Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Melirik Kembali Komoditas Salak Manonjaya untuk Ketahanan Iklim, Bukan Sekadar Komoditas Pangan Biasa

2 Juli 2024   10:31 Diperbarui: 2 Juli 2024   14:57 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pahamilah bahwa kondisi saat ini sudah memasuki fase geologis cukup parah, di mana aktivitas manusia dengan segala fasilitas kecanggihannya yang ternyata merusak bumi dapat mempengaruhi iklim dan lingkungan. Periode inilah yang menandai perubahan iklim, penurunan keanekaragaman hayati, dan polusi. 

Crutzen mengajak pada seluruh umat manusia di dunia untuk selalu bisa memitigasi dampak kerusakan lingkungan dengan tanggap dan Crutzen percaya manusia punya potensi dan kekuatan memulihkan ekosistem secara alamiah, karena masalah yang dibuat oleh manusia bisa diselesaikan kembali oleh manusia, dan berdampak pada keberlanjutan kehidupan seluruh makhluk hidup. 

Literasi ketahanan iklim tidaklah harus selalu canggih dengan berbagai peralatan dengan teknologi tinggi, mewah, dan sulit didapatkan hal ini bisa tersedia jika dalam ruang lingkup pengembangan penelitian dengan dana yang memadai. 

Namun untuk skala individu ketahanan iklim adalah kemampuan seseorang atau kelompok kecil yang mampu beradaptasi untuk bisa memulihkan dampak perubahan dan krisis iklim yang dirasakan pada lingkungan sekitar sehingga memiliki daya tahan adaptif, responsif, dan solutif untuk problematika ekologinya. 

Bagaimana caranya untuk bisa berliterasi ketahanan iklim? 

Berkelompoklah agar beban lingkungan bisa diurai bersama, lakukanlah penelusuran informasi tentang bagaimana menggunakan sumber daya alam:

  • Jika krisis iklim ini menyebabkan harga pangan mahal, apa yang bisa individu lakukan? Apa yang bisa dihasilkan dari kumpulan 5 orang ibu rumah tangga untuk mengatasi mahalnya harga bumbu untuk masakan sedap yang selalu tersaji sebagai santapan keluarga? 
  • Jika harga listrik mahal, apa yang bisa dilakukan untuk menekan biaya ini? Apakah sudah saatnya 1 komplek menjadi komplek percontohan yang menggunakan panel surya?
  • Jika harga gas untuk memasak dan berjualan tidak mudah didapatkan, adakah alternatif biogas dari kolaborasi sektor pertanian terkecil yang bisa menjadi alternatif bersama? 
  • Jika berkendara biaya rawat dan bahan bakarnya mahal, adakah kendaraan bersama untuk kepentingan personal yang dikomersialisasikan secara terjangkau? Bisakah kawasan tempat tinggal di beberapa titik kemacetan diberlakukan gerakan jalan kaki 5 km untuk merayakan hari kebugaran warga dan secara kompak menjadikan kawasan ramah lingkungan yang saling mendukung? 

Hal tersebut adalah bentuk implementasi nyata dari literasi ketahanan iklim secara solutif untuk skala invidiu dan kelompok kecil saja. 

Masalah hari ini adalah ketidakakraban antar manusia yang sudah renggang dan asing, jadi ketika ada kata gotong royong, tidak sekompak memperjuangkan kemerdekaan dari ketertindasan penjajahan, namun setiap individu hanya mencari solusi untuk dirinya sendiri atas problematika personal.

Sedangkan problematika personal dikarenakan pula oleh problematika dari eksternal yang mengubah taraf hidup karena sistem sosial ekologinya terganggu, ditambah akibat krisis iklim yang sederhananya mengganggu pada mobilitas makhluk hidup. 

Melirik Kembali Komoditas Salak Manonjaya untuk Ketahanan Iklim 

Apa urgensi dari komoditas pangan yang sudah tidak laku ini? 

Pemikiran ini terlalu usang jika hanya memikirkan inovasi produk dari komoditas pangan, namun lupa mengembalikan fungsi ekologisnya, permasalahan klasik pertanian di wilayah tropis ketika komoditas itu tidak laku di pasaran, petani bahkan pengusaha pertanian mudah saja mengganti jenis komoditas yang belum tentu cocok dengan daya dukung lingkungannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun