Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Feminisme dan Era Kemunduran Pria

14 Juli 2020   19:41 Diperbarui: 14 Juli 2020   19:42 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dahulu kala tugas utama seorang pria adalah berburu dan menjaga teritori dari serangan binatang buas atau suku lain. Sedangkan tugas wanita adalah mengumpulkan buah, merawat anak serta tempat tinggal. 

Waktu itu peranan mereka begitu jelas dan signifikan. Peranan keduanya sama-sama penting, tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah. Karena mereka sama-sama mempunyai tujuan yang sama, yakni bertahan hidup, mempunyai keturunan dan memperbesar kelompok mereka.

Namun seiring berjalannya waktu, ketika peradaban manusia mulai berubah, situasi, kondisi dan cara hidup mulai berubah, arus budaya modernisasi pun pelan-pelan merubah nilai-nilai sosial tersebut.

Akhirnya pada tahun 1970an, gerakan feminisme mulai muncul dan menjadi populer. Ini mengacu kepada pergerakan kaum wanita di belahan dunia barat yang menginginkan persamaan hak dalam politik, sosial, budaya, dan ekonomi antara pria dan wanita.

Sejak saat itu, wanita tidak lagi puas hanya mengurusi wilayah domestik, mereka juga merasa pantas dan sama-sama ingin di hargai. Mereka juga merasa mampu untuk mengerjakan dan mendapatkan apa yang selalu menjadi hak pria.

Alasan mereka sederhana : karena manusia memiliki derajat yang sama terlepas dari apa jenis kelamin nya. Mereka juga merasa bahwa selama ini pria telah berlaku semena-mena menyalahgunakan kekuasaan dan hak yang mereka miliki.

Wanita merasa telah menjadi korban, mereka protes dengan keras. Keinginan mereka bukan saja telah didengar, namun juga telah berhasil merubah dunia.

Tentu ini merupakan hal baik dan sebuah kemajuan peradaban manusia pada waktu itu. Karena wanita juga berhak mendapatkan kehidupan yang layak, perlindungan hukum, pendidikan yang tinggi, persamaan hak, baik dalam politik, sosial dan juga ekonomi.

Namun perlahan-lahan semangat gerakan itu justru melenceng terlalu jauh dari esensi awal feminisme itu sendiri yakni "kesetaraan". Menjadi semacam gerakan "perlawanan" untuk mendominasi kaum pria.

Saya tidak sedang menjelaskan feminisme ala Ibu Kita Kartini, yang membela hak-hak wanita di desa terpencil, suku-suku di Afrika, atau wilayah Arab. Dimana wanita sering di aniaya dan tidak mendapat hak nya sama sekali.

Dalam kasus tersebut, saya justru mendukung penuh kesetaraan dan hak-hak bagi wanita!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun