Mohon tunggu...
Reza Pandansari
Reza Pandansari Mohon Tunggu... Guru - GURU SMKN 1 PEMALANG

GURU BIMBINGAN KONSELING

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Laporan Best Practice

26 Januari 2023   13:01 Diperbarui: 26 Januari 2023   13:02 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

B.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah dalam best practice ini adalah: Bagaimana meningkatkan minat peserta didik pada jurusan Otomotif melalui bimbingan klasikal dengan Symbolic Modeling dengan zona harapan untuk pada peserta didik kelas X OTO SMK Negeri 1 Pemalang?

C.Tujuan
1.Dapat memberikan sumbangan berupa masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya peningkatan minat peserta didik pada jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif melalui bimbingan klasikal dengan Symbolic Modeling.
2.Memberikan sumbangan berupa masukan mengenain peningkatan minat peserta didik pada jurusan Otomotif melalui bimbingan klasikal dengan Symbolic Modeling.

D.Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari  best practice ini adalah :
1.Bagi peserta didik dapat meningkatkan semangat dan minat untuk mengikuti layanan bimbingan yang pada akhirnya dapat meningkatkan keberhasilan pengembangan pribadi dan  prestasi belajar peserta didik.
2.Bagi penulis dapat dipergunakan untuk dasar perbaikan pelaksanaan layanan bimbingan pada waktu-waktu berikutnya hingga menjadi profesional.
3.  Bagi para pendidik semoga menjadi inspirasi untuk selalu meningkatkan pelayanan kepada peserta didik dengan berbagai cara yang memungkinkan di tempuh.
4.Bagi lembaga SMK Negeri 1 Pemalang adalah sebagai bahan Evaluasi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling dan sebagai dasar penyusunan Program Layanan Bimbingan pada tahun berikutnya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Minat
1.Pengertian Minat
Minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut Bimo Walgito (1981: 38). Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami. Sehingga peserta didik dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini meliputi seluruh pribadi peserta didik; baik kognitip, psikomotor maupun afektif.
W. S Winkel mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (1983 : 38), sedangkan menurut Witherington (1985 : 38) minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi tertentu yang mengandung sangkut paut dengan dirinya atau dipandang sebagai sesuatu yang sadar.
Faktor-faktor yang mendasari minat menurut Crow&Crow yang diterjemahkan oleh Z. Kasijan (1984 : 4) yaitu faktor dorongan dari dalam, faktor dorongan yang bersifat sosial dan faktor yang berhubungan dengan emosional. Faktor dari dalam dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan. Timbulnya minat dari diri seseorang juga dapat didorong oleh adanya motivasi sosial yaitu mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari lingkungan masyarakat dimana seseorang berada sedangkan faktor emosional memperlihatkan ukuran intensitas seseorang dalam menanam perhatian terhadap suatu kegiatan atau obyek tertentu.
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (2002:68) definisi minat adalah “Suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hal diluar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minatnya.
Minat dapat diartikan sebagai “Kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu, tertarik, perhatian, gairah dan keinginan”. Pendapat lain tentang pengertian minat yaitu yang diungkapkan oleh T. Albertus yang diterjemahkan Sardiman A.M, minat adalah “Kesadaran seseorang bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal maupun situasi yang mengandung sangkut paut dengan dirinya” (2006:32).
Menurut Hilgard yang dikutip oleh Slameto (2003:57) minat adalah “Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”. Kegiatan yang diminati seseorang dan diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Sedangkan menurut Holland yang dikutip oleh Djaali (2007:122) mengatakan bahwa “Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.
Oleh karena itu minat merupakan aspek psikis yang dimiliki seseorang yang menimbulkan rasa suka atau tertarik terhadap sesuatu dan mampu mempengaruhi tindakan orang tersebut. Minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan dalam diri individu yang kemudian menimbulkan keinginan untuk berpartisipasi atau terlibat pada suatu yang diminatinya. Seseorang yang berminat pada suatu obyek maka akan cenderung merasa senang bila berkecimpung di dalam obyek tersebut sehingga cenderung akan memperhatikan perhatian yang besar terhadap obyek. Perhatian yang diberikan tersebut dapat diwujudkan dengan rasa ingin tahu dan mempelajari obyek tersebut.
Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok. Di dalam kelompok tersebut terjadi suatu interaksi antar peserta didik yang juga dapat menumbuhkan minat terhadap kegiatan tersebut.

2.Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat pada seseorang akan suatu obyek atau hal tertentu tidak akan muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba dalam diri individu. Minat dapat timbul pada diri seseorang melalui proses. Dengan adanya perhatian dan interaksi dengan lingkungan maka minat tersebut dapat berkembang. Banyak faktor yang mempengaruhi minat seseorang akan hal tertentu.
Miflen, FJ & Miflen FC, (2003:114) mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik, yaitu :
1. Faktor dari dalam yaitu sifat pembawaan
2. Faktor dari luar, diantaranya adalah keluarga, sekolah dan masyarakat atau  lingkungan.
Menurut Crow and Crow yang dikutip (Dimyati Mahmud, 2001:56) yang menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang yaitu :
1. Faktor dorongan yang berasal dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.
2. Faktor motif sosial. Timbulnya minat dari seseorang dapat didorong dari motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan lingkungan dimana mereka berada.
3. Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau obyek tertentu.
Menurut Johanes yang dikutip oleh Bimo Walgito (1999:35), menyatakan bahwa “Minat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu minat intrinsik dan ektrinsik. Minat intrinsik adalah minat yang timbulnya dari dalam individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat ekstrinsik adalah minat yang timbul karena pengaruh dari luar”. Berdasarkan pendapat ini maka minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh sikap. Persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan termasuk juga harapan bekerja. Sedangkan minat ekstrinsik dapat timbul karena pengaruh latar belakang status sosial ekonomi orang tua.

B.Modeling
1.Pengertian Tehnik Modeling
Teori modeling merupakan teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Yang mempunyai anggapan bahwa perubahan tingkah laku manusia tidak semata mata dipengaruhi oleh lingkungan saja, tetapi tingkah laku, lingkungan dan pribadi saling mempengaruhi. Penggunaan teknik modeling (Penokohan) telah dimulai pada akhir tahun 50- an, meliputi tokoh nyata, tokoh melalui film, tokoh imajinasi (imajiner).Beberapa istilah yang digunakan adalah, penokohan (modeling), Peniruan (imitation), dan belajar melalui pengamatan (observational learning). Penokohan istilah yang menunjukan terjadinya proses belajar yang melalui pengamatan terhadap orang lain dan perubahan terjadi melalui peniruan. Peniruan menunjukan bahwa perilaku orang lain yang diamati, yang ditiru, lebih merupakan peniruan terhadap apa yang dilihat dan diamati. Proses belajar melalui pengamatan menunjukan terjadinya proses belajar setelah mengamati perilaku pada orang lain. Menurut Bandura dalam Alwisol, teknik modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang model (orang lain), tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggenalisir berbagai pengamatan sekaligus dan melibatkan proses kognitif. Banyak perilaku manusia dibentuk dan dipelajari melalui model, yaitu dengan mengamati dan meniru perilaku orang lain untuk membentuk perilaku baru dalam dirinya. Secara sederhana prosedur dasar modeling adalah menunjukan perilaku seseorang atau perilaku beberapa orang kepada subyek yang ditiru. Pada anak normal proses peniruan dapat dilakukan dengan mudah. Namun demikian, pada subjek yang karena beberapa sebab, tidak dapat mencontoh dan meniru teladan yang ada. Berdasarkan definisi dari berbagagi ahli diatas, menunjukan bahwa sebenarnya tingkah laku manusia tidak hanya dipengaruhi proses belajar dari lingkungan tetapi juga dapat melalui pengamatan langsung terhadap tingkah laku orang lain. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkah laku baru dapat dipelajari dan diperoleh dengan jalan mengamati baik langsung maupun tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain sekaligus dengan konsekuensinya.
2. Tujuan Modeling
Penggunaan teknik disesuaikan dengan kebutuhan ataupun permasalahan klien. Tujuan digunakannya teknik ini beberapa diantaranya yaitu:
a. Membantu individu mengatasi fobia, penderita ketergantungan atau kecanduan obat-obatan atau alkohol.
b. Membantu menghadapi penderita gangguan kepribadian yang berat seperti psikosis.
c. Untuk perolehan tingkah laku sosial yang lebih adaptif.
d. Agar konseli bisa belajar sendiri menunjukkan perbuatan yang dikehendaki tanpa harusbelajar lewat trial and error.
e. Membantu konseli unytuk merespon hal-hal baru.
f. Melaksanakan tekun respon-respon yang semula terhambat/terhalang.
g. Mengurangi respon-respon yang tidak layak.
 Menurut Willis, tujuan modeling yaitu :
a. Menghilangkan perilaku tertentu.
b. Membentuk perilaku baru.
Dalam best practice ini, guru pembimbing menggunakan teknik modeling bertujuan untuk menghilangkan perilaku negatif, seperti tidak percaya diri dalam belajar, tidak memiliki tanggung jawab dalam belajar, tidak memiliki inisiatif dalam belajar dan tidak memiliki kedisiplinan dalam belajar, yang kemudian membentuk perilaku baru yang positif.
3. Jenis - Jenis Modeling
Modeling merupakan belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati, menggeneralisasi berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif. Terdapat beberapa tipe modeling yaitu:
a. symbolic modeling , dengan menghadirkan model secara langsung, misalnya konselor ingin membantu anak agar percaya diri ketika bertemu dengan lawan jenis, maka tugas terapi mencari model yang akan dijadikan objek pengamatan bagi klien, kemudian klien mengamati model tersebut secara langsung.
b. symbolic model, penokohan menggunakan symbol seperti film, dan audio visual. Diharapkan dengan melihat film, klien dapat menirunya melalui model tokohnya, tetapi perlu adanya pendampingan dari konselor dimaksudkan agar tujuan yang diinginkan tercapai.
c. multiple model, terjadi dalam kelompok, seorang anggota mengubah sikap dan mempelajari sikap baru setelah mengamati anggota lain bagaimana anggota anggota lain dalam kelompoknya bersikap. Ini adalah salah satu efek yang diperoleh secara tidak langsung pada seseorang yang mengikuti terapi kelompok.


BAB III
IMPLEMENTASI BEST PRACTICES
A.Pemecahan Masalah
Dalam best practice ini dibagi menjadi 2 kegiatan inti, sebelum kegiatan inti guru memberikan instrumen skala minat pada peserta didik. Kemudian kegiatan pertama dari kegiatan inti adalah guru akan memberikan Teknik Symbolic Modeling sebagai pengganti materi yang diberikan dengan model konvensional atau ceramah. Guru memberikan penjelasan dahulu pengertian teknik symbolic model, penokohan menggunakan symbol seperti film dan audio visual. Peserta didik akan diberikan tayangan selama 5 menit yang  berisi informasi dibidang ototmotif khususnya lapangan pekerjaannya, Sebelum kegiatan kedua dilakukan diharapkan setelah pemutaran cuplikan film dan audio visual peserta didik mampu untuk menemukan potensi diri dan mengembangkannya dengan menulis harapan dan motivasi peserta didik di zona harapan. selanjutnya kegiatan kedua diharapkan mampu meningkatkan minat peserta didik lebih tinggi lagi dan setelah kegiatan kedua selesai peserta didik diberi angket dan observasi sebagai evaluasi hasil dari layanan.

kerangka berfikir

B.Langkah – Langkah Dalam Pemecahan Masalah
Best practice ini dilakukan dengan menggunakan teknik bimbingan konseling yang terdiri dari dua kegiatan yaitu : Kegiatan I ( pertama) proses layanan bimbingan klasikal, menggunakan tehnik  symbolic model dan Kegiatan II ( kedua) proses layanan dengan menggunakan zona harapan.  
1). Pelaksanaan Kegiatan I.
a. Perencanaan :
Pada tahap ini guru pembimbing menyusun Rencana Pelaksanaan Layanan ( RPL ), tentang minat terhadap kegiatan belajar peserta didik, guru pembimbing juga menyiapkan media, menyusun alat evaluasi proses dan evaluasi hasil dan menyiapkan instrumen skala minat, angket,  dan observasi.
b. Pelaksanaan :
     1. Kegiatan Awal :
Pada kegiatan ini guru pembimbing mengecek kehadiran dan kesiapan peserta didik, memotivasi peserta didik untuk belajar secara efektif dan efesien, menjelaskan tujuan layanan, memberikan penjelasan pada peserta didik mengenai upaya meningkatkan minat belajar melalui layanan bimbingan klasikal, menggunakan instrumen skala minat.
2.  Kegiatan inti
a. Pada kegiatan ini guru pembimbing memberikan menjelasan dahulu pengertian dari penggunakan tehnik symbolic modeling , dengan penokohan menggunakan symbol seperti film dan audio visual.
.b. Diharapkan  setelah tehnik symbolic modeling . peserta didik  mampu untuk mengeksplorasi potensi diri dalam kehidupan selanjutnya dan mengembangkannya dengan menulis harapan dan motivasi diri peserta didik di Zona Harapan
3. Kegiatan Akhir
a. Pada kegiatan ini guru pembimbing memberikan pertanyaan sebagai review dan menuliskan rangkuman diskusi serta memberikan tugas sebagai upaya meningkatkan pemahaman peserta didik tentang jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif.

b, Angket
      Guru pembimbing memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik seputar layanan yang baru saja disampaikan dengan menggunakan angket yang telah disiapkan oleh guru pembimbing.
c.   Observasi
       Guru pembimbing pada saat memberikan layanan sambil mengamati respon peserta didik dalam mengikuti layanan, dan juga teman sejawat mengamati proses pemberian layanan .
d.    Refleksi
Dari hasil analisa proses layanan dan data observasi, serta angket isian, guru pembimbing melakukan refleksi yaitu dengan memperhatikan kejadian-kejadian selama proses layanan dan data yang dihimpun dengan memperhatikan kelemahan, kekurangan dan hambatan-hambatan dalam proses layanan. Refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi terhadap masalah yang muncul dikelas yang diperoleh dari analisis data sebagai refleksi ini juga ditelaah aspek – aspek mengapa, bagaimana dan sejauhmana tindakan yang dilakukan mampu memperbaiki masalah secara bermakna  untuk perbaikan selanjutnya..
Instrumen dalam guru pembimbingan ini menggunakan teknik angket, observasi dan dokumentasi. Alat untuk pengumpulan data dalam guru pembimbingan ini adalah dengan angket yaitu setelah anak menerima pembelajaran dengan tehnik symbolic model  anak diminta mengisi angket untuk mengevaluasi cara pembelajarannya dengan memberi masukan-masukan kepada guru melalui angket. Teknik observasi menggunakan lembar observasi, untuk dokumentasi yaitu mendokumentasikan setiap kegiatan berlangsung dalam bentuk gambar foto.

C.HAMBATAN
Seperti yang telah dilaksanakan oleh guru pembimbing pada pemberian layanan klasikal dengan menggunakan media Audio Visual dapat meningkatkan minat jurusan peserta didik untuk mengikuti proses bimbingan dibanding sebelumnya yang hanya lebih sering menggunakan metode ceramah. Namum beberapa hal kami catat sebagai hambatan pelaksanaan metode Audio Visual adalah berkaitan dengan keterbatasan waktu jam mengajar guru BK karena untuk pelaksanaan metode ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Waktu jam mengajar BK hanya 45 menit sehingga materi yang dibahas  kurang bisa maksimal seperti yang direncanakan dalam RPL. Dalam hal ini pengelolaan metode yang bervariasi sangat dibutuhkan sehingga dengan waktu 45 menit kegiatan awal  sampai dengan pemaknaan akhir bisa terlaksana. Agar pembimbing lebih variatif dalam pemberian layanan kepada peserta didik perlu adanya referensi yang banyak tentang berbagai metode layanan yang bisa diadopsi dari berbagai sumber. Kekreatifan guru pembimbing dalam hal ini sangat dituntut, semakin banyak variasi metode  akan dapat mengurangi kejenuhan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun