"Iya Na Agha, silahkan, kami titip Hana. Jaga baik-baik ya, jika kamu sudah tidak cinta lagi pada Hana, tolong kembalikan baik-baik pada kami, sebagaimana ibumu memintanya pada kami!" Tegas Bapak.Â
Akh Pak, aku jadi terharu.Â
"Nggih Pak, seniko dawuh," jawab Agha, patuh.Â
"Hati-hati ya Nduk, jaga diri baik-baik, nurut sama suami," ucap Mamak berpesan padaku. Aku melihat Mamak menitikan air mata, pasti Mamak sedih, akan berpisah dengan anak bontotnya ini.Â
Jujur, aku juga sedih. Jika bisa, aku lebih memilih untuk tinggal bersama kedua orang tuaku di desa. Namun apa daya? Aku sudah menjadi seorang istri yang harus nurut pada suami.Â
"Ayo Dek." Agha menarik tanganku, agar aku segara naik ke mobil.Â
"Assalamu'alaikum Mak, Pak, Hana pamit."
"Iya, wa'alaikumus salam, hati-hati ya!"
Aku berjalan masuk kedalam mobil. Kulihat Mamak dan Bapak berpelukan, saling memberi semangat.Â
*****
Setelah menempuh perjalanan 4 jam, kini aku sudah sampai di rumah Agha. Selama perjalanan tadi, tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut ini. Kami menikmati perjalanan dengan keheningan. Fokus pada fikiran masing-masing.Â