Mohon tunggu...
Resla Aknaita Chak
Resla Aknaita Chak Mohon Tunggu... -

Perempuan peramu aksara.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Televisi

9 Juni 2016   14:56 Diperbarui: 9 Juni 2016   15:02 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            “Oke!” kompak mereka menjawab.

            Salah seorang dari mereka memilih duduk di sebelahku dan dua lainnya di bangku tepat di belakangku.

            “Menurutku, si wanita nanti jadi serigala, deh,” ucap anak yang duduk di sampingku.

            “Enggak, ah. Menurutku jadi vampire, deh, bukan serigala,” timpal anak yang lain.

            Perdebatan mereka tentang vampire dan serigala berlanjut hingga bus sampai ke tempat tujuan mereka. Sedikit banyak aku mendengar percakapan mereka tadi. Bahwa ada keluarga vampire yang bersekolah di sekolah manusia, dan di sekolah tersebut juga terdapat siluman serigala yang menjadi musuh vampire-vampire tersebut. Mereka berlomba untuk mendapatkan darah suci manusia biasa. Dan seterusnya… dan seterusnya…

            Sayup-sayup kudengar ada cerita lain yang menggema di badan bus yang sudah penuh sesak oleh celoteh-celoteh yang tak kumengerti. Seorang nenek, yang belum terlalu tua —kira-kira cucunya baru dua, yang berbicara dengan teman sebayanya di bangku paling belakang. Mereka berceloteh tentang seorang anak pembantu yang bersahabat dengan anak majikannya. Mereka bersahabat hingga dewasa, namun persahabatan mereka terpecah belah karena cinta segitiga. Hingga masing-masing dari mereka memiliki anak, dan masalah demi masalah terus saja muncul.

            Aku menepuk-nepuk dada.

Sudah 45 menit aku berada di dalam bus ini tanpa berbicara. Hanya mendengar cerita-cerita yang sama sekali tak kupahami. Aku memang selalu kesepian. Tak ada teman cerita. Ingin rasanya bercakap-cakap namun tak tahu timpalan apa yang harus kulontarkan. Paling-paling aku hanya membaca buku atau tidur. Namun, saat ini aku sedang tak punya koleksi buku baru dan tak sedang mengantuk. Toh, 30 menit lagi aku sampai ke tempat tujuanku. Kuputuskan untuk mengambil headset dari dalam tas dan memasangnya di kedua telingaku. Kuputar musik-musik klasik agar aku bisa sedikit tenang setelah mendengar celoteh tak masuk akal yang membuatku merasa kesepian.

            Aku sengaja mengambil cuti kerja untuk pulang ke rumah ibu. Alasannya sederhana. Aku tak suka bepergian jauh saat weekend. Aku tak suka macet. Aku ingin secepatnya bertemu ibu untuk sekadar mengobrol, untuk sekadar tak merasa kesepian.

            Bus berhenti di halte yang sudah amat kuhafal. Rumahku tak jauh dari halte dan aku biasa berjalan kaki untuk sampai ke sana.

            Tok tok tok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun