"Empat puluh sembilan juta..."
Heh?!
Saya langsung ngeh.
Ada yang nggak beres ini.
Saya minta si Mbak tenang dulu. Kalau perlu ambil wudu.
Soale dia masih kayak orang bingung karena katanya ditungguin banget sama orang itu. Kebetulan dia memang sedang butuh tambahan buat urusan sekolah anaknya.
Jadi, begitu ditawari dana yang ujug-ujug dan menggiurkan begini, ya pasti yang terpikirkan adalah mencoba ambil kesempatan itu.
Setelah sudah terlihat lebih tenang, baru deh kami ngobrol lagi.
Saya bilang, "Uang 49 juta dan 200 ribu itu jauh sekali bedanya. Masa iya DP kok cuma segitu?"
Si Mbak lalu keinget, selama di pasar dia diajak keliling pasar dulu sambil ngomong ngalur ngidul termasuk menyebut nama salah satu teman kos (yang belum ketahuan kok si [enipu itu  bisa tahu) dan bapak kos kami.
Terakhir sebelum pulang, si penipu malah sempet minta si mbak lepas anting yang dipakai.