Mohon tunggu...
Reyne Raea
Reyne Raea Mohon Tunggu... Penulis - Blogger Influencer Surabaya

Panggil saya Rey, mom blogger di reyneraea.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Ibu yang Bahagia

7 November 2018   16:31 Diperbarui: 7 November 2018   16:49 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu yang bahagia akan menghasilkan anak-anak yang tumbuh dengan bahagia pula.

Pernah dengar kalimat tersebut? atau jangan - jangan sering?

Saya sering membaca tulisan tersebut, terlebih sebagai seorang blogger saya selalu rajin berkunjung ke blog-blog lainnya, sebagai ajang silaturahmi, maupun menambah ilmu dan ide.

Bukan hanya di beberapa penjelasan yang ada blog saja, di beberapa sosial media juga banyak digaungkan kalimat tersebut.

Tujuannya pastilah baik, untuk menyebarkan pesan, bahwa sebagai seorang ibu yang sebagian besar selalu ada di garis depan dalam mengasuh dan mendidik anak, bahagia adalah hal utama.

Ibu yang bahagia, akan bisa mengasuh anak-anak dengan bahagia pula, mendidik dengan penuh kasih sayang, dan pastinya anak-anak juga bakal bisa meniru sikap baik dan bahagia dari ibunya.

Intinya, bahagia membuat ibu jadi lebih sabar, dan kesabaran amat sangat penting bagi seseorang yang mengasuh dan mendidik anak

Kampanye ibu harus bahagia tersebut, tidak jarang, bahkan seringnya dibarengin dengan postingan pelengkap seperti, seorang ibu sedang shooping, lalu diposting dengan caption bahwa shooping itu penting, karena ibu butuh bahagia.

Atau, seorang ibu sedang me time dengan beragam treatment di salon kecantikan yang wah, diposting ke media sosial lengkap dengan caption maupun tagline, semua dilakukan karena ibu wajib bahagia.

Di lain saat, seorang suami sedang sibuk membantu istrinya mencuci piring, atau pulang-pulang ke rumah bawa bunga atau makanan lezat, sang sitri bahagia, di foto lalu posting dengan caption serupa di atas.

Dan berbagai hal lainnya, yang intinya mengkampanyekan bahwa menjadi ibu yang bahagia itu penting dan wajib, karena anak butuh ibu yang bahagia.

Sayangnya...

Tidak selamanya kampanye sampai dengan baik pada pembacanya, beberapa malah menanggapinya dengan berlebihan, sehingga tujuan awalnya adalah mengingatkan untuk selalu bahagia, malah yang terjadi adalah banyak yang lupa bahagia demi mengejar kebahagiaan yang terlihat sempurna.

Melihat ibu lainnya posting sedang asyik belanja, dengan caption "karena ibu butuh bahagia, maka shooping itu hal yang lumrah"

Di lain kesempatan, ada ibu lain yang memamerkan sedang berada di salon kecantikan untuk treatment berbagai hal, dan pastinya slogan "karena ibu butuh bahagia, dan nyalon adalah salah satu cara untuk bahagia" selalu menyertai.

Atau di sisi lain, ada seorang ibu yang sedang sibuk terharu, bangga dan bahagia memamerkan suaminya sedang

Karena hal tersebutlah, banyak orang, khususnya para ibu di zaman sekarang yang sepertinya sudah terpengaruh secara mendalam akan slogan 'ibu harus bahagia' jadi terkesan sibuk mencari kebahagiaan sampai lupa kalau bahagia itu hal yang sederhana, hal yang hanya kita sendiri bisa putuskan, mau bahagia atau tidak?

Banyak yang fokus mencari uang lebih, bahkan terkadang menghalalkan semua cara, mencari pembenaran atas semua hal yang dia lakukan, semata demi uang, untuk shooping, karena shooping adalah cara untuk bahagia.

Atau, banyak yang ngambek pada suami, karena suami tidak bisa memberikan nafkah lebih untuk shooping sesuai keinginannya, padahal shooping adalah hal yang penting, agar ibu bahagia.

Ada juga yang sedih, baper, hingga tahap kesal, menanti suami lebih perhatian dengan sering membelikan ini itu, memberikan kejutan manis, atau sekadar membantu kerjaan di rumah. Padahal sang suami tidak punya karakter seperti itu.  Yang ada kebahagiaan semakin menjauh, berganti kesedihan dan mungkin mendekati depresi karena keinginannya tidak terpenuhi.

Padahal semua keinginan tersebut kan bermaksud mulia. Atas dasar "karena ibu butuh bahagia"

Hmm...

Padahal, bahagia itu sejatinya sangat sederhana, sesederhana menikmati dan bersyukur atas apa yang sudah kita miliki, dan berhenti meratapi hal-hal yang belum bisa kita miliki.

Kebahagiaan itu, tidak pernah jauh dari kita, tidak pernah bisa dirampas oleh apa dan siapapun.

Karena yang berhak memutuskan bahagia atau tidak, ya hanya kita sendiri.

Jadi, mengapa sibuk menderita demi hal-hal yang seharusnya kitalah pemegang kunci utamanya.

Sejatinya, kebahagiaan seorang ibu, adalah mensyukuri punya anak.

Karena, apapun dan sebagaimanapun capeknya mengasuh dan mendidik anak, di luar sana, masih banyak orang yang sibuk capek berusaha dan memohon agar Allah segera mempercayakan mereka jadi seorang ibu.

Sebagaimana capeknya seorang ibu oleh tingkah anaknya yang sungguh menguras tenaga dan energi ibu, ada senyum gembira dan ceria dari anak-anak yang sehat.

Dan bagaimana bisa kita mendustakan semua nikmat Allah yang tidak terhingga tersebut, nikmat Allah yang dititipkan pada senyum gemas sorang anak yang tumbuh sehat dan ceria?

Masha Allah, sungguh semua itu tidak bisa dinilai dengan shooping, treatment di salon, suami yang romantis atau apapun.

Karena ibu butuh bahagia, maka marilah memaknai bahagia dengan bijak dan penuh syukur.

Tak perlu berusaha keras hingga depresi mencari kebahagiaan.

Karena bahagia itu sederhana, sesederhana kita yang bisa mensyukuri semua karuniaNya yang tidak mungkin bisa ditukar dengan rupiah atau dollar sekalipun.

Selamat berbahagia ibu-ibu.

Salam

Reyne Raea

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun