Bung, lihatlah sistem pangan yang berdampak dengan harga pangannya yang ugal-ugalan, setiap mendekati hari-hari besar harga pangan sepertinya akan mengikuti merayakan meriahnya hari besar, harganya tiba-tiba naik drastis, kadang anjlok sekali, kadang hilang, kadang dibatasi, kadang terbuang sia-sia karena bertarung dengan komoditas super dari negara lain yang harganya lebih murah.
Itulah sekelumit keluhan orang-orang yang bertumpu pada sektor pangan dari skala individu sampai pasar besar dan global.Â
Apa yang harus dilakukan ketika situasi kebutuhan paling dasar saja sudah tidak terjangkau oleh beberapa individu? Sedangkan permasalahan kesehatan dari usia bayi baru lahir hingga lansia selalu hadir entah itu tercatat secara historis tentang riwayat kesehatan atau penyakit baru yang langsung menyerang karena terlambat mengisi perut dari meriahnya slogan Indonesia Kaya Akan Sumber Daya Alamnya, namun apa hasilnya?Â
Setidaknya kata gizi seimbang itu hak setiap individu menikmati karbohidrat, protein hewani dan nabati termasuk vitamin dan mineral dari tanah pertanian Indonesia.Â
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah petani dan kaum buruh (proletar) yang bekerja dari rangkaian sistem pangan bahkan ada yang bertahan menyeimbangkan hilirisasi sistem pangan (suatu strategi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas yang dimiliki).Â
Bukan tidak ingin berganti pada pekerjaan modern seperti : analis data digital, analis big data, digital marketing, live streamer toko online, namun bertani adalah bagian dari hidupnya yang ditentukan dengan geografis yang ditinggali, namun apresiasi dari institusi tertinggi terhadap petani dan buruh tani masih belum merata dan setara.Â
Bertani bukanlah pekerjaan administratif yang perlu banyaknya tanda tangan sana-sini, namun bertani itu mengerjakan langkah-langkah yang bersinergi dengan ekosistemnya dan itu memerlukan waktu jika tidak didukung peralatan pertanian modern dan Sumber Daya Manusia yang terlatih yang mengerti alat berat pertanian. Di Indonesia bertani masih didominasi oleh bertani secara tradisional dengan kondisi ekologi masyarakat yang masih berbudaya yang menghargai dan menikmati setiap fase bertaninya.Â
Menelusuri kata petani, sebenanya pada tahun 1952 Petani merupakan akronim yang diberikan Bung Karno (Presiden Pertama RI) yaitu : Penyangga Tatanan Negara Indonesia.Â
Petani GuremÂ
Rasanya, tidak perlu dengan definisi yang terlampau ilmiah yang sulit diartikan, petani gurem (kbbi) adalalah Petani kecil (biasa memiliki lahan kurang dari 0,25 ha).Â
Jika 1 komoditas yang ditanam petani gurem ini dari 1 hektar hanya menghasilkan 1 ton, maka petani gurem yang memiliki 1/4 hektar saja hanya 250 kg setiap panennya itupun sudah dipangkas dengan biaya macam-macam sebagai modal bertani, memang ada pupuk subisidi, tapi apakah sudah diberikan secara merata dan setiap petani punya ? bahkan di pelosok petani tidak mengenal pupuk buatan masih ada yang mengandalkan pupuk kandang dan mengompos dari dedaunan. Apakah hal ini tidak pernah menjadi renungan para pemangku kebijakan ?Â
Tidak perlu memaksakan menjadi Negara Industri Pertanian juga kan ? Karena yang akan menjadi sorotan media global nanti adalah berapa dan bagaimana Angka Kelaparan Negara Industri Pertanian ini yang dihitung dan dipantau oleh : Global Hunger Index yang isinya para filantropi dan lembaga-lembaga swadaya kaliber negara maju.Â
Lebih baik perkuat dahulu penyangga sistem pangannya, sejahterakan segera dan tidak ada kriminalisasi petani, apalagi adanya perampasan lahan bercocok tanam produktif, apakah masyarakat Indonesia sudah siap sarapan dengan sereal nantinya ?Â
Kan tidak demikian, kuliner tradisional Indonesia walaupun dijual di pasar tradisional dengan harga murah meriah, tetapi tingkat kelezatannya belum bisa terkalahkan dengan produk industri, karena memanglah demikian adanya komoditas di negara tropis seperti Indonesia memiliki cita rasa yang diakui enak.Â
Kaum Proletar
Menjelaskan definisi sederhana yaitu kaum buruh (kbbi) adalah orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah. Sedangkan menurut Aliran Marxisme, sederhananya Marxisme ini adalah paham atau ideologi yang diciptakan Karl Heinrich Santury Marx (terkenal dengan panggilan Karl Marx). Karl Marx terkenal sebagai Sosialis Revolusioner Jerman yang eksis di tahun 1800-an, pahamnya mendefinisikan teori sistem ekonomi (materialisme pada kehidupan sosial).Â
Materialisme disini mengarah pada kemampuan beberapa kelompok orang yang bisa mengakses alat produksi untuk kepentingan keuntungan, maka dari itu timbulah kelas-kelas sosial seperti kaum borjuis (orang-orang kaya atau orang dengan kemampuan berbagai akses pada segala hal), dan kaum proletar (proletariat) yaitu orang-orang yang tidak memiliki alat produksi sehingga tidak bisa mendapatkan keuntungan, dan kaum proletar atau buruh ini harus bekerja bahkan terpaksa bekerja pada kaum borjuis agar bisa mendapatkan materi (hasil dari materialisme).Â
Bagaimana buruh hari ini ? Silakan saja menelisik konsitusi untuk kaum buruh, termasuk buruh tani yang selalu terombang-ambing dijadikan mesin bernyawa dan dipaksa digaji murah untuk hasil produksi memukau, namun para penikmatnya adalah bangsa-bangsa tujuan komoditas unggulan atas nama ekspor.Â
Mengapa komoditas unggulan tidak dijual untuk bangsa Indonesia terlebih dulu ? Karena tidak akan untung besar, hal lain karena daya beli masyarakat Indonesia rata-rata masih memikirkan "harga mendang-mending", artinya ada ketidakstabilan ekonomi nasional yang perlu diurusi segera. Karena jika hal ini terus terulang, kapan sejahtera lahir batin, bangsa Indonesia sudah saatnya menikmati makanan-makanan jauh lebih lezat, berkualitas, bergizi dengan harga yang murah dan terjangkau, karena yang dipenetrasikan adalah produksi.Â
Namun,jika berkunjung ke pusat perbelanjaan pangan, silakan merenungkan kembali berapa anggaran belanja per individu dan per kepala rumah tangga per harinya ? per minggunya ? per bulannya dengan sisa upah pekerjaan kontrak dan tidak menentu.Â
Hak-hak buruh perlu dinaikkan levelnya kenyamanannya, bukan semakin kesini dipangkas seperti tidak memperlakukan bukan manusia, kesehatan mental buruh juga penting karena mereka adalah pelumas bagi industri, sekalipun ada mesin yang sangat canggih, tetap saja perlu pengawasan seorang manusia. Seorang manusia ini perlu didukung kebutuhan : primer dan sekundernya, apalagi jika haknya ditambah kebutuhan tersiernya terpenuhi, maka tidak akan ada keributan dan meminimalisir konflik sosial.Â
Tahun 2045 adalah 1 abadnya Indonesia merdeka, jika rentan waktu tahun 2023 - 2030 keadaan masih sama dan tidak ada gebrakan menuju kata sejahtera, apakah sejarah perlawanan akan hadir dan diharapkan ada konflik sosial berjilid ? Semakin jauh saja menikmati perkembangan nikmatnya pengetahuan.Â
Marhaenisme Ajaran Bung KarnoÂ
Ajaran ini memanglah tidak populer jika disandingkan dengan ideologi barat yang sering diadopsi dan dibanggakan oleh Orang Indonesia itu sendiri yang pernah menikmati informasi dan pengetahuan dari Luar Negeri.Â
Namun, Bung Karno selalu unik dalam berdialektika (kbbi : hal berbahasa dan bernalar dengan dialog sebagai cara untuk menyelidiki suatu masalah). Terutama atensinya yang besar dalam hal pertanian dan sudah banyak pidato-pidato Bung Karno yang membahas tentang keberlanjutan pangan dalam pertanian. Beberapa pidatoÂ
Intisari beberapa pidato Bung Karno yang berhubungan dengan pangan dan pertanian adalah persoalan pangan yang tidak pernah selesai, jika itu terjadi, maka permasalahan pangan akan menjadi bencana umat manusia.Â
Sejauh ini, sudah bisa dimengerti bahwa pangan dan pertanian dari negara agraris memanglah hal utama, namun mengapa selalu abai dan kecolonga oleh negara non-agraris yang cenderung produksi pangannya lebih berlimpah ? Bukan semata-mata karena canggihnya teknologi pertanian. Namun kebijakan dan cara kepemimpinan yang menentukan bagaimana nasib seluruh sektor yang saling berhubungan.Â
Karena pada akhirnya dampaknya adalah pada individu berbagai usia dan hal ini bisa terlihat dari kegiatan sehari-hari : apakah banyak anak sekolah yang jajan di Mall membeli kuliner enak ? Berapa uang saku anak kuliahan yang masih didukung orang tuanya untuk membeli setiap menu makan yang ada di kantin kampus ?Â
Itu dampak yang paling bisa dirasakan. Spele sekali jika hanya dilihat dari dampak konsumsi. Namun, nyatanya rumit dari penentu sistem pangan yaitu pra-produksi dan kepemilikan lahan disertai kesejahteraan Petani dan buruh tani ini.Â
Marhaenisme jika ditelisik dari isi pikiran Bung Karno yang ditulisnya pada buku berjudul :Â
Nationalism, Islam and Marxism
Bung Karno menulis bahwa seorang nasionalis yang enggan bekerja sama dengan kaum Marxis karena kurangnya pengetahuan tentang dinamika politik dan sejarah dunia. Asal usul gerakan Marxis di Indonesia dan Asia sama dengan gerakan Bung Karno dalam kecintaannya terhadap Indonesia dalam memerangi ketertindasan pada kaum-kaum kecil.Â
Bung Karno menulis tentang orang kecil yang harus selalu puas dengan nasibnya dan tidak dibahas oleh sejarah karena energi orang kecil hanya untuk mereka yang menonjol di depan (dalam hal ini kaum borjuis/konglomerat). Orang miskin memiliki ketidakpercayaan karena kurangnya pengetahuan sehingga menjadi lemah. Namun apa fungsinya kepemimpinan ?Â
Sepak terjang Bung Karno dalam hal politik dunia memanglah punya porsi tersendiri, sehingga Bung Karno pun tiba dengan ajarannya yaitu : Marhaenisme, kisahnya memang sangat sederhana dari Seorang Petani yang ditemuinya bernama Aen (data historis empirik perlu penelusuran oleh para ahli soekarnoisme). Namun, karena isi pikiran Bung Karno terpengaruh oleh pandangan global yang begitu luas maka :Â
Marhaenisme , Marhaen disebutkan Bung Karno untuk mendefinisikan Rakyat Indonesia yang erat kaitannya dengan petani dan alat tani sederhana. (Sumber lain menyebutkan Marhaen adalah dari sebutan Mang Aen seorang petani asal Bandung),Â
Tapi, melihat catatan Bung Karno, yang diterjemahkan Karel H. Warouw, Marhaenisme muncul karena Bung Karno tidak tega melihat penindasan atas penjajahan. Maka dari itu, Marhaenisme ajaran Bung Karno ditegaskan kembali oleh Hadi dalam tulisannya berjudul Marhaenisme Adjaran Bung Karno terbitan tahun 1961 adalah ideologi yang diperjuangkan rakyat.Â
Mengapa berhubungan dengan pertanian dan pangan ? Karena historis tokoh kunci yaitu seorang petani bernama Aen, dan Marhaenisme mengarah jalur pikiran Bung Karno yang mengerti dan paham atas kondisi yang dinamis pada saat itu adalah :
1. Nasionalisme (mencintai bangsa dan negara sendiri),Â
2. Islam (karena Bung Karno banyak berhubungan dengan Partai-Partai Islam),Â
3. Marxisme (Ekonomi materialisme dalam sistem kehidupan),Â
 4. Pengaruh metode filsafat filsuf Jerman yang terkenal dengan karya Phnomenologie des Geistes/Phenomenology of Mind (Karya : Georg Wilhelm Friedrich Hegel/Filsuf Hegel) yang menjelaskan tentang masyarakat dalam perubahan baru entah itu revolusi atau pasca perang akan membentuk kelas sosial baru bahkan akan mendefinisikan masyarakat tengah atau menengah.Â
5. Pengaruh Materi Komunisme yang mengarah pada Friedrich Engels dalam bukunya "Manifesto Komunis" dengan intisari pergerakan kaum buruh modern.Â
Bung Karno mencontohkan bahwa dari mencampurkan berbagai ideologi, sekalipun itu ideologi yang dianggap meresahkan bagi beberapa kalangan, namun tetap Bung Karno meramu ideologi yang didalamnya harus membela rakyat dan menyelamatkan rakyat dari berbagai ketertindasan. Diterima atau tidak Marhaenisme akan kembali hadir jika berita-berita dan realita bagi buruh tani dan kaum buruh ditindas semena-mena berbalut produk kebijakan.Â
Maka, untuk menghadapi gejolak dan pergerakan ketertindasan ini perlu adanya diskusi bersama rakyat secara ramah tamah, beretika, dan membumi dalam artian dihadapi dengan hangat dengan semangat nasionalisme dan keakraban bernegara, berbangsa dan menerima perbedaan. Hingga akhirnya berkarya dalam produk kebijakan yang benar-benar bijak. Dan hal ini akan dilanjutkan oleh generasi selanjutnya karena melihat humanisnya para pemangku kebijakan dengan rakyatnya bersinergi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H