Mohon tunggu...
Reyvan Maulid
Reyvan Maulid Mohon Tunggu... Freelancer - Writing is my passion
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Seblak dan Baso Aci. Catch me on insta @reyvanmaulid

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fragile Masculinity, Rapuhnya Maskulinitas Seorang Lelaki

12 Oktober 2021   18:03 Diperbarui: 13 Oktober 2021   22:00 2622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Cornell mendapati bahwa suami yang istrinya bekerja sepanjang hari akan meningkatkan peluang selingkuh hingga lima kali daripada yang memiliki gaji sama. 

Hal ini memiliki kemungkinan karena ego laki-laki merasa dilukai oleh istri karena pendapatannya lebih banyak. Dengan demikian, selingkuh adalah sebuah cara untuk menegaskan bentuk maskulinitas mereka.

Ego yang dimiliki oleh laki-laki seperti ini benar-benar membahayakan. Apalagi pemiliknya merasa terusik akan keberadaannya. Sebab ketika pria memiliki penghasilan yang jauh lebih tinggi mereka terdorong untuk selingkuh. 

Tetapi di satu sisi, memiliki gaji lebih rendah daripada istri juga bisa mengancam identitas pria yang pastinya mempertanyakan gagasan yang mengharuskan pria sebagai pencari nafkah. 

Disinilah pria perlu memiliki pendapatan yang lebih besar. Tetapi sebaliknya pula, para istri harus memastikan penggunaan uangnya secara bijak. Pria harus memegang uang seperlunya.

4. Enggan dan Merasa Sungkan Kalau Dipimpin oleh Perempuan

Di era sekarang ini, posisi perempuan dalam berbagai bidang sudah setara dan tersebar di berbagai jabatan baik perusahaan ataupun organisasi. Perempuan derajatnya pun juga sudah setara untuk menduduki posisi penting dan strategis suatu jabatan atau kedudukan. 

Kita ambil sebuah contoh Ibu Megawati Soekarno Putri, presiden perempuan pertama Indonesia yang kemudian diikuti jejaknya oleh sang anak Ibu Puan Maharani menjadi ketua DPR perempuan pertama sepanjang sejarah lembaga legislatif. Jadi disini perempuan sudah mendapatkan tempat yang setara dengan laki-laki. 

Tetapi masih saja kita temui laki-laki yang merasa enggan jika dipimpin oleh perempuan. Padahal perempuan tersebut dinilai kompeten dan layak memimpin di bidangnya. Menurut laki-laki yang memiliki stigma fragile masculinity menganggap bahwa perempuan tidak pantas duduk di kursi pimpinan.

Berdasarkan kurasi dari empat riset yaitu PEW Research Center, Harvard Business Review, Business Tech dan Business Insider menjelaskan bahwa pria dan wanita memiliki kualitas yang sama besar. Bahkan responden survei tidak melihat perbedaan gender dalam ambisi, kejujuran, dan ketegasan. 

Namun, masih banyak yang membedakan kualitas kepemimpinan antara yang dipimpin oleh seorang pria dan wanita. Misalnya pria lebih menang dari aspek membuat keputusan yang sulit, penanganan isu kritis, pembawaannya yang berwibawa dan penuh percaya diri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun