Aku merasa tidak seberuntung dengan yang lain, Ya Tuhan
Setiap orang tentunya merasakan duka yang mendalam sepanjang hidupnya. Mulai dari kehilangan orang yang kita cintai dan sayangi, teman dekat, sahabat dan keluarga yang perlahan meninggalkan kita, ditolak cinta oleh seseorang, mendapatkan penolakan karena tidak diterima di tahapan rekrutmen kerja, tidak dinyatakan lolos di perguruan tinggi maupun seleksi-seleksi seperti beasiswa, pegawai negeri dan lain-lain ataupun banyak bentuk duka lainnya yang mungkin pernah kalian rasakan.Â
Saya sendiri pun juga mengalami hal-hal tersebut di atas dan memang berbagai macam bentuk reaksi yang dialami manusia terkadang berbeda-beda dalam menerima duka, mulai dari marah, bingung, dan sedih bahkan sampai tidak nafsu makan.Â
Kita perlu memahami bahwa perasaan tersebut memang bukanlah hal yang mudah untuk dilewati.Â
Mungkin juga kita akan bertanya-tanya tentang kapan rasa sedih dan sakit yang kita alami akan berakhir.Â
Butuh proses untuk healing dan mencoba untuk bangkit dari kegagalan yang pernah aku alami.Â
Dari yang awalnya tidak percaya, lalu marah yang berujung menyalahkan diriku sendiri (blame my self), mengurung diri di kamar sampai berada di titik yang membuat aku sadar bahwa mungkin ini jalan terbaik yang telah disiapkan oleh Tuhan.Â
Aku menyadari bahwa jalan atau pintu akan sangat banyak terbuka lebar di luar sana. Untuk bisa sampai di tahapan ini tentunya butuh waktu yang tidak sebentar, bahkan terbilang lama karena mengingat kegagalan yang pahit dan luka yang aku rasakan.Â
Tapi, ya sudah life must go on, hidup akan terus berjalan sebagaimana mestinya. Proses inilah yang dinamakan "5 tahap kesedihan" atau "5 stages of grief".
5 stages of grief ini merupakan teori yang dikembangkan oleh seorang psikolog yakni Elizabeth Kubler-Ross.Â
Teori yang dikembangkan oleh seorang psikiater Elisabeth Kubler-Ross memaparkan bahwa kita akan melalui stages of grief atau tahap kesedihan saat mengalami kehilangan.Â