1. Kumpulkan Semua Biaya Overhead
Langkah pertama dalam menghitung biaya overhead adalah dengan mengumpulkan semua pengeluaran yang termasuk dalam biaya overhead. Pastikan untuk memisahkan biaya-biaya ini dari biaya produksi langsung. Kategorikan biaya overhead berdasarkan jenis-jenisnya, seperti yang dijelaskan sebelumnya (tetap, variabel, semi-variabel, administrasi, dan pemasaran).
2. Tentukan Rasio Biaya Overhead
Setelah semua biaya overhead dikumpulkan, langkah berikutnya adalah menghitung rasio biaya overhead. Rumus dasar untuk menghitung rasio biaya overhead adalah:
Rasio Biaya Overhead = (Total Biaya Overhead / Total Biaya Produksi Langsung) x 100%
Rasio ini akan menunjukkan berapa persen dari biaya produksi yang terdiri dari biaya overhead. Misalnya, jika total biaya overhead Anda adalah Rp50 juta dan total biaya produksi langsung adalah Rp200 juta, maka rasio overhead Anda adalah:
Rasio Biaya Overhead = (50 juta / 200 juta) x 100% = 25%
Ini berarti 25% dari biaya produksi Anda terdiri dari biaya overhead.
3. Alokasikan Biaya Overhead per Produk
Langkah selanjutnya adalah mengalokasikan biaya overhead ke setiap produk atau layanan yang dihasilkan. Alokasi ini penting untuk menentukan harga pokok penjualan (HPP). Salah satu metode yang umum digunakan adalah metode alokasi overhead berbasis aktivitas (Activity-Based Costing/ABC), di mana biaya overhead dialokasikan berdasarkan tingkat aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk.
Misalnya, jika sebuah produk menggunakan lebih banyak energi listrik atau lebih banyak waktu dari staf administrasi, maka produk tersebut harus menerima alokasi overhead yang lebih besar dibandingkan produk lain yang membutuhkan lebih sedikit sumber daya.