David bergerak menyerangku, tapi ...
   Sreett ... aku merobek lengan baju nya dengan silet di tanganku.
   David meringis. Tapi itu tampak tidak berarti untuknya. Dia menyergapku dan kami berdua jatuh terguling di sisi jalan. Sialnya, aku yang berada di posisi bawah. David duduk di atas perutku, kedua tangannya membekap mulut dan hidungku dengan kuat.
   Aku meronta berusaha melepaskan diri. Tapi tubuhnya terlalu kuat. Kaki ku menendang- nendang udara kosong, bergerak liar, apapun itu agar aku bisa menjatuhkannya. Tanganku berusaha memukul wajahnya sambil berusaha melepaskan cengkeraman tangannya dari wajahku. Tapi aku terlalu lemah. Dan semakin melemah saat ku rasakan dadaku semakin terasa terbakar karena kekurangan oksigen.
   Jangan, aku tidak ingin mati ...
   Pandangan mataku mulai kabur, wajahku memanas, telingaku berdengung, aku butuh udara ... aku butuh udara !!
   "Aah ..." David melemah. Dia bangkit berdiri sambil memegangi tangan kirinya. Memegangi lengan bawah tangan kiri di mana tadi aku merobeknya dengan silet.
   Aku menghirup udara sebanyak- banyaknya. Terbatuk untuk beberapa kali, dan segera berusaha untuk berdiri.
   Kulihat David jatuh terduduk, dia benar- benar melemah.
 "Kau tau kenapa ? Aku merobek pembuluh arteri mu, dimana itu memompa berliter liter darah perdetik. Sekarang kau akan kehilangan banyak darah dan kehilangan kesadaranmu, lalu mati dengan cepat ..." aku memberitahu David.
   David menatapku dengan pandangan tak percaya, sambil memegangi lengan kirinya.