Mohon tunggu...
Reyne Raea
Reyne Raea Mohon Tunggu... Penulis - Mom Blogger Surabaya

Panggil saya Rey, mom blogger di reyneraea.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Ibu yang Bahagia

7 November 2018   16:31 Diperbarui: 7 November 2018   16:49 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sayangnya...

Tidak selamanya kampanye sampai dengan baik pada pembacanya, beberapa malah menanggapinya dengan berlebihan, sehingga tujuan awalnya adalah mengingatkan untuk selalu bahagia, malah yang terjadi adalah banyak yang lupa bahagia demi mengejar kebahagiaan yang terlihat sempurna.

Melihat ibu lainnya posting sedang asyik belanja, dengan caption "karena ibu butuh bahagia, maka shooping itu hal yang lumrah"

Di lain kesempatan, ada ibu lain yang memamerkan sedang berada di salon kecantikan untuk treatment berbagai hal, dan pastinya slogan "karena ibu butuh bahagia, dan nyalon adalah salah satu cara untuk bahagia" selalu menyertai.

Atau di sisi lain, ada seorang ibu yang sedang sibuk terharu, bangga dan bahagia memamerkan suaminya sedang

Karena hal tersebutlah, banyak orang, khususnya para ibu di zaman sekarang yang sepertinya sudah terpengaruh secara mendalam akan slogan 'ibu harus bahagia' jadi terkesan sibuk mencari kebahagiaan sampai lupa kalau bahagia itu hal yang sederhana, hal yang hanya kita sendiri bisa putuskan, mau bahagia atau tidak?

Banyak yang fokus mencari uang lebih, bahkan terkadang menghalalkan semua cara, mencari pembenaran atas semua hal yang dia lakukan, semata demi uang, untuk shooping, karena shooping adalah cara untuk bahagia.

Atau, banyak yang ngambek pada suami, karena suami tidak bisa memberikan nafkah lebih untuk shooping sesuai keinginannya, padahal shooping adalah hal yang penting, agar ibu bahagia.

Ada juga yang sedih, baper, hingga tahap kesal, menanti suami lebih perhatian dengan sering membelikan ini itu, memberikan kejutan manis, atau sekadar membantu kerjaan di rumah. Padahal sang suami tidak punya karakter seperti itu.  Yang ada kebahagiaan semakin menjauh, berganti kesedihan dan mungkin mendekati depresi karena keinginannya tidak terpenuhi.

Padahal semua keinginan tersebut kan bermaksud mulia. Atas dasar "karena ibu butuh bahagia"

Hmm...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun