Tak ada ayah anak-anak di rumah, berarti cucian berkurang. Masakan bisa apa adanya, terlebih anak-anak terbiasa dengan masakan maminya yang apa adanya.
Cucian piring berkurang, dan intinya semua pekerjaan rumah jadi berkurang, karena orangnya kurang satu.
Meskipun ayah anak-anak termasuk sosok lelaki yang mau bantu-bantu pekerjaan rumah, tapi apesnya beliau berjodoh dengan saya yang terbiasa rapi.
Jadi, pekerjaan yang dikerjakan beliau, sejujurnya tidak terlalu membantu, karena tidak 'sesempurna' keinginan saya.
2. Mengasuh anak jadi lebih mudah (bagi saya)
Anak-anak saya termasuk tipe anak yang nggak takut ayah, malah takut ibu. Jadi, kalau ada ayahnya di rumah, dijamin ada saja tingkah mereka untuk cari perhatian.
Terlebih, saya termasuk tipe ibu yang disiplin, berbanding terbalik dengan ayahnya yang bisa dibilang tidak sedisiplin saya. Sudah pasti membersamai anak untuk tetap disiplin jadi amat sangat menantang (baca: menguras kewarasan, hehehe).
Ketika ayahnya tidak di rumah, itu berarti mereka tidak punya banyak alasan untuk mematuhi aturan yang sebenarnya sudah kami sepakati bersama.
Misal, menyuruh anak shalat, seketika anak langsung bangkit, wudhu dan shalat.
Berbeda jika ada ayahnya, yang terjadi adalah anak-anak hanya akan menyahut,
"Bentar, nunggu papi aja, biar shalat sama-sama!"
DUH!