Mohon tunggu...
Reni Soengkunie
Reni Soengkunie Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang baca buku. Tukang nonton film. Tukang review

Instagram/Twitter @Renisoengkunie Email: reni.soengkunie@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Empat Wisata Bersejarah yang Wajib Dikunjungi di Karawang

20 Mei 2022   16:46 Diperbarui: 20 Mei 2022   17:13 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karawang kerap dikenal masyarakat luas sebagai kota industri dengan UMR yang memukau. Hingga tiap kali saya menawari seorang teman dari luar kota untuk berlibur di Karawang mereka sering melontarkan candaan, 

"Mau ngapain liburan di Karawang? Piknik ke kawasan industri lihatin pabrik-pabrik?". 

Bagi yang belum mengenal Karawang peryataan seperti itu lazim sih, tapi hal yang sebenarnya Kabupaten Karawang ini menurut saya pribadi merupakan kota dengan paket lengkap untuk sektor pariwisata. 

Ada wisata gunung, air terjun, curug, pantai, dan yang paling menarik bagi saya adalah wisata sejarahnya.

Sebagai Kota Pangkal Perjuangan, Karawang ini menyimpan banyak cerita sejarah yang sayang untuk dilewatkan. 

Berikut beberapa daftar tempat wisata yang mungkin bisa dicoba ketika berkunjung ke Kota Lumbung Padi ini:

1. Rumah Pengasingan Bung Karno Di Rengasdengklok

Sejak di bangku SD mungkin kita sudah sangat familiar sekali dengan peristiwa Rengasdengklok, bahkan setiap tahunnya ketika menjelang hari kemerdekaan RI, cerita ini seolah diulang kembali agar mengingatkan kita akan peristiwa yang terjadi di tahun 1945 tersebut. 

Kala itu para golongan pemuda menculik dua proklamator kita, Bung Karno dan Bung Hatta untuk dibawa ke Rengasdengklok.

Nah, rumah penculikan ini sampai sekarang masih ada dan bisa kita kunjungi, meskipun rumah ini sudah digeser sekitar 500 meter karena dulunya berada di dekat muara sungai. Rumah tersebut milik Djiaw Kie Siong dan kini ditempati oleh cucunya.

Untuk menuju tempat ini dibutuhkan waktu sekitar satu jam dari pusat kota Karawang. Ide menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke tempat ini ternyata hal yang berlian sekali. 

Soalnya Rengasdengklok ini dibilang jauh dari Jakarta yah nggak juga, dekat banget yah nggak juga. Yang pasti lokasinya itu agak masuk dari jalan utama dan sangat cocok untuk dijadikan tempat sembunyi.

Untuk berkunjung ke tempat ini, kita tidak dikenakan biaya sama sekali alias gratis. 

Mungkin bagi yang ingin menyumbang bisa memasukan uang di kotak yang tersedia. Hal menyenangkan pergi ke sini, si pemilik rumah atua cucunya itu sangat ramah sekali.

Beliau bahkan tak segan-segan untuk menceritakan tentang sang kakek, kejadian masa lalu ketika Bung Karno dan kawan-kawan di rumah itu, ataupun tentang barang-barang yang sebagian sudah dibawa ke museum untuk diamankan.

Jika main ke sini, kita bisa sekalian mampir ke Tugu Kebulatan Tekad yang berada tak jauh dari tempat ini. 

Selain itu tak afdal rasanya kalau sudah ke Rengasdengklok tapi tidak beli sorabi hejo khas Rengasdengklok yang rasanya mantap sekali.

2. Candi Jiwa

Dokpri
Dokpri
Biasanya kita sangat familiar dengan candi-candi yang berada di Jawa Tengah ataupun Jawa Timur, eits jangan salah, di Jawa Barat ternyata juga ada candi. 

Salah satunya yang berada di Karawang ini, yaitu Candi Jiwa yang terletak di kompleks percandian Batujaya, tepatnya di antara kecamatan Batujaya dan Pakisjaya. Konon katanya candi peninggalan agama Budha ini umurnya diprediksi lebih tua ketimbang candi Borobudur.

Untuk pergi ke candi ini butuh waktu sekitar dua jam perjalanan dari pusat kota Karawang. Lumayan jauh dan menguras tenaga sih bagi saya, karena jalan menuju candi ini terbilang padat dan jalanannya tidak terlalu lebar. Tapi setelah sampai ke lokasi, semua lelah itu terbayar lunas.

Candi Jiwa ini lokasinya berada di tengah persawahan dan berada di tengah pemukiman warga. Lokasinya cukup masuk dan agak membingungkan waktu kali pertama datang ke tempat ini. Tapi warga sekitar cukup membantu sekali ketika Google Map tidak bekerja dengan semestinya.

Untuk candinya sendiri menurut saya cukup terawat sekali. Terakhir ke sini di awal tahun 2020 sebelum covid menyerang, PR untuk tempat ini mungkin diperlukan tepat berteduh atau tempat duduk karena seperti yang kita tahu Karawang panasnya minta ampun sehingga minimnya pepohonan membuat kita berasa benar-benar dijemur di tengah sawah. 

Selain itu masalah MCK perlu diperbaiki lagi dan perkara parkiran juga perlu diperhatikan, karena terakhir ke sana lahan parkirannya itu becek sekali setelah diguyur hujan.

Tapi secara keseluruhan candi ini keren sekali, apalagi kalau berfoto diambil di pagi atau sore hari. Dari atas itu terlihat sekali candi di tengah-tengah persawahan yang ciamik.

3. Vihara Sian Djin Ku Poh

Vihara Sian Djin Ku Poh ini didirikan sekitar tahun 1700 M oleh seorang warga Tionghoa bernama Sian Djin Ku Poh. Penamaan vihara ini sendiri juga diambil dari nama pendirinya.  Tapi biasanya masyarakat Karawang menyebut vihara satu ini dengan sebutan Mak Kupoh. 

Menurut cerita dulunya para orang Tionghoa ini telah berlayar untuk berdagang melewati Sungai Citarum, karena kondisi saat itu terjadi peperangan Antara Indonesia dan Belanda makanya mereka bersembunyi di Kampung Benteng, Tanjung Mekar ini dan mendirikan vihara Sian Djin Ku Poh.

Untuk lokasinya sendiri vihara ini berlokasi di Tanjung Mekar, Karawang Barat. Untuk sampai ke sini aksesnya sangat mudah dan lumayan dekat sekali dari pusat kota Karawang. Untuk berwisata ke tempat ini kita bisa kapan saja karena vihara ini terbuka 24 jam dan tanpa dikenakan biaya masuk sama sekali. 

Dulunya vihara ini sempat mengalami kebakaran dan akhirnya dibangun kembali. Untuk arsitekturnya vihara ini mengadaptasi gaya arsitektur khas Cina, di mana tiang-tiang yang dibangun di vihara ini dihias dengan motif atau ornamen burung hong. 

Di dalamnya ada altar Dewi  Kwan In beserta relief Sun Go Kong dan kawan-kawannya yang melakukan misi perjalanan ke barat untuk mencari kitab suci. Ada kolam ikan koi di tengah-tengahnya, sehingga membuat vihara ini nampak syahdu dan menenangkan dengan gemercik air.

Ketika Imlek tiba, tempat ini sangat ramai sekali oleh pengunjung. Nah, fyi, bagi orang non muslim yang suka menikmati hidangan b2, di depan vihara ini terdapat bakmi yang ramai sekali setiap harinya. Menurut pemaparan beberapa teman saya yang langganan di sini, sih katanya rasanya enak.

4. Monumen Rawagede

Seperti halnya Chairil Anwar yang menulis puisi Karawang-Bekasi, monumen satu ini dibangun untuk mengenang kematian ratusan warga sipil yang ditembaki oleh tentara Belanda pada tahun 1947. 

Lokasinya berada di tengah pemukiman warga dan jarak tempuhnya sekitar 45 menit sampai satu jam perjalanan dari pusat kota Karawang. Untuk masuk ke monumen ini kita hanya dikenakan biaya 2500 rupiah.

Monumen ini berbentuk kerucut di mana di dalamnya terdapat patung seorang wanita yang tengah memangku anaknya yang terkulai tak bernyawa serta terdapat cuplikan atau potongan dari puisi Chairil Anwar. 

Di belakang monumen terdapat sekitar 200-an makam para warga sipil yang dulu menjadi korban pada pembantaian saat itu.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun