Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ...karena menulis adalah berbagi hidup...

Akun ini pengganti sementara dari akun lama di https://www.kompasiana.com/berajasenja# Kalau akun lama berhasil dibetulkan maka saya akan kembali ke akun lama tersebut

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Penggemar Suamiku

21 Juni 2019   16:47 Diperbarui: 21 Juni 2019   17:00 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari: http://ava7.com/

Ada benarnya juga pendapat Nanu itu. Apalagi Stefan bukan anak kecil lagi. Dia sudah Sarjana Teknik yang pasti ingin membagikan ilmu dan kemampuannya sesuai apa yang ia dapat selama ini.

"Trus,  Friska, teman SMA-mu itu gimana? Jadi re-sign untuk jadi ibu rumah tangga full?" Tanya Nanu mengingatkanku pada cerita sekian waktu lalu tentang Friska, sobatku di SMA dulu. Dia yang sudah punya dua anak berencana re-sign untuk menjadi ibu rumah tangga saja. Full time.

"Nampaknya jadi. Aku sudah lama tidak kontak dia lagi," jawabku mengeja yang terjadi. Maklum, sudah lama juga tidak kontak dengan Friska.

"Hebat ya Friska... Punya gelar S2, tapi akhirnya mengalah demi anak-anak dan keluarganya. Iya sih, masih bisa freelance. Tetap saja menurutku pilihan yang nggak bisa dianggap biasa saja," puji Nanu.

Sesaat aku terdiam.

Pujian itu ku tahu tidak dalam rangka menyindir siapa-siapa. Tapi, kok serasa ada yang mengenai sanubari ya? Apakah selama ini aku terlalu memperhatikan diri sendiri, demi karir dan cita-cita yang kukejar? Apakah dengan pilihanku itu keluargaku terbengkalai?

Pandangan aku lepas ke luar jendela. Di sana ada iring-iringan awan. Semoga membawa resahku menjauh.

"Jadi suamimu itu desainer web site gitu?" tanya Helda, partner bisnis pada proyek kantorku kali ini.

"Iya, Jeng... Dia lulusan design visual gitu," komentarku menambahkan.

"Trus, kerja di perusahaan apa gitu? Apa bareng teman-temanya buka PH?" Helda seperti ingin tahu sekali.

Kepalaku menggeleng. "Enggak. Dia freelance saja. Kantornya ya di rumah kami."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun