David yang masih dalam posisi terduduk menatapku dengan mulut ternganga. Sama seperti aku yang menatap nanar ke arahnya.
   "Laura - kau membunuhnya !"
Â
Aku masih merasakan kepala remuk di sertai leher yang patah di tanganku. Membuatku meringis. Benar- benar menjijikkan !
   Sementara David membungkukkan badannya dan menempelkan ujung jari ke bawah hidung laki- laki berpakaian serba hitam yang kini tergeletak tak bergerak di atas aspal itu.
 "Damn, dia benar- benar mati, " desis David.
   David menoleh padaku, " seharusnya kamu nggak perlu membunuhnya, La !" dia sedikit berseru sambil meremas rambutnya sendiri karena panik.
 "Tapi dia berusaha membunuh kita, Dave. Aku harus membunuhnya ... " jawabku dengan suara sedikit bergetar menahan dingin udara malam, dan ketakutan.
 "Kita bisa lari, dan nggak perlu membunuhnya ! Sekarang bagaimana ? Dia sudah mati, dia benar- benar sudah mati !" David seperti bicara pada dirinya sendiri. Dia membungkuk lagi, memeriksa nafas laki- laki itu, kemudian berdiri da berjalan berputar- putar.
   Panik !
   Sangat panik, dan merasa bersalah.
   Dan aku tau kenapa.