi sekolah, (2) nilai pelajaran peserta didik tersebut turun di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), dan (3) motivasi belajarnya kurang.
Beberapa ahli berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subjek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat peserta didik yang telah ada. Menurut Taner & Taner sebagaimana dikutip oleh Slameto (2010: 181) “dapat pula dengan usaha membentuk minat-minat baru pada diri individu. Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada individu mengenai hubungan antara suatu bahan materi yang akan diberikan dengan bahan materi yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi individu di masa yang akan datang.” Informasi tersebut diberikan melalui kegiatan bimbingan klasikal.
Bimbingan klasikal merupakan suatu bimbingan yang digunakan untuk mencegah masalah-masalah perkembangan, meliputi: informasi, pendidikan, pekerjaan, personal, dan sosial dilaksanakan dalam bentuk pengajaran yang sistematis dalam suatu ruang kelas yang berisi 36 peserta didik dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman diri dan orang lain serta perubahan sikap dengan menggunakan berbagai media.
Salah satu cara yang diterapkan untuk menciptakan iklim pembelajaran yang menarik dengan menumbuhkan minat dan memotivasi peserta didik yaitu dengan memberikan bimbingan klasikal dengan Symbolic Modeling (Symbolic Modeling bertujuan untuk menghilangkan perilaku negatif, seperti tidak percaya diri dalam belajar, tidak memiliki tanggung jawab dalam belajar, tidak memiliki inisiatif dalam belajar dan tidak memiliki kedisiplinan dalam belajar, yang kemudian membentuk perilaku baru yang positif).
Dengan ini untuk bimbingan klasikal yang diberikan perlu adanya perbaikan yaitu salah satunya dengan Symbolic Modeling yang di masukkan di dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih menarik dan layanan yang diberikan akan lebih mudah diterima dan diserap oleh peserta didik.

B.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah dalam best practice ini adalah: Bagaimana meningkatkan minat peserta didik pada jurusan Otomotif melalui bimbingan klasikal dengan Symbolic Modeling dengan zona harapan untuk pada peserta didik kelas X OTO SMK Negeri 1 Pemalang?

C.Tujuan
1.Dapat memberikan sumbangan berupa masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya peningkatan minat peserta didik pada jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif melalui bimbingan klasikal dengan Symbolic Modeling.
2.Memberikan sumbangan berupa masukan mengenain peningkatan minat peserta didik pada jurusan Otomotif melalui bimbingan klasikal dengan Symbolic Modeling.

D.Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari  best practice ini adalah :
1.Bagi peserta didik dapat meningkatkan semangat dan minat untuk mengikuti layanan bimbingan yang pada akhirnya dapat meningkatkan keberhasilan pengembangan pribadi dan  prestasi belajar peserta didik.
2.Bagi penulis dapat dipergunakan untuk dasar perbaikan pelaksanaan layanan bimbingan pada waktu-waktu berikutnya hingga menjadi profesional.
3.  Bagi para pendidik semoga menjadi inspirasi untuk selalu meningkatkan pelayanan kepada peserta didik dengan berbagai cara yang memungkinkan di tempuh.
4.Bagi lembaga SMK Negeri 1 Pemalang adalah sebagai bahan Evaluasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling dan sebagai dasar penyusunan Program Layanan Bimbingan pada tahun berikutnya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Minat
1.Pengertian Minat
Minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut Bimo Walgito (1981: 38). Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami. Sehingga peserta didik dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini meliputi seluruh pribadi peserta didik; baik kognitip, psikomotor maupun afektif.
W. S Winkel mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (1983 : 38), sedangkan menurut Witherington (1985 : 38) minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi tertentu yang mengandung sangkut paut dengan dirinya atau dipandang sebagai sesuatu yang sadar.
Faktor-faktor yang mendasari minat menurut Crow&Crow yang diterjemahkan oleh Z. Kasijan (1984 : 4) yaitu faktor dorongan dari dalam, faktor dorongan yang bersifat sosial dan faktor yang berhubungan dengan emosional. Faktor dari dalam dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan. Timbulnya minat dari diri seseorang juga dapat didorong oleh adanya motivasi sosial yaitu mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari lingkungan masyarakat dimana seseorang berada sedangkan faktor emosional memperlihatkan ukuran intensitas seseorang dalam menanam perhatian terhadap suatu kegiatan atau obyek tertentu.
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (2002:68) definisi minat adalah “Suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hal diluar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minatnya.
Minat dapat diartikan sebagai “Kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu, tertarik, perhatian, gairah dan keinginan”. Pendapat lain tentang pengertian minat yaitu yang diungkapkan oleh T. Albertus yang diterjemahkan Sardiman A.M, minat adalah “Kesadaran seseorang bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal maupun situasi yang mengandung sangkut paut dengan dirinya” (2006:32).
Menurut Hilgard yang dikutip oleh Slameto (2003:57) minat adalah “Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”. Kegiatan yang diminati seseorang dan diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Sedangkan menurut Holland yang dikutip oleh Djaali (2007:122) mengatakan bahwa “Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.
Oleh karena itu minat merupakan aspek psikis yang dimiliki seseorang yang menimbulkan rasa suka atau tertarik terhadap sesuatu dan mampu mempengaruhi tindakan orang tersebut. Minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan dalam diri individu yang kemudian menimbulkan keinginan untuk berpartisipasi atau terlibat pada suatu yang diminatinya. Seseorang yang berminat pada suatu obyek maka akan cenderung merasa senang bila berkecimpung di dalam obyek tersebut sehingga cenderung akan memperhatikan perhatian yang besar terhadap obyek. Perhatian yang diberikan tersebut dapat diwujudkan dengan rasa ingin tahu dan mempelajari obyek tersebut.
Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok. Di dalam kelompok tersebut terjadi suatu interaksi antar peserta didik yang juga dapat menumbuhkan minat terhadap kegiatan tersebut.

2.Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat pada seseorang akan suatu obyek atau hal tertentu tidak akan muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba dalam diri individu. Minat dapat timbul pada diri seseorang melalui proses. Dengan adanya perhatian dan interaksi dengan lingkungan maka minat tersebut dapat berkembang. Banyak faktor yang mempengaruhi minat seseorang akan hal tertentu.
Miflen, FJ & Miflen FC, (2003:114) mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik, yaitu :
1. Faktor dari dalam yaitu sifat pembawaan
2. Faktor dari luar, diantaranya adalah keluarga, sekolah dan masyarakat atau  lingkungan.
Menurut Crow and Crow yang dikutip (Dimyati Mahmud, 2001:56) yang menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang yaitu :
1. Faktor dorongan yang berasal dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.
2. Faktor motif sosial. Timbulnya minat dari seseorang dapat didorong dari motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan lingkungan dimana mereka berada.
3. Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau obyek tertentu.
Menurut Johanes yang dikutip oleh Bimo Walgito (1999:35), menyatakan bahwa “Minat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu minat intrinsik dan ektrinsik. Minat intrinsik adalah minat yang timbulnya dari dalam individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat ekstrinsik adalah minat yang timbul karena pengaruh dari luar”. Berdasarkan pendapat ini maka minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh sikap. Persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan termasuk juga harapan bekerja. Sedangkan minat ekstrinsik dapat timbul karena pengaruh latar belakang status sosial ekonomi orang tua.

