Mohon tunggu...
revimariska
revimariska Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi mendengarkan berita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Permasalahan Pernikahan Dini di Kabupaten Purworejo

7 Desember 2024   16:17 Diperbarui: 7 Desember 2024   16:41 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kehidupan individu dan masyarakat sangat dipengaruhi oleh pernikahan anak,

yang merupakan salah satu masalah sosial yang mendalam dan kompleks.

Fenomena ini semakin mengkhawatirkan di Kabupaten Purworejo, di mana

banyak anak perempuan menikah sebelum mereka dewasa. Jumlah pernikahan

anak di Purworejo menunjukkan tren yang mengkhawatirkan, dengan banyak

orang menikah pada usia di bawah 18 tahun, menurut data dari Badan Pusat

Statistik (BPS) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak. Masalah ini berdampak pada kesehatan dan pendidikan anak perempuan,

serta memperpanjang siklus kemiskinan dalam masyarakat.

Pernikahan anak berdampak besar pada berbagai aspek kehidupan, baik secara

sosial maupun individu.

1. Kesehatan Fisik dan Mental: Pernikahan dini seringkali menempatkan

perempuan muda dalam bahaya kesehatan yang signifikan. WHO menyatakan

bahwa perempuan yang hamil pada usia remaja lebih rentan terhadap komplikasi

saat melahirkan seperti preeklampsia, infeksi, dan perdarahan pasca persalinan.

Selain itu, tekanan emosional yang mereka alami selama kehamilan dan setelah

menikah membuat mereka lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental.

Remaja yang menikah dini sering mengalami masalah kesehatan mental seperti

kecemasan,stres,dandepresi.

2. Pendidikan: Putus sekolah adalah salah satu dampak paling langsung dari

pernikahan anak. Setelah menikah, banyak anak perempuan dipaksa

meninggalkan sekolah, yang mengurangi peluang mereka untuk mendapatkan

pekerjaan. 

yang akan bermanfaat di masa depan. Data menunjukkan bahwa perempuan yang

menikah di usia muda cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah

dibandingkan dengan perempuan yang menunda pernikahan. Ini menciptakan

siklus kemiskinan yang sulit diputus karena kurangnya pendidikan menghalangi

mereka untuk berkontribusi secara ekonomi.

3. Ketidaksetaraan Gender: Pernikahan anak menunjukkan ketidaksetaraan

gender dalam masyarakat. Anak perempuan sering dipandang sebagai komoditas

atau alat untuk meningkatkan status sosial keluarga, sementara hak-hak individu

mereka sering diabaikan. Karena ketidaksetaraan ini, norma-norma patriarki

diperkuat, yang pada gilirannya merugikan perempuan dan membatasi

kemampuan mereka untuk berkontribusi pada kemajuan sosial dan ekonomi.

Beberapa faktor penyebab pernikahan anak di Kabupaten Purworejo meliputi:

1.Budaya dan Tradisi: Pernikahan dini diterima di beberapa komunitas di

Kabupaten Purworejo. Ada anggapan bahwa menikahkan anak perempuan pada

usia muda membantu keluarga tetap hormat dan mencegah perilaku menyimpang.

Tradisi ini sering kali diwariskan dari generasi ke generasi tanpa

mempertimbangkan akibatnya yang merugikan.

2. Pernikahan anak sering dianggap sebagai solusi bagi keluarga miskin dengan

kondisi ekonomi yang sulit. Mereka yang menikahkan anak perempuan berharap

dapat mengurangi beban finansial dan mendapatkan bantuan dari suami atau

keluarga suami mereka. Salah satu alasan utama orang tua mempercepat

pernikahan anak-anak mereka adalah karena ini.

3. Kurangnya Akses Pendidikan: Anak perempuan rentan terhadap pernikahan

dini karena tidak memiliki akses ke pendidikan. Banyak daerah di Purworejo

masih menghadapi masalah untuk menyediakan pendidikan berkualitas tinggi dan

mudah diakses bagi semua anak, terutama di wilayah pedesaan. Anak perempuan

yang tidak menerima pendidikan yang memadai harus menikah.

Untuk menyelesaikan masalah pernikahan anak di Kabupaten Purworejo,

diperlukan pendekatan yang mencakup berbagai elemen, seperti pemerintah, 

masyarakat sipil, lembaga pendidikan, dan tokoh agama.Pendekatan ini harus

melibatkan berbagai pihak. Berikut ini adalah beberapa solusi yang dapat

digunakan.

1.Peningkatan Akses Pendidikan: Salah satu cara penting untuk menghentikan

pernikahan dini adalah dengan meningkatkan akses anak perempuan ke sekolah.

Beasiswa dan Dukungan Keuangan: Memberikan beasiswa kepada keluarga yang

kurang mampu untuk membiarkan anak perempuan mereka melanjutkan sekolah

menengah atau tinggi.Agar penerima beasiswa tetap termotivasi untuk belajar.

2. Sangat penting untuk mengubah perspektif masyarakat tentang pernikahan

anak melalui pendidikan masyarakat.

Seminar dan Workshop: Mengadakan seminar dan workshop tentang masalah

pernikahan anak dan bagaimana hal itu berdampak pada pendidikan dan

kesehatan. Agar pesan tersampaikan dengan baik, orang tua, tokoh masyarakat,

dan siswa harus terlibat dalam kegiatan ini.

3. Keterlibatan Lembaga Agama: Lembaga agama memiliki kekuatan besar

untuk membentuk kebiasaan masyarakat.

Dialog dengan Pemuka Agama: Pemuka agama dapat membantu menyebarkan

pesan tentang pentingnya pendidikan dan kesehatan bagi perempuan serta

menekankan bahwa agama mendukung penundaan pernikahan hingga usia

dewasa. Mereka juga dapat membantu mengidentifikasi solusi untuk masalah

pernikahananak.

Program Pelatihan untuk Pengurus Masjid: Memberikan pelatihan kepada

pengurus masjid tentang masalah gender dan bagaimana khutbah atau ceramah

agama harus mendorong penundaan pernikahan hingga usia dewasa.

4. Kebijakan Pemerintah: Pemerintah daerah harus mengadopsi kebijakan yang

mendukung untuk menghentikan pernikahan anak

Peraturan Daerah: Dorong undang-undang daerah yang melarang pernikahan di

bawah umur dan menghukum pelanggarnya. Agar semua pihak memahami

konsekuensinya, aturan ini harus disosialisasikan kepada masyarakat. 

Di Kabupaten Purworejo, pernikahan anak adalah masalah sosial yang signifikan

yang membutuhkan perhatian dari semua pihak. Kita dapat bekerja sama untuk

mengatasi masalah ini dengan metode pendidikan, peningkatan akses pendidikan,

partisipasi lembaga agama, dan dukungan kebijakan pemerintah. Penting bagi kita

untuk memahami bahwa setiap tindakan kecil yang diambil untuk mengubah

sesuatu dapat memiliki dampak yang signifikan pada generasi mendatang. Mari

kita bekerja sama untuk membangun lingkungan yang mendukung hak-hak

perempuan dan memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan untuk

berkembang tanpa terjebak dalam siklus pernikahan din

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun