"Laki-laki Katolik, sudah dibaptis secara sah, tidak terikat oleh perkawinan atau halangan lainnya menurut hukum Gereja, sudah menempuh pendidikan dan persiapan yang mencukupi, serta dianggap layak untuk ditahbiskan menjadi imam," tutur Fr. Amadea
Beberapa syarat ini haruslah dipenuhi dan tidak boleh dilanggar selama proses menjadi seorang imam.
Tentu ini adalah salah satu tantangan yang harus dapat dihadapi para calon imam sehingga tekad dan iman harus selalu kuat.
Bagi Fr. Amadea, tantangan terbesarnya adalah menghadapi rasa kesepian.
"Tantangan utama adalah rasa kesepian sebagai selibat yang tidak bisa diisi oleh apapun atau siapapun. Hanya Tuhan yang bisa mengisi kekosongan atau kesepian itu," ucap Fr. Amadea.
Selain tantangan dan hambatan, terdapat pula momen suka dan duka yang menghiasi kehidupan para calon imam.
 Fr. Amadea mengalami kisah suka ketika ia dapat memberikan diri dalam pelayanan yang dibutuhkan umat atau orang lain. Sedangkan, duka yang dirasakan ketika menjadi calon imam adalah saat keterbatasan diri memaksanya untuk menolak atau tidak menerima permintaaan bantuan dari orang lain.
Hobi Mendukung Tugas Perutusan
Menjadi calon imam selain harus fokus menempuh pendidikan dan menjalani kehidupan rohani, tetapi juga harus dapat mengimbanginya dengan hobi dan rutinitas lainnya.
"Seimbang dalam segala aspek hidup, seperti belajar, berdoa, olahraga, bersosialisasi, rekreasi, dan lain-lain," ungkap Fr. Amadea ketika memberikan tips bagi calon imam lainnya agar tetap bersemangat di dalam menjalani pendidikan.
Fr. Amadea memiliki hobi membaca buku, menulis, dan menonton film untuk mengisi kesehariannya menjadi calon imam.