Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Feminisme dan Era Kemunduran Pria

14 Juli 2020   19:41 Diperbarui: 14 Juli 2020   19:42 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kemarin saya sempat terpesona oleh tulisan nya Mbak Cindy Carneta, kali ini saya merasa tertampar oleh tulisan nya Mbak Amel Widya. Karena artikel nya yang berjudul, "Feminitas di Mata Semesta", sukses menghunus jantung saya dengan keras.

Sebuah tulisan yang bukan saja menarik, namun juga kaya akan argumen logis. Sebuah tulisan yang akhirnya membuat saya ingin juga buka suara terkait isu feminisme ini.

Untung nya saya tidak jantungan, dan tidak punya riwayat sakit jantung, jadi saya masih bisa bernafas lega dan masih bisa melanjutkan untuk menulis artikel ini.

Betapa beruntungnya Kompasiana memiliki dua diantara banyak nya penulis wanita hebat dan cerdas yang selalu mampu memproduksi tulisan-tulisan yang berkualitas dan berkelas.

Tulisan ini bukan bermaksud ingin membela si Denniz yang suka berulah dan menyudutkan si Mehrin yang kerap mendapat perlakuan yang tidak adil dan menyenangkan itu. 

Tapi kali ini saya ingin membahas feminisme, dinamika sosial, dan relasi antara pria dan wanita secara menyeluruh, lebih dalam dan lebih detail.

Bukan berarti saya juga menolak mentah-mentah, atau menentang keras pemikiran nya Mbak Amel, tidak. Justru saya sangat mengapresiasi pemikiran beliau dan sangat setuju apabila wanita mendapatkan hak yang sama dalam segi politik, sosial, budaya dan juga ekonomi.

Saya juga setuju kalau wanita tidak harus melulu hanya berkecimpung di wilayah domestik, kasur, sumur dan dapur saja.

Wanita masa kini juga harus bisa independent dan berhak setara dengan pria. Baik dalam urusan karir, pendidikan, maupun finansial. Dan terbukti kini banyak wanita yang sudah mulai mendapatkan keleluasaan dan kebebasan untuk mengejar dan meraih semua itu. 

Namun sebelumnya saya ingin tegaskan, bahwa tulisan kali ini tidak berniat, bermaksud untuk menyinggung, ataupun menyudutkan pihak wanita, tidak. Tidak sama sekali. 

Saya juga tidak sedang membela pria. Namun saya merasa bahwa, dalam masyarakat ultra modern saat ini, pria lebih sering terlihat menjadi pihak tertuduh, seolah-olah pria adalah tukang menyakiti wanita, doyan selingkuh, gemar mempermainkan wanita, berlaku abusive dengan segala macam sumpah serapah seperti bajingan, brengsek, bangsat dlsb.

Harus saya akui, ada beberapa oknum pria yang memang kerap melakukan aksi itu. Saya juga menentang keras dan tidak setuju apabila wanita selalu diperlukan kasar dan semena-mena seperti itu!

Namun kita juga harus bisa menerima fakta, bahwa jumlah wanita yang suka menyakiti hati pria, doyan selingkuh, dan gemar mempermainkan pria juga jumlahnya tidak kalah jauh dari pria. Meski secara statistik perselingkuhan memang lebih sering dilakukan oleh pria daripada wanita. 

Bicara tentang perselingkuhan, dr. Boyke Dian Nugraha, seorang seksolog dari fakultas kedokteran Universitas Indonesia pernah melakukan penelitian terhadap 200 pasien nya untuk mengetahui siapa yang lebih banyak berselingkuh antara pria atau wanita. Hasilnya, ternyata 4 dari 5 pria diam-diam menjalin hubungan dengan wanita selain pasangannya. Perbandingan selingkuh pria dan wanita pun berbanding, 5 : 2.

Bahkan Samuel Janus Ph.D seorang psikoterapi dari University Of Virginia pernah menulis sebuah buku berjudul, "The Janus Report on Sexual Behavior" yang mencatat bahwa, 35% Pria (1 dari 3) mengaku pernah selingkuh dari kekasihnya. Sementara 26% wanita (1 dari 4) mengaku telah berselingkuh dari kekasihnya.

Akhirnya data tersebut seringkali digunakan oleh segelintir wanita untuk menyalahkan pria. Pria dianggap brengsek, bajingan dan tukang mempermainkan wanita.

Namun study lebih lanjut dilapangan menunjukkan bahwa, pria dan wanita ternyata memiliki rasio yang kurang lebih seimbang dalam hal nafsu, seksualitas, dan perselingkuhan.

Hal ini dibenarkan oleh Dr. Helen Fisher Ph.D, seorang antropolog dari Rutgers University yang mengatakan bahwa, stereotip perbedaan rasio selingkuh antara pria dan wanita sebenarnya hanyalah Ilusi belaka.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa pria dan wanita tidak jauh berbeda. Keduanya memiliki kecenderungan, prilaku dan kebutuhan biologis dan psikologis yang sama.

Jadi tidak perlu lagi tuding-tudingan, siapa yang lebih banyak selingkuh, siapa yang lebih sering menyakiti, siapa yang lebih brengsek, siapa yang lebih sering mengkhianati. Karena keduanya punya kecenderungan yang sama. Bedanya, pria lebih mudah terlihat dan dibaca pergerakan nya. Sedangkan wanita adalah sebaliknya.

Karena kebetulan baru beberapa hari yang lalu, saya baru selesai membaca E-Book tentang dinamika sosial romansa dan ada korelasi nya dengan isu feminisme ini. Jadi saya tidak ingin berspekulasi, apa yang nanti saya uraikan merupakan data tentang fenomena yang memang sedang terjadi.

Sebelum membahas soal feminisme, saya ingin mengajak anda ke masa ribuan tahun yang lalu, dimana pria dan wanita masih menjalankan tugas, peran dan fungsinya masing-masing sebagai mana mestinya.

Dahulu kala tugas utama seorang pria adalah berburu dan menjaga teritori dari serangan binatang buas atau suku lain. Sedangkan tugas wanita adalah mengumpulkan buah, merawat anak serta tempat tinggal. 

Waktu itu peranan mereka begitu jelas dan signifikan. Peranan keduanya sama-sama penting, tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah. Karena mereka sama-sama mempunyai tujuan yang sama, yakni bertahan hidup, mempunyai keturunan dan memperbesar kelompok mereka.

Namun seiring berjalannya waktu, ketika peradaban manusia mulai berubah, situasi, kondisi dan cara hidup mulai berubah, arus budaya modernisasi pun pelan-pelan merubah nilai-nilai sosial tersebut.

Akhirnya pada tahun 1970an, gerakan feminisme mulai muncul dan menjadi populer. Ini mengacu kepada pergerakan kaum wanita di belahan dunia barat yang menginginkan persamaan hak dalam politik, sosial, budaya, dan ekonomi antara pria dan wanita.

Sejak saat itu, wanita tidak lagi puas hanya mengurusi wilayah domestik, mereka juga merasa pantas dan sama-sama ingin di hargai. Mereka juga merasa mampu untuk mengerjakan dan mendapatkan apa yang selalu menjadi hak pria.

Alasan mereka sederhana : karena manusia memiliki derajat yang sama terlepas dari apa jenis kelamin nya. Mereka juga merasa bahwa selama ini pria telah berlaku semena-mena menyalahgunakan kekuasaan dan hak yang mereka miliki.

Wanita merasa telah menjadi korban, mereka protes dengan keras. Keinginan mereka bukan saja telah didengar, namun juga telah berhasil merubah dunia.

Tentu ini merupakan hal baik dan sebuah kemajuan peradaban manusia pada waktu itu. Karena wanita juga berhak mendapatkan kehidupan yang layak, perlindungan hukum, pendidikan yang tinggi, persamaan hak, baik dalam politik, sosial dan juga ekonomi.

Namun perlahan-lahan semangat gerakan itu justru melenceng terlalu jauh dari esensi awal feminisme itu sendiri yakni "kesetaraan". Menjadi semacam gerakan "perlawanan" untuk mendominasi kaum pria.

Saya tidak sedang menjelaskan feminisme ala Ibu Kita Kartini, yang membela hak-hak wanita di desa terpencil, suku-suku di Afrika, atau wilayah Arab. Dimana wanita sering di aniaya dan tidak mendapat hak nya sama sekali.

Dalam kasus tersebut, saya justru mendukung penuh kesetaraan dan hak-hak bagi wanita!

Tapi dalam konteks kali ini, saya sedang menjelaskan feminisme ala Sex and The City dan Cosmopolitan. Yang akhirnya membuat wanita merasa tidak lagi membutuhkan pria.

Terbukti banyak wanita masa kini sudah lebih maju dan unggul dari pria. Baik itu dari segi karir, pendidikan dan finansial. Sebuah transisi sosial besar-besaran sedang terjadi. Dan saat ini merupakan era kemunduran bagi pria dan kemajuan bagi wanita. Semua terjadi berkat gerakan feminisme. 

