Mohon tunggu...
Agustina Reni Suwandari
Agustina Reni Suwandari Mohon Tunggu... Guru - SMP Stella Duce 1 Yogyakarta

Guru Bahasa Inggris dan senang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kapan Berkemah (Lagi)?

27 Agustus 2024   14:33 Diperbarui: 31 Agustus 2024   17:03 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan ada yang kesurupan dan kegiatan lain yang membahayakan, semestinya bisa dialihkan dalam kegiatan-kegiatan yang lebih mendidik sesuai dengan tujuan gerakan kepanduan.  Kasus soblok di atas akan menjadi bagian cerita  yang tak terlupakan. 

Begitu juga nasi yang menjadi gosong atau bahkan masih keras untuk disantap karena kurang matang, atau sayur yang terlalu asin atau bahkan hambar rasa karena kurang garam. 

Mendirikan tenda tidak semudah yang dibayangkan. Bukan hanya sekadar mempraktikkan tali temali sebagai salah satu kegiatan yang pernah diajarkan, tetapi tentang nilai kehidupan yakni bekerja sama dan memperhitungkan agar tenda dapat berdiri kokoh dan kencang supaya tidak roboh ketika angin bertiup kencang atau patok terantuk kaki. 

Belum lagi adu argumen karena masing-masing mempunyai pendapat sendiri dan merasa lebih benar. Sekalipun badan telah berpeluh, tetapi pramuka tak boleh gampang mengeluh. 

Value yang luar biasa. Memasak nasi diperkemahan tentu saja berbeda dengan menanak nasi di rumah yang sekali pencet semua teratasi dengan takaran yang memang sudah disiapkan. Belum lagi berbagi tempat tidur yang biasanya di rumah beralaskan matras empuk dalam kamar ber-AC. 

Dalam perkemahan, mereka harus berdingin-dingin ria atau bersumuk-sumuk (gerah karena panas) bersama teman sebaya di dalam tenda.

Belum lagi dengkuran teman atau posisi tidur yang malang melintang menggusur teman-teman satu tenda. Semua dinamika kehidupan mini muncul di sana. 

Masih tambah pula drama-drama yang dimainkan teman sebaya karena mereka terbiasa dengan budaya keluarga berbeda-beda yang kadang kala semakin membuat teman setenda kesal rasanya.  

Perkemahan pramuka membawa cerita yang tidak biasa dan akan menjadi kerinduan ketika kegiatan pramuka tak lagi wajib ada. Apakah kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan tak lagi berterima ketika semua tersedia? Untuk apa susah payah menanak nasi memakai soblok? 

Bukankah sudah ada teknologi sebagai pengganti? Sekali klik, tinggalkan dan nasi pun segera terhidang. Dragbar untuk apa, ketika dengan sekali pencet ambulan pun tiba.

Tidur di atas tikar dan beralaskan tas sebagai penopang kepala, masih pula menikmati irama dengkur yang tak terukur, susah betul. Mengapa ini harus dilewati ketika pilihan yang lebih nyaman saja ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun