Mohon tunggu...
Robby Milana
Robby Milana Mohon Tunggu... -

Pihak kelurahan mencetak KTP saya dengan nama lengkap Robby Milana. Saya benar2 cuma orang biasa aja. Orang bilang, akar rumput. Saya gemar membaca, menulis, mendengar, dikritik dan menelaah apa saja yg singgah di indera-indera tubuh saya. Tidak ada hal yg istimewa dlm diri saya, kecuali saya selalu merasa gelisah menjadi warga Indonesia yg ingin negerinya selalu dihargai negara lain karena kualitas, bukan karena "gaya"-nya.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Membuka Orang Lain

21 Februari 2012   10:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:22 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Singkatnya, orang akan menutup diri ketika mereka merasa ucapan dan penampilan kita dianggap mengancam harga diri, keselamatan, kenyamanan atau kesejahteraan mereka.

Bagaimana cara membuka orang lain?

1. Memberikan kekuasaan pada orang lain untuk menentukan

Mari perhatikan ilustrasi ini. Suatu ketika, saat Anda sedang berburu, Anda tersesat di hutan dan sngt kelaparan. Memang di tangan Anda ada sebuah senapan angin. Tp di hutan tdk ada burung, kelinci, rusa atau ayam. Saat hari menjelang malam, rasa lapar itu semakin memuncak. Di perjalanan Anda menemukan sebuah gubuk tua. Anda pernah dengar cerita bhw gubuk tua itu dihuni oleh seorang lelaki yang menutup diri pd dunia luar. Laki2 yang akan sngt murka jika ada orang yang jangankan menyambangi gubuknya, mendekatinya pun akan dia usir dengan senapan.

Anda bs saja melakukan ini: Mendatangi gubuk tua itu secara tiba2, menjebol pintunya, lalu menodongkan senjata ke arah si lelaki tua lalu meminta makanan. Ada kemungkinan laki2 tua itu akan memberikan Anda makanan, walau terpaksa. Tp ada juga kemungkinan lain, yaitu dia refleks mengambil senjatanya jg, lalu kalian berdua saling baku tembak. Jika Anda yg berhasil menembak dia, maka Anda akan terjerat pidana. Namun jika laki2 tua itu yg berhasil menembak Anda, maka apa artinya "perampokan" itu?

Atau Anda bisa melakukan ini: Anda mengetuk pintunya, memberikan salam dng hangat, lalu ketika laki2 tua itu muncul Anda langsung menyodorkan senapan Anda, "Halo. Selamat malam. Saya ragu apakah saya dapat menukar senjata ini dengan sesuatu yg dpt saya makan?" Pertama, lelaki itu mgkn akan heran utk sejenak, namun tdk lama kemudian dia akan menerima kehadiran Anda. Lalu Anda bilang, "Sy mohon, sy lapar sekali." Sekarang laki2 tua itu merasa aman. Knp? Krn Anda sudah menyerahkan senjata Anda dan kedua dia melihat Anda telah memberikan "kekuasaan" pd dirinya utk menentukan nasib Anda. Kemungkinan terbesarnya adalah: Dia akan mengajak Anda masuk, menyediakan makanan, dan ketika Anda selesai makan...dia akan mengembalikan senjata Anda.

"Arah tercepat adalah dengan melintasi sungai di bawah sana," kata laki2 tua memberikan petunjuk arah sbg bonus atas penghargaan yg telah Anda berikan pdnya di awal pertemuan.

Mari kita analogikan ilustrasi di atas dng contoh yg berbeda:

Anda merasa khawatir dng cara berpakaian anak2 perempuan ABG zaman sekarang yg semakin berani. Bukan apa2, tp krn semakin banyak tindak kejahatan thd perempuan belakangan ini. Pakaian yg lbh sopan, dlm asumsi Anda, bs menjadi sebuah tindakan preventif (pencegahan) terjadinya tindak kejahatan itu. Maka Anda berkeseimpulan: knp ga kembali saja dng menggunakan pakaian yg disarankan Islam, yakni dng menggunakan hijab (atau jilbab atau kerudung atau apapun istilahnya).

Anda bisa melakukan ini: Mencegat setiap perempuan yg lewat atau menuliskan dlm setiap status FB Anda atau cara apapun yg lainnya dng mengatakan secara kasar dan frontal, "Jika perempuan tdk menggunakan hijab, dijamin masuk neraka!" Kira2...brp persen orang yg akan mengikuti nasihat Anda itu?

Tepat! Sangat sedikit. Padahal tujuan Anda baik. Namun krn caranya kurang tepat, maka orang menolak. Mrk menolak bukan krn mrk jahil, atau bodoh, atau mata hati mrk udah tertutup....tp krn Anda tidak membuka diri mrk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun