Ibu yang bahagia akan menghasilkan anak-anak yang tumbuh dengan bahagia pula.
Pernah dengar kalimat tersebut? atau jangan - jangan sering?
Saya sering membaca tulisan tersebut, terlebih sebagai seorang blogger saya selalu rajin berkunjung ke blog-blog lainnya, sebagai ajang silaturahmi, maupun menambah ilmu dan ide.
Bukan hanya di beberapa penjelasan yang ada blog saja, di beberapa sosial media juga banyak digaungkan kalimat tersebut.
Tujuannya pastilah baik, untuk menyebarkan pesan, bahwa sebagai seorang ibu yang sebagian besar selalu ada di garis depan dalam mengasuh dan mendidik anak, bahagia adalah hal utama.
Ibu yang bahagia, akan bisa mengasuh anak-anak dengan bahagia pula, mendidik dengan penuh kasih sayang, dan pastinya anak-anak juga bakal bisa meniru sikap baik dan bahagia dari ibunya.
Intinya, bahagia membuat ibu jadi lebih sabar, dan kesabaran amat sangat penting bagi seseorang yang mengasuh dan mendidik anak
Kampanye ibu harus bahagia tersebut, tidak jarang, bahkan seringnya dibarengin dengan postingan pelengkap seperti, seorang ibu sedang shooping, lalu diposting dengan caption bahwa shooping itu penting, karena ibu butuh bahagia.
Atau, seorang ibu sedang me time dengan beragam treatment di salon kecantikan yang wah, diposting ke media sosial lengkap dengan caption maupun tagline, semua dilakukan karena ibu wajib bahagia.
Di lain saat, seorang suami sedang sibuk membantu istrinya mencuci piring, atau pulang-pulang ke rumah bawa bunga atau makanan lezat, sang sitri bahagia, di foto lalu posting dengan caption serupa di atas.
Dan berbagai hal lainnya, yang intinya mengkampanyekan bahwa menjadi ibu yang bahagia itu penting dan wajib, karena anak butuh ibu yang bahagia.