B.Modeling
1.Pengertian Tehnik Modeling
Teori modeling merupakan teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Yang mempunyai anggapan bahwa perubahan tingkah laku manusia tidak semata mata dipengaruhi oleh lingkungan saja, tetapi tingkah laku, lingkungan dan pribadi saling mempengaruhi. Penggunaan teknik modeling (Penokohan) telah dimulai pada akhir tahun 50- an, meliputi tokoh nyata, tokoh melalui film, tokoh imajinasi (imajiner).Beberapa istilah yang digunakan adalah, penokohan (modeling), Peniruan (imitation), dan belajar melalui pengamatan (observational learning). Penokohan istilah yang menunjukan terjadinya proses belajar yang melalui pengamatan terhadap orang lain dan perubahan terjadi melalui peniruan. Peniruan menunjukan bahwa perilaku orang lain yang diamati, yang ditiru, lebih merupakan peniruan terhadap apa yang dilihat dan diamati. Proses belajar melalui pengamatan menunjukan terjadinya proses belajar setelah mengamati perilaku pada orang lain. Menurut Bandura dalam Alwisol, teknik modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang model (orang lain), tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggenalisir berbagai pengamatan sekaligus dan melibatkan proses kognitif. Banyak perilaku manusia dibentuk dan dipelajari melalui model, yaitu dengan mengamati dan meniru perilaku orang lain untuk membentuk perilaku baru dalam dirinya. Secara sederhana prosedur dasar modeling adalah menunjukan perilaku seseorang atau perilaku beberapa orang kepada subyek yang ditiru. Pada anak normal proses peniruan dapat dilakukan dengan mudah. Namun demikian, pada subjek yang karena beberapa sebab, tidak dapat mencontoh dan meniru teladan yang ada. Berdasarkan definisi dari berbagagi ahli diatas, menunjukan bahwa sebenarnya tingkah laku manusia tidak hanya dipengaruhi proses belajar dari lingkungan tetapi juga dapat melalui pengamatan langsung terhadap tingkah laku orang lain. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkah laku baru dapat dipelajari dan diperoleh dengan jalan mengamati baik langsung maupun tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain sekaligus dengan konsekuensinya.
2. Tujuan Modeling
Penggunaan teknik disesuaikan dengan kebutuhan ataupun permasalahan klien. Tujuan digunakannya teknik ini beberapa diantaranya yaitu:
a. Membantu individu mengatasi fobia, penderita ketergantungan atau kecanduan obat-obatan atau alkohol.
b. Membantu menghadapi penderita gangguan kepribadian yang berat seperti psikosis.
c. Untuk perolehan tingkah laku sosial yang lebih adaptif.
d. Agar konseli bisa belajar sendiri menunjukkan perbuatan yang dikehendaki tanpa harusbelajar lewat trial and error.
e. Membantu konseli unytuk merespon hal-hal baru.
f. Melaksanakan tekun respon-respon yang semula terhambat/terhalang.
g. Mengurangi respon-respon yang tidak layak.
 Menurut Willis, tujuan modeling yaitu :
a. Menghilangkan perilaku tertentu.
b. Membentuk perilaku baru.
Dalam best practice ini, guru pembimbing menggunakan teknik modeling bertujuan untuk menghilangkan perilaku negatif, seperti tidak percaya diri dalam belajar, tidak memiliki tanggung jawab dalam belajar, tidak memiliki inisiatif dalam belajar dan tidak memiliki kedisiplinan dalam belajar, yang kemudian membentuk perilaku baru yang positif.
3. Jenis - Jenis Modeling
Modeling merupakan belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati, menggeneralisasi berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif. Terdapat beberapa tipe modeling yaitu:
a. symbolic modeling , dengan menghadirkan model secara langsung, misalnya konselor ingin membantu anak agar percaya diri ketika bertemu dengan lawan jenis, maka tugas terapi mencari model yang akan dijadikan objek pengamatan bagi klien, kemudian klien mengamati model tersebut secara langsung.
b. symbolic model, penokohan menggunakan symbol seperti film, dan audio visual. Diharapkan dengan melihat film, klien dapat menirunya melalui model tokohnya, tetapi perlu adanya pendampingan dari konselor dimaksudkan agar tujuan yang diinginkan tercapai.
c. multiple model, terjadi dalam kelompok, seorang anggota mengubah sikap dan mempelajari sikap baru setelah mengamati anggota lain bagaimana anggota anggota lain dalam kelompoknya bersikap. Ini adalah salah satu efek yang diperoleh secara tidak langsung pada seseorang yang mengikuti terapi kelompok.


BAB III
IMPLEMENTASI BEST PRACTICES
A.Pemecahan Masalah
Dalam best practice ini dibagi menjadi 2 kegiatan inti, sebelum kegiatan inti guru memberikan instrumen skala minat pada peserta didik. Kemudian kegiatan pertama dari kegiatan inti adalah guru akan memberikan Teknik Symbolic Modeling sebagai pengganti materi yang diberikan dengan model konvensional atau ceramah. Guru memberikan penjelasan dahulu pengertian teknik symbolic model, penokohan menggunakan symbol seperti film dan audio visual. Peserta didik akan diberikan tayangan selama 5 menit yang  berisi informasi dibidang ototmotif khususnya lapangan pekerjaannya, Sebelum kegiatan kedua dilakukan diharapkan setelah pemutaran cuplikan film dan audio visual peserta didik mampu untuk menemukan potensi diri dan mengembangkannya dengan menulis harapan dan motivasi peserta didik di zona harapan. selanjutnya kegiatan kedua diharapkan mampu meningkatkan minat peserta didik lebih tinggi lagi dan setelah kegiatan kedua selesai peserta didik diberi angket dan observasi sebagai evaluasi hasil dari layanan.

kerangka berfikir

B.Langkah – Langkah Dalam Pemecahan Masalah
Best practice ini dilakukan dengan menggunakan teknik bimbingan konseling yang terdiri dari dua kegiatan yaitu : Kegiatan I ( pertama) proses layanan bimbingan klasikal, menggunakan tehnik  symbolic model dan Kegiatan II ( kedua) proses layanan dengan menggunakan zona harapan.  
1). Pelaksanaan Kegiatan I.
a. Perencanaan :
Pada tahap ini guru pembimbing menyusun Rencana Pelaksanaan Layanan ( RPL ), tentang minat terhadap kegiatan belajar peserta didik, guru pembimbing juga menyiapkan media, menyusun alat evaluasi proses dan evaluasi hasil dan menyiapkan instrumen skala minat, angket,  dan observasi.
b. Pelaksanaan :
     1. Kegiatan Awal :
Pada kegiatan ini guru pembimbing mengecek kehadiran dan kesiapan peserta didik, memotivasi peserta didik untuk belajar secara efektif dan efesien, menjelaskan tujuan layanan, memberikan penjelasan pada peserta didik mengenai upaya meningkatkan minat belajar melalui layanan bimbingan klasikal, menggunakan instrumen skala minat.
2.  Kegiatan inti
a. Pada kegiatan ini guru pembimbing memberikan menjelasan dahulu pengertian dari penggunakan tehnik symbolic modeling , dengan penokohan menggunakan symbol seperti film dan audio visual.
.b. Diharapkan  setelah tehnik symbolic modeling . peserta didik  mampu untuk mengeksplorasi potensi diri dalam kehidupan selanjutnya dan mengembangkannya dengan menulis harapan dan motivasi diri peserta didik di Zona Harapan
3. Kegiatan Akhir
a. Pada kegiatan ini guru pembimbing memberikan pertanyaan sebagai review dan menuliskan rangkuman diskusi serta memberikan tugas sebagai upaya meningkatkan pemahaman peserta didik tentang jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif.

b, Angket
      Guru pembimbing memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik seputar layanan yang baru saja disampaikan dengan menggunakan angket yang telah disiapkan oleh guru pembimbing.
c.   Observasi
       Guru pembimbing pada saat memberikan layanan sambil mengamati respon peserta didik dalam mengikuti layanan, dan juga teman sejawat mengamati proses pemberian layanan .
d.    Refleksi
Dari hasil analisa proses layanan dan data observasi, serta angket isian, guru pembimbing melakukan refleksi yaitu dengan memperhatikan kejadian-kejadian selama proses layanan dan data yang dihimpun dengan memperhatikan kelemahan, kekurangan dan hambatan-hambatan dalam proses layanan. Refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi terhadap masalah yang muncul dikelas yang diperoleh dari analisis data sebagai refleksi ini juga ditelaah aspek – aspek mengapa, bagaimana dan sejauhmana tindakan yang dilakukan mampu memperbaiki masalah secara bermakna  untuk perbaikan selanjutnya..
Instrumen dalam guru pembimbingan ini menggunakan teknik angket, observasi dan dokumentasi. Alat untuk pengumpulan data dalam guru pembimbingan ini adalah dengan angket yaitu setelah anak menerima pembelajaran dengan tehnik symbolic model  anak diminta mengisi angket untuk mengevaluasi cara pembelajarannya dengan memberi masukan-masukan kepada guru melalui angket. Teknik observasi menggunakan lembar observasi, untuk dokumentasi yaitu mendokumentasikan setiap kegiatan berlangsung dalam bentuk gambar foto.

C.HAMBATAN
Seperti yang telah dilaksanakan oleh guru pembimbing pada pemberian layanan klasikal dengan menggunakan media Audio Visual dapat meningkatkan minat jurusan peserta didik untuk mengikuti proses bimbingan dibanding sebelumnya yang hanya lebih sering menggunakan metode ceramah. Namum beberapa hal kami catat sebagai hambatan pelaksanaan metode Audio Visual adalah berkaitan dengan keterbatasan waktu jam mengajar guru BK karena untuk pelaksanaan metode ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Waktu jam mengajar BK hanya 45 menit sehingga materi yang dibahas  kurang bisa maksimal seperti yang direncanakan dalam RPL. Dalam hal ini pengelolaan metode yang bervariasi sangat dibutuhkan sehingga dengan waktu 45 menit kegiatan awal  sampai dengan pemaknaan akhir bisa terlaksana. Agar pembimbing lebih variatif dalam pemberian layanan kepada peserta didik perlu adanya referensi yang banyak tentang berbagai metode layanan yang bisa diadopsi dari berbagai sumber. Kekreatifan guru pembimbing dalam hal ini sangat dituntut, semakin banyak variasi metode  akan dapat mengurangi kejenuhan anak.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN
Dari penelitian tindakan bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan pada peserta didik kelas X OTO SMK Negeri 1 Pemalang tahun pelajaran 2022/2023 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.Penggunaan teknik symbolic model dalam pemberian bimbingan klasikal dapat meningkatkan minat peserta didik kelas X OTO SMK Negeri 1 Pemalang tahun pelajaran 2022/2023
2.Penggunaan zona harapan dalam pemberian layanan membuat peserta didik antusias dalam mengikuti pembelajaran.

B.SARAN
1.Bagi Peserta didik
-Peserta didik diharapkan bisa mengambil hikmah dari metode yang ada bukan hanya suka dengan gambar atau suaranya yang menarik saja. Karena inti dari tayangannya adalah makna dari materi layanan yang disampaikan melalui tayangan tersebut.
-Peserta didik diharapkan mampu menerapkan isi makna yang ada dalam tayangan sehingga akan termotivasi dalam menjalani proses kehidupan sehari hari sesuai masa perkembangannya.
2.Bagi Guru BK
-Guru BK diharapkan mampu mengembangkan metode layanan yang sudah ada agar pemberian layanan kepada peserta didik bisa lebih baik lagi.
-Guru BK diharapkan mampu dan fleksibel dalam mensimulasikan metode sesuai dengan materi layanan yang akan disampaikan sehingga anak tidak jenuh dan pasif.
3.Bagi Sekolah
-Sekolah diharapkan mampu menginstruksikan kepada guru disekolah  dalam proses belajar mengajar untuk menggunakan metode mengajar yang menyenangkan dan komunikatif.
-Namun sekolah juga diharapkan memfasilitasi sarana yang mendukung metode mengajar ataupun bimbingan di setiap ruangan yang digunakan untuk KBM.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Saiful Bahri, 2002 Psikologi Belajar Jakarta. Rineka Cipta

Hamzah B.Uno, 2007. Teori Motivasi dan pengukuranya.

Nursalaim, Mochamad, dan Mustaji 2010. Media Bimbingan dan Konseling Unesa University Pree

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka.  Cipta

Susilana, Rudi dan Cepi Riyana, M. Pd. 2008. Media Pembelajaran. Bandung CV Wacana. Prima

Unnes. 2011 : Sertifikasi Guru Bimbingan Konseling Pendidikan dan Latihann
Profesi  Guru ( PLPG )

Imam Tadjri 2014 : Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling .
Universitas Negeri Semarang
Bruner. 2009. Prinsip-prinsip dalam Pembelajaran. Jakarta: Balai Pustaka.
Fathurohman, Firman. 2011. Makalah Layanan Informasi. Cirebon: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.(http://id.scribd.com/doc/56773901/Pelayanan-Informasi-Bimbingan-Konseling, diakses 26 Maret 2013)
Mujiono, Hermansyah, dkk. 2010. Model Pengembangan diri melalui layanan Bimbingan dan konseling SMK kelas X. Yogyakarta :Paramitra Publishing
Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Media
Sarwono, Jonathan. 2011.Mixed Methods  : Penggabungan riset kuantitatif dan riset kuantitatif secara benar. Jakaata. Alex Media Kompetindo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun