Bahkan ada yang kesurupan dan kegiatan lain yang membahayakan, semestinya bisa dialihkan dalam kegiatan-kegiatan yang lebih mendidik sesuai dengan tujuan gerakan kepanduan.  Kasus soblok di atas akan menjadi bagian cerita  yang tak terlupakan.Â
Begitu juga nasi yang menjadi gosong atau bahkan masih keras untuk disantap karena kurang matang, atau sayur yang terlalu asin atau bahkan hambar rasa karena kurang garam.Â
Mendirikan tenda tidak semudah yang dibayangkan. Bukan hanya sekadar mempraktikkan tali temali sebagai salah satu kegiatan yang pernah diajarkan, tetapi tentang nilai kehidupan yakni bekerja sama dan memperhitungkan agar tenda dapat berdiri kokoh dan kencang supaya tidak roboh ketika angin bertiup kencang atau patok terantuk kaki.Â
Belum lagi adu argumen karena masing-masing mempunyai pendapat sendiri dan merasa lebih benar. Sekalipun badan telah berpeluh, tetapi pramuka tak boleh gampang mengeluh.Â
Value yang luar biasa. Memasak nasi diperkemahan tentu saja berbeda dengan menanak nasi di rumah yang sekali pencet semua teratasi dengan takaran yang memang sudah disiapkan. Belum lagi berbagi tempat tidur yang biasanya di rumah beralaskan matras empuk dalam kamar ber-AC.Â
Dalam perkemahan, mereka harus berdingin-dingin ria atau bersumuk-sumuk (gerah karena panas) bersama teman sebaya di dalam tenda.
Belum lagi dengkuran teman atau posisi tidur yang malang melintang menggusur teman-teman satu tenda. Semua dinamika kehidupan mini muncul di sana.Â
Masih tambah pula drama-drama yang dimainkan teman sebaya karena mereka terbiasa dengan budaya keluarga berbeda-beda yang kadang kala semakin membuat teman setenda kesal rasanya. Â
Perkemahan pramuka membawa cerita yang tidak biasa dan akan menjadi kerinduan ketika kegiatan pramuka tak lagi wajib ada. Apakah kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan tak lagi berterima ketika semua tersedia? Untuk apa susah payah menanak nasi memakai soblok?Â
Bukankah sudah ada teknologi sebagai pengganti? Sekali klik, tinggalkan dan nasi pun segera terhidang. Dragbar untuk apa, ketika dengan sekali pencet ambulan pun tiba.
Tidur di atas tikar dan beralaskan tas sebagai penopang kepala, masih pula menikmati irama dengkur yang tak terukur, susah betul. Mengapa ini harus dilewati ketika pilihan yang lebih nyaman saja ada.Â