Mohon tunggu...
Resti Anggraeni
Resti Anggraeni Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Seorang guru di sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemanfaatan Video Pembelajaran dan Media Benda Konkret

24 Januari 2023   09:45 Diperbarui: 24 Januari 2023   09:54 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Latar Belakang

Peserta didik Tunarungu masih mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran perkembangbiakan tumbuhan, meskipun guru sudah melakukan strategi pendekatan secara individual. Dilihat dari hasil ulangan pada mata pelajaran IPA  materi perkembangbiakan tumbuhan, ada beberapa peserta didik yang belum tuntas.

Peserta didik tunarungu juga kurang antusias saat pembelajaran IPA. Mereka kurang memperhatikan penjelasan dari guru ketika pembelajaran berlangsung dan sering mengobrol dengan teman sebangkunya. Selain itu juga sering mengalami miskonsepsi, ketika guru bertanya mereka menjawab dengan jawaban yang tidak sesuai.

Guru jarang sekali menggunakan media inovatif untuk membantu meningkatkan pemahaman peserta didik tunarungu. Selama mengajarkan materi di dalam kelas, guru hanya menjelaskannya di papan tulis dan membimbing peserta didik untuk mengerjakan soal latihan.

Penyebab kesulitan belajar IPA peserta didik menurut Khoir (dalam Awang, 2015)  adalah terlalu banyak istilah asing, materi yang terlalu padat, siswa terkesan mau tidak mau    harus menghafal materi, terbatasnya media pembelajaran, peserta     didik terkesan susah memahami materi tanpa tersedianya    media, guru yang cenderung mendominasi pembelajaran,   penguasaan guru akan materi lemah, dan terlalu monoton.

Berdasarkan pendapat tersebut dan hasil refleksi serta observasi yang dilakukan terhadap peserta didik tunarungu, maka dapat diambil kesimpulan bahwa selama ini guru belum mengoptimalkan penggunaan media yang inovatif dalam mengajar terutama pada materi pembelajaran perkembangbiakan tumbuhan yang memiliki istilah ilmiah yang cukup banyak bagi peserta didik tunarungu yang miskin akan perbendaharaan kata. Selain itu juga materi yang terlalu banyak membuat mereka cenderung malas untuk menghafal dan cepat bosan, sehingga dibutuhkan pendekatan/ metode pembelajaran yang menyenangkan.

Praktik ini penting untuk dibagikan karena mengingat masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi perkembangbiakan tumbuhan pada pembelajaran IPA, karena sebagian besar materinya sulit dimaknai bagi peserta didik tunarungu yang memiliki keterbatasan bahasa (kosakata).

Banyak pula rekan guru yang mengalami kesulitan untuk menstransfer pengetahuan akan materi tersebut, dengan demikian praktik  ini diharapkan bisa menjadi referensi dan inspirasi bagi rekan guru lain, dan dapat menjadi pertimbangan dari segi model, metode, media, bahan ajar dan penilaian yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik.

Peranan dan tanggung jawab guru dalam praktik ini diantaranya, melakukan asesmen dan mengidentifikasi masalah apa saja yang dialami peserta didik. Mengeskplorasi berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab terjadinya masalah, dan menganalisis serta menyimpulkan penyebab yang paling sesuai dengan masalah yang dihadapi peserta didik. Kemudian mencari solusi atas permasalahan tersebut dengan memperhatikan kebutuhan dan karakteristik peserta didik untuk mewujudkan ketercapaian pembelajaran. Setelah didapatkan solusi, maka guru menerapkan model, metode, media, bahan ajar dan jenis penilaian yang tepat dan inovatif sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.

Tantangan

Setiap tujuan memiliki tantangannya masing-masing. Begitu pula pada praktik pembelajaran ini. Tantangan yang dialami untuk mencapai tujuan pembelajaran ini diantaranya kondisi peserta didik yang mengalami hambatan pendengaran dengan kemampuan dan karakter yang berbeda pada setiap peserta didik menjadikan tantangan tersendiri bagi guru untuk dapat mengajarkan materi. Kemampuan berbahasa dan kosakata yang masih terbatas menjadikan guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengemas suatu kegiatan pembelajaran supaya setiap peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan.

Karekteristik peserta didik tunarungu dalam belajar juga menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Menurut Krisnan (2021) yang menyebutkan bahwa tunarungu mengalami hambatan pada pendengaran sehingga media pembelajaran yang digunakan lebih menekankan ke visual, media benda nyata merupakan salah satunya, dimana anak bisa melihat langsung mengenai benda yang dimaksud sambil disajikan nama bendanya melalui tulisan. Berdasarkan artikel tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan media visual dalam pembelajaran siswa tunarungu lebih efektif, dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional. Dengan karakteristik belajar tunarungu yang demikian, maka penggunaan media visual merupakan pilihan paling tepat bagi peserta didik tuna rungu, terutama untuk mengilustrasikan materi pelajaran seperti pada perkembangbiakan tumbuhan yang memiliki banyak istilah ilmiah yang asing bagi peserta didik tunarungu. Hal ini menuntut guru untuk menggunakan media yang menarik dilihat dan mudah dipahami.

Metode dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru juga berperan penting dalam ketercapaian tujuan pembelajaran. Guru harus memilih metode dan model yang inovatif dan variatif sehingga pembelajaran tidak membosankan. Selain itu bahan ajar dan penilaian harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didik.

Banyak pihak yang terlibat dalam menghadapi tantangan di atas, diantaranya kepala sekolah, teman sejawat, dosen pembimbing dan guru pamong yang selalu memberikan semangat, bantuan baik tenaga maupun pikiran serta motivasi sepanjang program ini. Kolaborasi antara guru dan orang tua/ wali juga berperan penting akan keberhasilan putra-putrinya, karena adanya keberlanjutan pembelajaran di rumah.

Aksi

Langkah-langkah yang dilakukan guru untuk menyelesaikan tantangan ini diantaranya melakukan asesmen dan mengidentifikasi masalah apa saja yang dialami peserta didik. Mengeskplorasi berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab terjadinya masalah, dan menganalisis serta menyimpulkan penyebab yang paling sesuai dengan masalah yang dihadapi peserta didik. Kemudian mencari solusi atas permasalahan tersebut dengan memperhatikan kebutuhan dan karakteristik peserta didik untuk mewujudkan ketercapaian pembelajaran. Setelah didapatkan solusi, maka guru menerapkan model, metode, media, bahan ajar dan jenis penilaian yang tepat dan inovatif sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.

Pada praktik pembelajaran ini guru  menerapkan pendekatan Problem Based Learning (PBL), dengan metode diskusi, tanya jawab dan penugasan. Adapun media yang digunakan diantaranya yaitu video pembelajaran, media presentatif, media benda konkret yaitu bunga asli dan peraga bunga sempurna. Pada pembelajaran perkembangbiakan tumbuhan ini memfokuskan materi pada perkembangbiakan tumbuhan secara generatif agar peserta didik mendalami materi hingga tuntas. Komponen-komponen tersebut memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Guru juga merancang perangkat pembelajaran diantaranya modul ajar, alur tujuan pembelajaran, LKPD, Kisi-kisi soal dan perangkat pembelajaran lainnya.

Menurut Sanjaya (dalam Rifai, 2020) kelebihan Problem Based Learning (PBL) yaitu:

  • Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
  • Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
  • Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata.
  • Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
  • Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
  • Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
  • Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
  • Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan masalah dunia nyata.

Guru pun memilih pendekatan Problem Based Learning (PBL) pada praktik pembelajaran ini dengan harapan peserta didik lebih tertantang dan dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Sintaks Problem Based Learning (PBL) diantaranya: (a) identifikasi dan merumuskan masalah, (b) menyusun rancangan penyelesaian masalah, (c) mengumpulkan informasi, (d) pengolahan informasi, dan (e) menyelesaikan masalah.

Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan media pembelajaran adalah dengan memilih media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, yaitu: video pembelajaran tentang perkembangbiakan tumbuhan, media presentatif yang menjelaskan tentang perkembangbiakan generatif untuk memperjelas materi yang diajarkan oleh guru dan morfologi bunga sebagai bahan diskusi peserta didik, media benda konkret berupa bunga asli dan peraga bunga sempurna untuk menambah pemahaman peserta didik dengan mengaitkan pembelajaran dengan benda aslinya. Berikut ini merupakan media yang digunakan guru:

  • Video Pembelajaran
  • Media presentatif
  • Media benda konkret

Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan metode pembelajaran adalah dengan memahami karakteristik peserta didik dan materi. Disini guru memilih metode pembelajaran yang akan digunakan, diantaranya diskusi, tanya jawab dan penugasan. Proses pemilihan metode ini yang pertama guru mempelajari apa saja metode-metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran, lalu memahami karakteristik peserta didik dengan melihat kemampuan dasar dan kebiasaan peserta didik, kemudian melihat karakteristik materi dengan mempelajari materi pembelajaran yang akan disampaikan.

Kemudian guru menyusun perangkat pembelajaran sebagai skenario guru untuk menyiapkan pembelajaran yang sistematis dan inovatif sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, dan memenuhi kebutuhan, kemampuan dan karakteristik peserta didik.

 Selanjutnya penilaian peserta didik disusun sesuai dengan kisi-kisi yang berpedoman pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sehingga soal penilaian dapat menggambarkan kemampuan peserta didik secara maksimal. Mengutip dari Modul Belajar Mandiri Calon Guru PPPK seri Pedagogi (2021: 119) tentang penilaian yang tidak hanya difokuskan pada hasil belajar, tetapi juga pada proses belajar. Peserta didik dilibatkan dalam proses penilaian terhadap dirinya sendiri dan penilaian antar peserta didik (penilaian antar teman) sebagai sarana untuk berlatih melakukan penilaian. 

Pada praktik ini guru membuat  instrumen penilaian dengan aspek pengetahuan dan keterampilan. Penilaian keterampilan dilakukan saat diskusi di dalam praktek pembelajaran, guru menilai keaktifan peserta didik bekerja dalam kelompok. Sedangkan penilaian pengetahuan dilakukan setelah praktik pembelajaran selesai untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi. Pada penilaian pemahaman guru memanfaatkan teknologi yaitu dengan fitur Google form. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih bersemangat dengan inovasi yang baru bagi mereka. Tampilan lembar penilaian yang dibuat sebagai berikut:

Link lembar Penilaian Pengetahuan Peserta didik : https://forms.gle/RYLDRzixXErUmgPt5 

Guru melaksanakan pembelajaran dengan langkah sebagai berikut:

  • Guru melakukan kegiatan pendahuluan dengan menyapa dan memberikan salam kepada peserta didik, mengajak peserta didik berdoa terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran, melakukan presensi kehadiran peserta didik, menanyakan hari dan tanggal, mengaitkan pelajaran dengan pengetahuan sebelumnya, melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan, dan menyampaikan tujuan pembelajaran agar memudahkan peserta didik mengaitkan pengalaman atau pengetahuannya dengan pembelajaran yang akan diajarkan.
  • Guru melanjutkan dengan kegiatan inti diantaranya:
    • Identifikasi dan merumuskan masalah
      • Guru memperlihatkan 2 gambar buah yang tumbuh dengan biji dan tanpa biji, menjelaskan tentang perkembangbiakan tumbuhan dengan menayangkan video penjelasan langsung oleh guru yang didukung dengan media presentatif, tidak lupa guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya.
    • Menyusun rancangan penyelesaian masalah
      • Guru membagi peserta didik menjadi 2 kelompok, lalu memperlihatkan media replika bunga sempurna dan peserta didik diminta untuk menanggapi dengan menyebutkan bagian-bagian bunga. Peserta didik diminta untuk membandingkan media yang diperlihatkan dengan bunga asli yang dibawa masing-masing peserta didik. Guru memberikan LKPD dan membimbing peserta didik untuk menemukan masalah yang akan dipecahkan, yaitu: menjelaskan morfologi bunga yang mereka bawa dan membandingkannya dengan bunga yang dibawa teman sekelompoknya.
    • Mengumpulkan informasi
      • Guru meminta peserta didik menggali informasi dari berbagai sumber belajar, diantaranya modul ajar dan media presentatif yang telah disediakan guru. Selama peserta didik mengumpulkan informasi, guru membimbing penyelidikan yang mereka lakukan.
    • Pengolahan informasi
      • Peserta didik menganalisis hasil penyelidikannya tentang bagian-bagian bunga yang mereka bawa dan menuangkannya kedalam LKPD.
    • Menyelesaikan masalah
      • Peserta didik menyajikan hasilnya di depan kelas dan menceritakan kembali secara lisan ataupun isyarat. Guru mengevaluasi hasil diskusi setiap kelompok, dan mengajak peserta didik untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
  • Guru menutup pembelajaran dengan melakukan refleksi kegiatan yang sudah dilakukan, materi yang diajarkan dan media yang digunakan. Guru juga memberikan tugas melalui google form, yang bisa diakses terbatas oleh peserta didik. Kemudian mengakhiri dengan berdoa menutup pelajaran serta memberi salam.

Kegiatan pembelajaran ini telah melibatkan beberapa pihak, diantaranya guru sebagai pelaksana kegiatan, kepala sekolah yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melakukan praktek pembelajaran, teman sejawat yang telah memberikan banyak dukungan dan bantuan sehingga kegiatan ini dapat berlangsung dengan baik dan lancar. Kemudian peserta didik kelas X Tunarungu yang telah berpartisipasi sebagai tokoh utama dalam program ini.

Selain itu ada berbagai sumberdaya yang mendukung pelaksanaan praktik pembelajaran ini antara lain: ruang kelas yang kondusif, alat pendukung seperti Laptop dan LCD Projector, serta materi ajar yang disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan peserta didik yaitu perkembangbiakan tumbuhan secara generatif, diantaranya apa itu perkembangbiakan, perbedaan antara perkembangbiakan tumbuhan secara generatif dan vegetatif, proses perkembangbiakan tumbuhan secara generatif, bagian-bagian bunga, dan macam-macam penyerbukan.

Refleksi Akhir dan Dampak

Penggunaan media benda konkret dan video pembelajaran pada pembelajaran IPA materi Perkembangbiakan Tumbuhan sangat efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik menjadi meningkat jauh lebih tinggi daripada sebelum praktik pembelajaran ini. 

Terbukti dari nilai yang dihasilkan semua peserta didik diatas nilai 70 yang merupakan KKM, dan nilai rata-rata kelas 85, merekapun lebih mudah memahami materi yang disampaikan dan dapat mengerjakan soal penilaian dengan mudah secara mandiri. Selain itu peserta didik nampak lebih tertarik mengikuti pelajaran dan juga menjadi percaya diri untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas.

Model Problem Based Learning (PBL) juga berpengaruh terhadap antusiasme belajar peserta didik. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih aktif dan menyenangkan. Seluruh peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Peserta didik saling mengungkapkan pendapat dan pemikirannya dalam kegiatan diskusi, yang sangat jarang terlihat sebelum praktik pembelajaran ini dilaksanakan.

Praktik pembelajaran ini mendapatkan banyak respon positif dari berbagai kalangan, diantaranya kepala sekolah, teman-teman sejawat, peserta didik dan orang tua/ wali peserta didik sendiri. Mereka mendukung praktik pembelajaran ini sebagai usaha untuk mengatasi permasalahan atau kesulitan yang dialami peserta didik. Praktik pembelajaran ini telah banyak menginspirasi pengajar/ guru lain dalam menciptakan strategi pembelajaran yang ideal bagi peserta didiknya.

Beberapa faktor yang mendukung ketercapaian pembelajaran, diantaranya guru menghadirkan media pembelajaran yang sebelumnya belum pernah dilihat atau digunakan oleh peserta didik, sehingga dapat menarik minat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Media tersebut juga mampu membantu meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan. Selain itu guru menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning sehingga memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. 

Pemberian tugas secara berkelompok dalam memecahkan suatu permasalahan memberikan pengalaman positif bagi peserta didik. Suasana kelas menjadi lebih hidup dan penuh semangat. Dukungan dari rekan sejawat yang senantiasa memberikan masukan dan bantuan baik dalam proses penyusunan rancangan pembelajaran maupun praktik pembelajaran yang lebih baik dan bermakna.

Dengan demikian pembelajaran dari keseluruhan praktik pembelajaran ini yaitu, pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang memperhatikan karakteristik dan kemampuan peserta didik. Sebagai guru dituntut untuk bisa mengatasi masalah yang ada di kelasnya, dan berusaha mencari atau menciptakan solusi untuk membantu peserta didik dalam belajarnya. Selalu belajar untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik serta menyesuaikan dengan perkembangan jaman.

Daftar Pustaka

Awang, Imanuel Sairo. (2015). Kesulitan Belajar IPA Peserta Didik Sekolah Dasar. Vok Edukasi: https://www.neliti.com/id/publications/271422/kesulitan-belajar-ipa-peserta-didik-sekolah-dasar

Krisnan. (2021). 5 Media Pembelajaran Tunarungu yang Bisa Diterapkan. (https://meenta.net/media-pembelajaran-tunarungu/ ) diakses pada 21 Januari 2023

Tim GTK Dikdas. (2021). Modul Belajar Mandiri Calon Guru PPPK seri Pedagogi. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Rifai, Afif. (2020). Problem Based Learning dalam Pembelajaran IPA. SHEs: https://jurnal.uns.ac.id/SHES/article/download/57081/33714#:~:text=Kelebihan%20Model%20Problem%20Based%20Learning&text=Menantang%20kemampuan%20siswa%20serta%20memberikan,untuk%20memahami%20masalah%20dunia%20nyata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun