Hal ini juga mengarah pada banyaknya pertanian monokultur (bercocok tanam yang didominasi satu jenis komoditas) sehingga menurunkan status keberagaman komoditas yang saling memberikan manfaat, akibatnya harus ada dukungan lain untuk menjaga ekosistemnya misalkan pupuk berkualitas, cairan anti hama, teknologi yang mahal untuk irigasi untuk suplai air, dan tenaga harian untuk perawatan.Â
Kabupaten Tasikmalaya adalah penghasil terbesar komoditas Salak Manonjaya. Salak ini adalah salak yang hanya tumbuh di Manonjaya saja artinya sudah masuk kategori endemik, namun dalam sektor pertanian biodiversitas endemik potensial dibudidayakan sehingga tidak hanya bisa dijumpai di Manonjaya saya, inilah yang disebut dengan migrasi biodiversitas karena tujuan memperbanyak kuantitas dan menumbuhkan dari indukan yang sama.Â
Faktanya, Salak Manonjaya ini sudah jarang dan tergantikan oleh salak lain, dimulai dari alih fungsi lahan kebun salak manonjaya banyak dibangun menjadi perumahan di kawasan pedesaan, Sentra Salak Manonjaya pun menjadi tidak aktif bahkan tutup, yang tadinya kawasan agrowisata, ketika komoditasnya kalah saing di pasar maka agrowisata ini perlahan banyak yang tutup dan berhenti.Â
Melihat kasus kebun Salak Manonjaya ini problematik, dikarenakan harga jual komoditasnya turun dan hampir tidak ada harganya bahkan banyak petani Salak Manonjaya membiarkan salaknya tidak dipanen dan dibiarkan membusuk.
Inilah fenomena komoditas pangan berlebih namun daya terima kurang dikarenakan kurangnya literasi lain yang hanya berfokus pada inovasi produk untuk menambah nilai ekonomi, bukan menambah nilai ekologi.Â
Ini merupakan kondisi Salak Manonjaya yang mulai membusuk karena tidak ada penanganan pasca-panen dan tidak adanya literasi masyarakat tentang bagaimana menjadikan salak ini bernilai.
Alasan mereka adalah terkendala alat-alat pengering, cuaca yang tidak menentu untuk melakukan pengeringan, dan minimnya akses informasi ekonomi kreatif dan kurangnya perhatian pentingnya konservasi, domestikasi, dan sulitnya akses penjualan dengan harga layak.
Mengglobalkan Salak Manonjaya ke PakistanÂ
Akibat komoditas Salak Manonjaya tidak pernah menjadi komoditas seksi untuk masyarakat sekitarnya, maka berbagai inisiatif yang dilakukan anak muda seperti membuat inovasi seperti sirup salak, sambal salak, muffin salak, sari salak, selai salak, kue salak, teh salak, kopi biji salak, termasuk berkreasi untuk kriya dari batang salak yang dijadikan alternatif tikar dengan cara dianyam.
Inovasi ini tidak menarik pasar dan tidak menaikkan harga jual, akhirnya jalur penelitian dan diseminasi ilmiahlah yang mampu mengenalkan salak ke negara yang memang tidak memiliki komoditas salak, salah satunya adalah Pakistan.