Ibu membuka pintu, “Lho, sudah sampai. Sini-sini, Nduk, Ibu sudah masak makanan kesukaanmu.”
“Iya, Bu. Ndak macet, jadi bisa cepat-cepat ketemu Ibu,” ucapku setelah mencium tangan Ibu, “Sudah ndak sabar pengen makan masakan Ibu yang ngangenin,” aku menyempurnakan.
Seperti biasa, kami makan berdua. Suara gesekan piring dan sendok mengiringi acara makan kami, ditambah suara televisi yang memang dibiarkan menyala.
“Itu lho, Nduk. Kasihan. Dia itu tinggal di rumah mertuanya. Mertuanya jahat sekali, ndak ada yang sayang sama dia di rumah itu…”
Tolong, aku benar-benar kesepian.
Kuwasen Rejo, 6 Mei 2016
Jumat pagi, Jumat legi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H