Tidak benar kalau sampai saat ini pria masih menjadi pihak yang selalu mendominasi. Justru saat ini wanita lah yang pelan-pelan mulai mendominasi. 

Dalam aspek yang sederhana seperti lagu saja misalnya, di abad 21 ini. Tema lagu-lagu yang dinyanyikan oleh wanita justru terkesan lebih dominan daripada tema lagu-lagu yang di ciptakan dan dinyanyikan oleh pria.

Lagu-lagu wanita misalnya seperti, "Teman Tapi Mesra", "Selingkuh", "Wonder Woman". Terkesan lebih maskulin jika dibandingkan dengan lagu-lagu pria yang kebanyakan bernada melow dan terkesan feminin seperti, "Cinta Ini Membunuh Ku", "Tercipta Untuk Ku", "Sempurna" dsb.

Mungkin ada yang langsung tidak setuju kalau saya mengatakan, bahwa wanita saat ini pelan-pelan sudah mulai mendominasi pria. Oke, saya tidak mau berspekulasi. Maka dari itu izinkan saya memaparkan datanya berikut ini :

(1). Wanita adalah konsumer terbesar di dunia ini. Mulai dari ribuan produk kosmetik dan fashion, pernak-pernik, aksesoris, tas dan sepatu, majalah, salon dsb. 

Bisnis kosmetik juga disebut-sebut sebagai bisnis yang besar, mempunyai nilai pasar global yang bisa mencapai USD 500 miliar, atau setara Rp 6.600 triliun. 

Populasi perempuan Indonesia sebagai pengguna kosmetik juga terus meningkat jumlahnya dan kini telah mencapai lebih dari 126,8 juta orang.

(2). Saat ini tenaga kerja wanita merupakan mayoritas dengan jumlah yang lebih banyak daripada pria. Dan angka nya terus meningkat. Artinya yang menjadi pengangguran adalah lebih banyak pria daripada wanita.

(3). Secara statistik, Negara yang memiliki tenaga kerja wanita yang lebih kuat, memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih besar. Sejak tahun 1990 jumlah wanita yang memiliki bisnis atau perusahaan sendiri meningkat hingga 45%. Bisnis bukan lagi di dominasi oleh pria.

(4). Di Amerika Serikat, Rasio perbandingan pria wanita yang memiliki gelar sarjana saat ini adalah 2 : 3. Dalam bidang karir, 51,4% posisi manajerial dan profesional di isi oleh wanita. 54% dari jumlah total akuntan dan bankir juga lebih banyak di isi oleh wanita.

(5). Di Indonesia sendiri, Tenaga kerja wanita (TKW) yang di kirim keluar negeri pernah menjadi penghasil devisa terbesar kedua setelah minyak dan gas bumi. Total devisa yang di hasilkan bisa mencapai USD 12-14 Milyar pertahun.

Apa yang saya uraikan sepanjang ini bukanlah spekulasi atau sekadar opini pribadi, melainkan sejarah yang amat panjang yang membentuk peradaban dan sistem dinamika sosial kita dewasa ini.

Saya kira sudah cukup jelas bahwa, dunia sudah mengalami pergeseran sosial yang cukup signifikan. Peran antara wanita dan pria sudah tidak seperti jaman purba lagi. 

Saya bersyukur peradaban kita ternyata sudah lebih maju, dan kini wanita sudah mendapatkan apa yang menjadi hak nya. Gerakan feminisme itu telah berhasil merubah dunia.

Di satu sisi gerakan feminisme di perlukan untuk membela keadilan dan hak-hak kesetaraan antara pria dan wanita. Namun di sisi lain semangat feminisme yang terlalu berlebihan justru bisa "melenyapkan" feminitas itu sendiri.

Jadi, perlahan namun pasti, lama-lama budaya patriarki akan segera punah. Bahkan mungkin suatu saat akan lenyap dari muka bumi ini dengan sendirinya.

Yang pasti, stereotip gender itu perlu di hilangkan. Karena tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah antara pria dan wanita. Karena sebagai manusia, tentu kita berhak mendapatkan hak, perlindungan, kewajiban dan kebutuhan hidup yang sama.

Saya bukan peneliti sosial ataupun ahli sejarah, jadi silahkan berikan tanggapan, kritik, ataupun sanggahan untuk tulisan receh ini....**

Sahabat Anda

Reynal Prasetya

Referensi : [1] ; [2] ; [3]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun