Suami malah menawari saya pisau besar, menyuruh saya membuktikan omongan kalau saya mau membunuh anak-anak saya.
Beruntung saya masih sanggup mengendalikan diri dan lari menjauh dari suami. Entah apa yang terjadi, kalau saya nekat saat itu, mungkin saya sendiri yang bakal mati tertusuk pisau itu.
Dari situ saya sadar, betapa banyak ibu PPD yang akhirnya menjadi gila, bercerai dan sebagainya, karena kurangnya ilmu pengetahuan PPD bagi pasangan suami istri.
Karena, saat seorang ibu terserang PPD, hanya kesabaran suami yang luar biasa yang bisa membantunya survive hingga PPD tersebut hilang. Dan hal itu hanya bisa terjadi, kalau suami juga mempunyai pengetahuan tentang PPD.
Menyadari bahwa PPD itu ada dan nyata, serta wajar dan terjadi di banyak ibu pasca melahirkan, bukan semata karena kurang iman atau kurang bersyukur, seperti yang selalu dituduhkan oleh orang awam selama ini.
Jadi, menurut saya, di antara seabrek persiapan menyambut kehadiran seorang bayi.
Jangan lupakan siapkan mental dan pengetahuan tentang babyblues serta postpartum depression, untuk kedua calon orang tua, yang mana suami dan istri.
Dan saat terjadi sesuatu perubahan mood yang di luar kebiasaan, jangan abaikan.
Kenali gejala PPD, jujurlah pada keadaan diri dan sampaikan pada pasangan, apapun tanggapannya.
Semoga kita semua bisa menjadi survivor PPD dan tetap diberi kekuatan menjadi ibu yang baik untuk anak-anak kita
Sidoarjo, 13 Maret 2019