Jika 1 komoditas yang ditanam petani gurem ini dari 1 hektar hanya menghasilkan 1 ton, maka petani gurem yang memiliki 1/4 hektar saja hanya 250 kg setiap panennya itupun sudah dipangkas dengan biaya macam-macam sebagai modal bertani, memang ada pupuk subisidi, tapi apakah sudah diberikan secara merata dan setiap petani punya ? bahkan di pelosok petani tidak mengenal pupuk buatan masih ada yang mengandalkan pupuk kandang dan mengompos dari dedaunan. Apakah hal ini tidak pernah menjadi renungan para pemangku kebijakan ?Â
Tidak perlu memaksakan menjadi Negara Industri Pertanian juga kan ? Karena yang akan menjadi sorotan media global nanti adalah berapa dan bagaimana Angka Kelaparan Negara Industri Pertanian ini yang dihitung dan dipantau oleh : Global Hunger Index yang isinya para filantropi dan lembaga-lembaga swadaya kaliber negara maju.Â
Lebih baik perkuat dahulu penyangga sistem pangannya, sejahterakan segera dan tidak ada kriminalisasi petani, apalagi adanya perampasan lahan bercocok tanam produktif, apakah masyarakat Indonesia sudah siap sarapan dengan sereal nantinya ?Â
Kan tidak demikian, kuliner tradisional Indonesia walaupun dijual di pasar tradisional dengan harga murah meriah, tetapi tingkat kelezatannya belum bisa terkalahkan dengan produk industri, karena memanglah demikian adanya komoditas di negara tropis seperti Indonesia memiliki cita rasa yang diakui enak.Â
Kaum Proletar
Menjelaskan definisi sederhana yaitu kaum buruh (kbbi) adalah orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat upah. Sedangkan menurut Aliran Marxisme, sederhananya Marxisme ini adalah paham atau ideologi yang diciptakan Karl Heinrich Santury Marx (terkenal dengan panggilan Karl Marx). Karl Marx terkenal sebagai Sosialis Revolusioner Jerman yang eksis di tahun 1800-an, pahamnya mendefinisikan teori sistem ekonomi (materialisme pada kehidupan sosial).Â
Materialisme disini mengarah pada kemampuan beberapa kelompok orang yang bisa mengakses alat produksi untuk kepentingan keuntungan, maka dari itu timbulah kelas-kelas sosial seperti kaum borjuis (orang-orang kaya atau orang dengan kemampuan berbagai akses pada segala hal), dan kaum proletar (proletariat) yaitu orang-orang yang tidak memiliki alat produksi sehingga tidak bisa mendapatkan keuntungan, dan kaum proletar atau buruh ini harus bekerja bahkan terpaksa bekerja pada kaum borjuis agar bisa mendapatkan materi (hasil dari materialisme).Â
Bagaimana buruh hari ini ? Silakan saja menelisik konsitusi untuk kaum buruh, termasuk buruh tani yang selalu terombang-ambing dijadikan mesin bernyawa dan dipaksa digaji murah untuk hasil produksi memukau, namun para penikmatnya adalah bangsa-bangsa tujuan komoditas unggulan atas nama ekspor.Â
Mengapa komoditas unggulan tidak dijual untuk bangsa Indonesia terlebih dulu ? Karena tidak akan untung besar, hal lain karena daya beli masyarakat Indonesia rata-rata masih memikirkan "harga mendang-mending", artinya ada ketidakstabilan ekonomi nasional yang perlu diurusi segera. Karena jika hal ini terus terulang, kapan sejahtera lahir batin, bangsa Indonesia sudah saatnya menikmati makanan-makanan jauh lebih lezat, berkualitas, bergizi dengan harga yang murah dan terjangkau, karena yang dipenetrasikan adalah produksi.Â
Namun,jika berkunjung ke pusat perbelanjaan pangan, silakan merenungkan kembali berapa anggaran belanja per individu dan per kepala rumah tangga per harinya ? per minggunya ? per bulannya dengan sisa upah pekerjaan kontrak dan tidak menentu.Â