"Sayang banget dikit lagi interview user, apakah aku merasa unqualified di antara kandidat lainnya sampai gak diloloskan HRD? Betapa malunya diriku!"
Saat manusia mulai menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan Tuhan atas kejadian yang menimpanya.Â
Amarah datang setelah kita sadar bahwa hal tersebut benar-benar lenyap dari kehidupan dan mau tidak mau, kita harus bisa melewatinya.Â
Untuk melewatinya, tak jarang kita mengeluarkan emosi untuk mengungkapkan apa yang kita rasakan.Â
Selama tahapan menolak kejadian yang sudah terjadi, bayang-bayang kenyataan dan rasa sakit atas kesedihan pasti akan muncul.Â
Kita menyadari bahwa sebenarnya kita belum siap untuk mengalami kejadian tersebut.Â
Emosi yang kita rasakan seperti kesedihan, kekecewaan, maupun kebingungan terus menyerang pikiran kita dan lama kelamaan emosi tersebut akan dialihkan dan diekspresikan dalam bentuk amarah.Â
Tidak menutup kemungkinan, kita pun juga kerap mengalami self-deprecation atau merendahkan diri sendiri.
Kamu mungkin marah kepada semua orang hingga menyalahkan diri kamu sendiri. Seakan-akan meluapkan kekesalan dengan amarah mungkin terasa sebagai hal yang paling 'benar'.Â
Meskipun memang secara logika sebenernya mereka yang kamu salahkan itu tidak bisa sepenuhnya bersalah. Namun, setelah kemarahan mulai meredam kamu akan berpikir lebih rasional mengenai apa yang sebenarnya terjadi dan merasakan emosi-emosi lain yang selama ini tersingkir oleh rasa marah. Kamu setidaknya bisa lebih lega atas luapan amarah yang sudah disesalkan.
3. Tawar-Menawar (Bargaining)
"Coba aja kemarin milih divisi X, pasti aku lolos"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!