Mohon tunggu...
Agustina Reni Suwandari
Agustina Reni Suwandari Mohon Tunggu... Guru - SMP Stella Duce 1 Yogyakarta

Guru Bahasa Inggris dan senang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kapan Berkemah (Lagi)?

27 Agustus 2024   14:33 Diperbarui: 27 Agustus 2024   16:06 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KAPAN BERKEMAH (LAGI)?*

            "Ma'am, apakah soblok (tempat menanak nasi) nanti perlu diberi air?" tanya seorang siswi saat saya melewati tendanya menuju kamar mandi. Dia sendirian sedang mengemban tugas yang diberikan. Teman-temannya satu tenda sedang berlarian mendengar peluit yang dibunyikan. Tanda berkumpul harus dilaksanakan.

"What do you mean?" Saya kurang mengerti apa maksudnya.

"Baru saja masak nasi setengah matang dan akan saya pindahkan ke soblok. Nah, sobloknya nanti harus diberi air atau tidak, Ma'am?"

Saya tersenyum geli mendengar pertanyaannya. Ah, generasi alpha. Apa-apa tersedia dan terbiasa dengan satu click saja.

"Kalau tidak diberi air, nanti nasinya bisa gosong dong."

Anak itu pun tersenyum sendiri dengan pertanyaannya. Akhirnya saya tunjukkan caranya seberapa banyak air yang diperlukan untuk menanak nasi menggunakan soblok.

Pernah mengikuti Jambore Nasional 1981 di Cibubur, Jakarta juga beberapa jambore daerah lainnya, berkemah bagi saya menjadi sesuatu yang indah. Tahun 1981, saat zaman belum ada HP -telepon rumah saja satu kampung yang mempunyai baru satu-dua orang, khususnya di kota kelahiran saya- media massa masih sangat terbatas. 

Selain koran dan majalah yang tentu saja terbatas oplah, saat itu hanya ada TVRI dan RRI juga sedikit radio swasta saja yang membuat pengetahuan saya sebagai siswa SMP menjadi tidak leluasa. Salah satu momen  yang tersimpan hangat di kepala adalah ketika saya dan pramuka lain sedang berjalan kembali ke kemah sehabis mengikuti upacara pembukaan JAMNAS di Cibubur. 

Di belakang,  terdengar suara yang meminta kami memberi jalan karena kehadiran orang besar. Ternyata beliau  adalah (alm) Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang kala itu hadir sebagai Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka. Beliau juga dinobatkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Ah, saya hanya mengetahui beliau lewat foto yang terpampang di dinding sekolah ketika SD. Seandainya itu terjadi setakat ini sudah bisa dibayangkan apa yang biasanya terjadi. Dan foto itu pasti akan tersimpan abadi.

14 Agustus 2024, hari pandu se-Indonesia yang baru saja berlalu membuka kembali kenangan akan itu. Melihat anak-anak di mana-mana kompak memakai seragam pramuka  menjadi pemandangan yang tak biasa. Gerakan kepanduan bukan hanya milik Indonesia. Gerakan ini dirayakan di seluruh dunia, pada 22 Februari tepatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun