Mereka memutuskan hari pernikahanku akan di laksanakan 3 minggu lagi.Â
****
Aku duduk dengan tangan gemetar. Keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuhku sejak tadi. Jantungku berdebar kuat menanti kata 'sah' yang belum juga terdengar.Â
"Sah." Akhirnya kata yang sedari tadi aku tunggu-tunggu terdengar juga.Â
"Alhamdulilla." Aku bernafas lega. Tidak bahagia tidak juga sedih, hanya lega.Â
"Hana, ayo." Mamak menghampiriku, memintaku untuk menemui lelaki yang kini sudah sah secara agama dan negara sebagai suamiku.Â
"Iya, Mak." Aku bangkit. Berjalan perlahan menuju ruang tamu, dimana acara ijab kobul di laksanakan.Â
Tak ada resepsi atau semacamnya. Kami hanya menikah sederhana, sesuai permintaan dari Agha.Â
Srak.Â
Mamak menyingkap kain pembatas anatara ruang tamu dan ruang lainnya. Sontak, semua orang mengalihkan perhatiannya padaku.Â
"Masya Allah, cantik banget."